SURRENDER | 18

64 6 0
                                    

"Hal yang membuat aku bertahan denganmu adalah cinta. Meskipun kau berulang kali menggoyahkanku dengan sikapmu, tapi aku merasakan cinta yang nyata dari perlakuanmu."

🍓🍓🍓

"Kok kakak ga balas ucapan aku sih?" ucap Via kesal lalu melepas pelukannya.

Alva menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ga tau artinya." ucap Alva kikuk.

Via terbengong lalu terbahak. "Astaga! Aku udah ngira kakak ga cinta sama aku tau gak!" kekeh Via lalu memukul Alva pelan.

Alva meringis. "Emang artinya apaan? Terus kakak harus balas apaan?" tanyanya.

"Yo tambien te amo Via sayang, gitu."

"Itu mah maunya kamu." ucap Alva mencubit pipi gadisnya gemas.

Via hanya menyengir kuda sebagai balasannya.

Alva mendekatkan wajahnya lalu membisikan sesuatu di telinganya yang membuat Via menegang.

"Yo tambien te amo, mi amor."

Deg.

🍓🍓🍓

Trotoar di pinggir jalan adalah tempat Via berpijak sore ini. Ia baru saja pulang dari butik mengambilkan pesanan baju mamanya. Ia memang tak berniat langsung pulang, jadi ia lebih memilih jalan jalan sedikit.

"Aw." Via menoleh ketika telinganya menangkap seperti ada suara orang yang kesakitan. Dan yang ia temukan adalah seorang bocah laki laki yang bersimpuh di aspal.

Via dengan cepat berjalan menghampiri bocah itu dan membantunya. "Hey kamu gapapa hm?"

"Ini." ucapnya memperlihatkan telapak tangannya yang terluka.

Via mengelus puncak kepala bocah itu gemas. "Nama kamu siapa?" ucap Via mengeluarkan kotak p3k dari dalam tas nya. Tentu saja ia harus selalu sedia, ia anggota PMR kan?

"Nevan, kak." jawabnya setelah Via selesai memakaikan plester ditangan bocah itu.

"Udah ga sakit kan?"

Bocah itu menggeleng ragu lalu berkata "Kata papa anak cowo harus kuat."

Via terbahak lalu mencubit pipi bocah itu gemas. "Kamu pinter banget si, lain kali hati hati ya."

"Siap kak." ucapnya mengangkat lima telapang tangan kanannya yang rapat ke ujung alisnya seperti sedang hormat bendera.

"Nevan kamu kemana sih kakak cariin dari ta--" ucapan laki laki itu berhenti ketika melihat gadis yang sedang bersama adik sepupunya itu.

"Via?"

"Kak ken?" ucap mereka kompak.

Nevan bangkit dan memeluk kaki kakak sepupunya itu. "Kak tadi Evan jatuh terus kakak ini yang nolongin Evan." ucapnya memperlihatkan tangannya yang berbalut plester.

Kenneth berjongkok, mengangguk paham lalu mengacak rambut Nevan gemas. "Katanya kamu mau ke taman, ayo bilang apa dulu sama kakaknya sebelum pergi?"

Nevan mengalihkan pandangannya pada gadis yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka berdua. "Kakak cantik makasih ya. Kakak ayo ikut kami ke taman." tangan mungilnya kini sudah berada dipergelangan tangan Via, mengajak gadis itu untuk ikut bersamanya.

SURRENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang