SURRENDER | 19

67 7 0
                                    

"Sederet kata yang disusun rapih dengan sorot yakin yang seseorang lontarkan saat ini, tak menjamin penerapannya masihkah nyata dimasa mendatang.

🍓🍓🍓

Dengan sepatu pink ber-les abu abu yang tampak kontras dengan kakinya, Via melangkahkan kaki nya dengan semangat menuju kelas. Mood nya sangat baik beberapa hari ini. Kali ini, rambut panjang sepinggangnya ia biarkan tergerai begitu saja. Wajahnya sama sekali tidak ia poles dengan make up, itu benar benar bukan dirinya. Ia memakai make up hanya sesekali ketika ada acara tertentu. Teman temannya beberapa kali menyarankannya untuk mencoba bermake up namun Via selalu mengatakan 'jika bisa natural kenapa tidak?' ia tidak terlalu suka dengan hal hal berbau make up.

Saat kakinya melewati ruang bk yang jaraknya cukup dekat dengan kelasnya, Via mengernyit ketika melihat ada seseorang yang perawakannya cukup tak asing baginya. Rasa penasaran Via semakin bertambah ketika melihat lelaki itu tidak hanya seorang diri, melainkan bersama seorang pria paruh baya yang tidak ia kenal. Via mendekat dan dahinya semakin berlipat ketika mengetahui bahwa orang itu adalah Ari, orang yang pernah mengisi relung hatinya dulu. Namun sekarang mereka memilih asing, ntah karena apa Via pun masih belum juga memahaminya.

Siapa paruh baya itu? Dan untuk apa mereka berada di ruang bk sepagi ini? Setau Via, Ari hanya tinggal bersama kakeknya karena orang tua nya yang lebih memilih hidup masing masing. Jadi, siapa orang itu? Apa itu ayahnya? Kenapa pria itu tampak marah? bahkan Via sempat terlonjak dari tempatnya ketika melihat pria paruh baya itu menampar Ari dengan kerasnya.

Saat merasa bahwa mereka akan meninggalkan ruangan itu, Via segera menjauh dan bersikap seakan baru saja ingin melewati tempat itu. Tatapan Via bertemu dengan Ari. Lelaki itu menatap Via dengan tatapan yang sulit diartikan, sementara Via menatapnya dengan tatapan sendu yang tersirat kekhawatiran di dalamnya.

Lelaki itu mengalihkan pandangannya dan berlalu dengan tubuh yang diseret oleh pria paruh baya tadi keluar dari pekarangan sekolah, padahal sepertinya mereka baru beberapa menit yang lalu tiba di sekolah. Ari memang merupakan siswa yang brutal sejak sekolah menengah pertama, namun dibalik sosoknya yang berontak Ari memiliki kerapuhannya tersendiri. Via pernah menjadi saksi kerapuhan lelaki itu.

Via menatap punggung itu sampai menghilang dari pandangannya dengan tatapan khawatir, tak dapat dipungkiri bahwa Via sangat khawatir dengan keadaan Ari. Terlebih ia menyaksikan sendiri bagaimana pria paruh baya tadi melampiaskan kemarahannya dengan kasar kepada lelaki itu bahkan di depan guru bk. Ntah apa alasannya, tapi ia yakin bahwa Ari pasti melakukan kesalahan yang membuat pria paruh baya itu marah besar.

Via kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda menuju kelas dengan perasaan was was. Ia hanya berharap tidak terjadi apa apa dengan lelaki itu.

🍓🍓🍓

Keesokkan harinya, Via mendapat kabar dari salah satu teman sekelas Ari yang menjadi informannya dengan Ari saat masih berhubungan dengan lelaki itu dulu. Katanya, hari ini Ari tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Heyy ia begini bukan karena belum move on. Hanya saja ia cukup peduli pada orang orang terdekatnya, apalagi mereka pernah bersahabat sebelum menjalin hubungan spesial hingga berakhir asing seperti sekarang.

"Heh, gimana? Ari nya sekolah?" Via yang ditanya seperti itupun mengalihkan tatapannya pada sang penanya.

Via menggeleng lemah. "Ga masuk katanya, sakit."

Melihat respon Via yang ia rasa berlebihan, Dara menatap Via dengan tatapan menyelidik. "Lo udah ga ada rasa sama Ari kan Vi?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SURRENDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang