2 - Peduli

351 109 94
                                    

"Iya. Gue Anandita. Ngapain nepuk segala? temen gue juga bukan lo." Jawabku sembari menyingkirkan tangannya yang tadi dipundakku.
"Santai.. santai... gue cuman mau kenalan doang kok." Jawab Adnan.

"Gue gamau." Jawabku membuang muka dan berdiri untuk segera keluar.
"Kenapa?"  Adnan menahan dan memegang tanganku.
"Apa urusan lo nanya itu? Lepasin gue!" Diriku memberontak.
"Gue cuman pengen tau alasannya kok" Jawab Adnan melepaskan tanganku.
"GUE BILANG BUKAN URUSAN LO!"

Aku segera bergegas keluar kelas dan menuju perpustakaan sekolah. Kenapa sih. Hari pertama sekolah juga serasa tidak betah. Tapi setidaknya tidak separah dirumah.

Saat menuju perpustakaan. Aku merasa ada yang mengikuti. Penasaran. Aku menoleh ke belakang tetapi tidak ada siapa-siapa.

Yasudah diriku melanjutkan perjalanan ke perpustakaan. Tetapi rasa-rasa akan ada yang membuntuti selalu ada. Anehnya saat menoleh ke belakang tidak ada orang. Mengerikan.

......

Akhirnya, sampai juga. Aku memasuki perpustakaan dan memilih buku yang belum tamat dibaca olehku. Judulnya "Emma". Aku memilih tempat duduk paling ujung. Ya walaupun sepi. Aku menikmati kesendirian.

Saat sedang membaca. Tiba-tiba ada seseorang di depanku. Sialan. ADNAN!

"Pssst.. baca apa tuh?"
"Ngapain lo kesini anjir"
"Eh eh jangan berisik dong kita kan lagi di perpustakaan"
"Ohhh lo ngebuntutin gue daritadi?!"
"Ya ngapain lagi lah gue Ta"
"Bingung gue sama lo. Baru hari pertama lo sekolah disini juga udah pecicilan. Gue gamau kenalan sama lo. Lo juga udah tau nama gue kan."
"Gue tau gue pecicilan. Yang penting gue pecicilan nya ke lo Ta"
"Gapeduli gue. Gue gamau kenalan. Apalagi jadi teman." Jawabku geram dan segera keluar dari perpustakaan.

"Ta! Apa salahnya sih. Gue cuman mau kenalan" Adnan menahanku lagi.
"LO GABISA MAKSA GUE BUAT KENALAN SAMA LO ADNAN PUTRA GUNAWAN!" Aku teriak depan mukanya dengan kencang.
"Maafin gue Ta.." Ia melepaskanku.
"Gapeduli. Jangan deketin gue mau gimanapun itu." Aku pergi dengan kekesalan didalam hati.

Bel berbunyi dan saatnya masuk kelas.

Suasananya dingin. Mencekam. Ditambah lagi pelajaran Matematika. Adnan pun di belakangku tidak mengusik lagi. Malah Ia berbaur dengan Bel.

Apa aku salah? Apa aku terlalu kasar? Ah aku tidak punya waktu untuk memikirkan manusia bernama 'ADNAN' itu. Biarkan saja. Mungkin akan menjauh sehabis kejadian itu.

Aku tidak peduli.

......

Adnan's POV

Sudah waktunya pulang.

"Ini dia yang namanya Anandita kenapa sih. Gue cuman mau kenalan doang sama dia. Responnya gitu amat." Gumamku dalam hati.

"WOI NAN!" Seseorang merangkul pundakku.
"Eh Sal? Ada apa?" Aku menoleh ke kanan.
Ternyata temanku. Ya walaupun tidak sekelas. Namanya Arsala Ginanjar. Panggil Arsal atau
Sal.

Kita kenalan saat istirahat. Setelah kejadian dengan Anandita di perpustakaan.
"Kenapa lo murung gitu? Katanya hari pertama." Tanya Arsal.
"Lo tau Anandita ga sih?"
"Tau. Emang ngapa?"
"Dia orangnya dingin gitu atau cuman ke gue doang sih?"
"Heh. Lo belom tau apa-apa sih. Dia itu cewe yang paaaaaliiiiiinggggg dingin di sekolah ini! orang lain berusaha berteman atau ngedeketin dia juga pasti di tolak! apalagi cowo lah Nan!"
"Lah itu temennya Bel gimana?"
"Yaelah Nan cewe temenan sama cewe malah ditanya. Gimanasih lo dongo." Arsal menjitak kepalaku.
"BUSET DAH SAKIT SAL JANGAN GITU NAPA"
"KABOOOOOORRRRR" Arsal berlari secepat mungkin dan menghilang.

Hah... punya teman di sekolah ini cukup aneh ternyata.

"Kalau kenalan aja susah. Gimana kalau gue mau bilang gue suka sama dia dari pandangan pertama. Adnan dongo."  Gumamku geram kepada diri sendiri.

Saat jalan ingin pulang kedepan gerbang. Aku melihat Anandita. Aku ingin mendekati tetapi ada yang menghalangiku.

"Duhhh ini ternyata anak baru nya. Adnan yaa??" Tanya perempuan berambut panjang dengan wajah dempul dengan bedak.
"Jangan kemana-mana dulu dong sini kenalan sama kita." Kata perempuan yang satunya melingkarkan tangannya ke tangan kananku.
"Apa-apaan woi! Ga gini caranya kenalan SKSD kalian anjir." Jawabku sembari menggeliat.
"Jangan sombong dong Adnan. Kita cuman pengen kenalan kok sama kamu." Datang satu temannya lagi dengan seragam satu kancing terbuka di bagian dada nya. Beserta bibir yang sangat merah.

"Sialan! Gue gasuka dikerumunin gini!" Gumamku dalam hati.

"Heh. Cabe murahan."

Sahut seorang perempuan didepanku. Saat kutegakkan kepalaku. ANANDITA!!

"Wah.. ternyata Dita. Seenak nenek moyang lo ya manggil kita cabe."
"Gue gatau urusan lo semua sama dia apa. Tapi, hargain sedikit napa ni orang baru hari pertama sekolah. Murid baru lagi." Dita menjawab dengan nada yang tinggi.
"Ohh Dita mau jadi pahlawan nya Adnan nih.. atau jangan-jangan Dita cemburu?"

*PLAK!

Suara tamparan keras dari Dita kepada perempuan yang berbicara dengannya tadi.

"Gue ga cemburu. Gue bahkan ga peduli sama anak yang namanya Adnan. Gue cuman gasuka tingkah laku kalian ke laki-laki. Murahan. Penggoda. Menjijikan." Balas Dita.

Kedua temannya tadi langsung pergi dan disusul yang satunya karena ketakutan.
"Awas aja lo Ta! Tunggu pembalasan dari kita!"
"Cih.. kayak yang berani aja dasar lo cabe." Teriak Dita.

Aku langsung mendekatinya dan berkata.
"Makasih Ta.. maaf jadi lo jadi kebawa ke situasi tadi."
"Iya." Jawabnya singkat.
"Gue emang lemah kalau kayak gituan. Gue paling gasuka dikerumunin cewe."
"Lawan." Katanya.
"Masa gue nonjok atau nampar cewe sih Ta?"
"Bukan gitu. Lo bilang ke mereka lo ga nyaman digituin. Mau bentak juga terserah. Yang gitu gausah di diemin. Lawan aja"
"Yaudah Ta. Makasih sekali lagi."
Dita langsung membalikkan badannya menuju gerbang sekolah untuk pulang.

"Ta... apa habis ini lo mau kenalan sama gue?" Sahut diriku.

Dita hanya menoleh sedikit ke belakang.

Tidak ada jawaban.

Gue harus gimana sih biar tau sedikit tentang lo. Anandita.

ADNANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang