🐨🐹 grandma (end)

213 28 3
                                    

[Warning: minor character death]

Hari H, resepsi pernikahan.

Hari yang dinanti telah tiba. Namjoon dan Seokjin akhirnya resmi menjadi pasangan suami yang sah. Hari yang sakral itu dipenuhi kebahagiaan dan senyuman.

Seokjin juga tidak terganggu lagi dengan kejadian malam itu, malam di mana ia teringat pada Nenek Eun. Di pagi hari setelah kejadian itu, Seokjin langsung menelepon ke rumah sakit dan menanyakan kabar sang nenek. Syukurlah, tidak ada kabar buruk apa pun. Nenek Eun baik-baik saja.

Usai acara pernikahan selesai, Namjoon dan Seokjin memutuskan untuk kembali ke apartemen mereka. Suasananya tidak berubah, yang berbeda hanyalah status mereka yang sekarang telah menjadi suami yang sah. Karena sudah telanjur lelah, mereka berdua langsung bersantai di kamar selepas mandi. TV yang ada di kamar dinyalakan sebagai ambience.

"Joonie, tadi kamu lihat Nenek Eun datang?"

Seokjin yang duluan merebahkan badannya di kasur, bertanya pada Namjoon yang duduk di ujung kasur. Namjoon menggeleng, "Aku nggak lihat. Atau nenek datang tapi tidak menyapa kita?"

"Hmm... entahlah. Harusnya tadi kita lihat daftar buku tamu dulu, ya. Kita malah keburu pulang," kata Seokjin sambil memagut dagu.

Tapi memang, selama acara berlangsung, Seokjin tidak melihat penampakan Nenek Eun sama sekali. Bahkan kalau nenek tidak bisa datang pun, ia berharap salah satu anggota keluarganya bisa datang. Namun mau bagaimana lagi, toh Seokjin tidak memaksa nenek untuk datang. Ia direstui oleh Nenek Eun saja sudah senang meski sang nenek bukan keluarga kandungnya.

Namjoon beringsut ke samping Seokjin dan merebahkan badannya, "Nenek Eun mungkin terlalu capek untuk datang ke pernikahan kita. Tidak apa-apa, yang penting kita sudah memberitahunya. Kalau nanti beliau check-up lagi, baru kamu pamerkan cincinnya."

"Kenapa harus cincin?" Seokjin menaikkan alis, bingung.

"Nenek tahu hubungan kita karena cincin tunangan, kan."

==x==

9 hari setelah pernikahan.

Masa cuti telah habis. Seokjin kembali menjadi dokter spesialis jantung, dan Namjoon kembali menjadi dokter spesialis anak.

Di ruangannya, Seokjin dengan cekatan memeriksa data pasien selama dirinya absen bekerja. Ia mengecek dokumen pasiennya satu per satu. Namun Seokjin mengulanginya lagi meski sudah selesai ia lihat sampai akhir. Ada sesuatu yang mengganjal.

Data pasien Nenek Eun tidak ada.

Seokjin pun pergi menuju bagian resepsionis dan menanyakan data Nenek Eun yang menghilang. Suster jaga yang dimintai tolong langsung melirik ke rekan sesama suster yang berada di situ. Suster tersebut bertanya, "Dokter, apakah Dokter Hyun tidak memberitahu?"

Seokjin mengernyitkan dahi, "Memberitahu apa?"

"Pasien Eun Mijung sudah meninggal dunia."

==x==

"Maaf, dokter. Nenek tidak bisa datang ke pernikahan dokter."

Cucu Nenek Eun, Taehyun, datang ke rumah sakit untuk bertemu dengan Seokjin. Mereka sedang berada di kafetaria di dalam rumah sakit.

"Tidak, tidak," Seokjin menggeleng. "Seharusnya aku yang meminta maaf karena tidak bisa menolong nenekmu. Aku sungguh-sungguh minta maaf."

Taehyun menyimpulkan senyum kelu, "Kata ibu, nenek sudah berjuang keras. Sekarang nenek sudah tenang di surga, sudah tidak sakit lagi."

Dada Seokjin terasa berat mendengar ucapan remaja laki-laki itu. Begitu ia mengetahui bahwa Nenek Eun telah meninggal, Seokjin sangat terpukul. Padahal ia berharap bisa bertemu nenek lagi usai acara pernikahannya. Seokjin mengetahui, bahwa Nenek Eun sempat dalam keadaan koma selama lima hari. Dan itu bertepatan dengan kejadian di mana Seokjin terbayang-bayang Nenek Eun. Nenek Eun akhirnya tidak sanggup lagi dan meninggal dunia dua hari setelah hari pernikahan Seokjin dan Namjoon.

"Oh iya, aku hampir lupa memberikan ini," Taehyun merogoh isi tasnya lalu mengeluarkan sesuatu.

Sebuah topi rajut kecil berwarna biru.

Taehyun menyerahkan topi rajut itu pada Seokjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyun menyerahkan topi rajut itu pada Seokjin. "Apa ini?" tanya sang dokter.

"Ini topi rajut bayi buatan nenek. Katanya nenek membuat ini untuk hadiah pernikahan dokter."

Seokjin menahan nafas begitu mendengarnya, ia menerima topi rajut itu dan mengelusnya. Terasa halus dan lembut.

"Astaga..." Seokjin meghela nafas panjang. "Ini nenek yang membuatnya sendiri?"

Taehyun mengangguk, "Iya. Itu untuk anak dokter nanti, kata nenek."

Dada Seokjin terasa sesak, lehernya merasa tercekat karena berusaha menahan haru. Nenek Eun sampai membuat topi rajut sebagai hadiah, itu berarti nenek sangat menantikan hari pernikahannya. Namun sayang sekali, nenek tidak bisa datang karena keadaan koma.

Seokjin menggenggam topi berwarna biru itu ke dalam dekapannya. Membayangkan bagaimana Nenek Eun berusaha merajut setiap hari untuk membuat topi rajut kecil untuk anaknya kelak.

"Terima kasih banyak, Nenek."

- SELESAI -

Cerita ini berdasarkan prompt dari:

Cerita ini berdasarkan prompt dari:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tan DulceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang