Pintu ruang rekaman terbuka dengan perlahan, menampakan Chan dengan tas kertas berisi beberapa minuman dingin di tangannya. Kehadiran Chan cukup menarik perhatian orang-orang yang berada di dalam ruangan tersebut.
Paper bag Ia letakan di atas meja yang tersedia di sana yang tentu saja langsung diserbu oleh adik-adiknya. Ia tertawa kecil melihat adik-adiknya berebut minuman dingin yang la bawa. Tungkainya la bawa menuju panel monitor, menepuk bahu sang adik yang terlihat sedikit frustasi.
"Ada apa, Bin?” tanyanya mengambil alih kursi kosong yang terletak di sebelah adiknya itu. Tangannya menyodorkan es coklat pada Changbin yang diterima dengan senang hati olehnya.
Changbin menghela nafas lega merasakan segarnya es coklat mengalir di kerongkongannya. “Hyunjin melakukan kesalahan terus. Ini sudah take ke lima belas kalinya." ujarnya lelah menunjuk lelaki manis yang tengah merenung di dalam bilik rekaman.
Chan tersenyum tipis melihat kegugupan yang begitu besar menyelimuti adik kesayangannya itu. Tentu saja Hyunjinnya merasa gugup, ini kali kedua sang adik bernyanyi untuk lagu studio mereka. Ia sadar bahwa suara Hyunjin sangatlah indah ketika bernyanyi dan la amat menyukainya. Jadi begitu Ia memiliki kesempatan untuk merekam ulang lagu-lagu mereka terdahulu, tanpa pikir panjang pun Ia menyerahkan bagian awal lagu voices pada Hyunjin, karena menurutnya suara lembut Hyunjin sangat cocok menyanyikan bagian itu.
Kakinya melangkah masuk ke dalam bilik kaca itu, menarik perhatian adiknya itu. Kekehan lolos dari mulutnya mendapati Hyunjin menatapnya dengan manik berselaput kristal. “Butuh pelukan?” tawarnya dengan merentangkan tangannya, menanti tubuh ramping adik kecilnya meringkuk masuk ke dalam pelukannya.
Hyunjin mengangguk pelan, membawa tubuhnya merapat pada tubuh atletis kakaknya. Tangannya melingkar erat di pinggang kokoh Chan, sedangkan kepalanya bersembunyi pada dada bidang Chan. Sang leader pun tanpa berpikir dua kali langsung membalas pelukannya.
Tawa kecil menggema di ruang kedap suara itu, “Aku mengacaukannya. Maaf Hyungie." Hyunjin mencicit di dalam dekapannya, membuatnya semakin terkekeh pelan karena tingkah menggemaskan adik kesayangannya itu.
Tangan Chan bergerak menuju kepala Hyunjin, “It's okay. Ayo coba lagi. You'll do great, little munchkin.” ujarnya menyemangati kekasihnya yang murung tak dapat melakukan rekaman dengan baik sedari tadi sembari memberikan beberapa tepukan kecil pada pucuk kepalanya.
Hyunjin mendongakan kepalanya, menatap Chan dengan tatapan berbinar yang sangat menggemaskan. “Benarkah? Hyungie percaya Hyunie bisa?” anggukan dari Chan membuat satu senyuman lebar tercipta di wajah Hyunjin.
Senyuman pun ikut muncul di wajah Chan, “That's my baby." tuturnya memuji Hyunjin yang sudah mendapatkan kembali kepercayaandirinya. Satu kecupan ringan Ia bubuhkan pada bibir lembutnya sebagai hadiah kecil untuk Hyunjin.
"Hei, berhentilah berpacaran, saatnya kerja!” keduanya tertawa geli mendengar intrupsi dari Changbin yang jengah karena mereka bermesraan di dalam bilik rekaman.
Hyunjin keluar dari bilik kaca itu dengan senyuman bahagia, berlari kecil mendekati Chan yang tengah memeriksa hasil rekamannya tadi. “Bagaimana? Apa Aku melakukannya dengan baik? Benar kan?” tanyanya dengan manik yang berbinar seperti anak anjing lucu.
Chan tertawa kecil, tangannya terulur untuk mengusak surai kelam sang adik, "Ya. You did really great, baby. Aku bangga padamu.” jawabnya dengan anggukan pasti serta senyuman bangga.
Binar wajah Hyunjin mencerah mendengarnya, Ia dengan senang melompat ke atas pangkuan sang kekasih, lalu memeluk leher Chan setelah mengecup ringan pipi sang leader. "I love you, Chanie-hyung.” cicitnya begitu pelan hingga hanya Chan yang dapat mendengarnya.
Chan kembali terkekeh, membubuhkan kecupan-kecupan sayang di seluruh wajah Hyunjin dengan gemas. “Of course I love you too, baby.” balasnya dengan cubitan gemas pada pipi gembil Hyunjin.
“Ew gross.” komen Jisung yang masih berada di ruang rekaman itu dan terpaksa menonton seluruh aktifitas lovey-dovey sang leader dan teman sebayanya itu.
Hyunjin mendecih, “Sirik aja.” balasnya dengan menjulurkan lidah pada sahabatnya itu. Sedangkan Chan hanya tertawa melihat pertengkaran kecil dua adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
puzzle pieces
Fanfictionchanjin; they're just like puzzle pieces, completed each other. oneshoot collection