Pintu kamar mandi tertutup perlahan kala Ia melangkah menjauh. Bulir-bulir air berjatuhan mengiringi langkah kakinya menuju ranjang empuknya. Surai kehitamannya yang memanjang terjuntai lembab menutupi sebagian wajahnya dengan handuk kecil di atasnya.
Katil berderit ringan ketika tertimpa beban tubuhnya. Handuk coklat diusak pada rambut mengkilapnya. Bising suara pengering rambut memekakkan telinga menyelimuti kamar temaramnya.
Pengering rambut dimatikannya setelah bunyi notifikasi ponsel berdering nyaring. Bibirnya tersenyum tipis melihat notifikasi ponsel cerdasnya. Ia dengan cepat merapikan alat pengering rambutnya serta menyampirkan handuk kepalanya pada kepala ranjang, lalu membaringkan tubuhnya dengan begiru nyaman di atas ranjangnya.
Tubuh terbalut selimut abu nampak begitu nyaman menyaksikan siaran langsung pada ponsel pintarnya. Bibirnya tak kunjung melunturkan kurva cantiknya. Manik kecoklatannya sesekali terpejam menikmati alunan lagu pembuka yang diputar oleh sang penyiar.
Pipinya menghangat mendengar sapaan dari si penyiar. Jari-jarinya mengetikan beberapa kata untuk dikirimkan sebagai komentar langsung. Suara tawa yang sudah sangat familiar baginya mengalun melewati indera pendengarannya, layaknya madu.
"Oh right! Hello baby boys!"
Senyumannya semakin mengembang mendengar sang penyiar menyapanya setelah membaca komentarnya. Dirinya tertawa kecil melihat bagaimana sang penyiar menatap kamera seakan tahu dirinya lah yang mengirim pesan tersebut.
Ia kembali mengirimkan pesan pada komentar ketika sang penyiar kembali membaca beberapa komentar. "Kalian tak bisa tidur? Tak apa. Chanie akan menemani malam kalian sampai kalian tertidur!" Kekehan kecil lolos dari mulutnya ketika Chan ㅡsi penyiar kembali membaca komentarnya.
Matanya sudah separuh tertutup kantuk dipertengahan siaran langsung tersebut. Dirinya sudah siap menjemput mimpi jika saja ponselnya tak berdering nyaring adanya panggilan masuk. "Hyunjin?" Ia berdeham sebagai pengganti kalimat sapa.
"Ah, apa aku mengganggu?" Hyunjin tertawa kecil sebelum kembali berdeham. "Kamu sudah mengantuk ya? Baiklah aku tutup saja ya? Sampai nanti." Ia membalas dengan pelan sebelum sambungan diputus oleh kakaknya.
Hyunjin kembali terkekeh melihat Chan berbicara pada penggemarnya mengenai panggilan telepon yang baru saja Ia lakukan. Tak lama siaran langsung itu berakhir setelah Chan melakukan salam perpisahan khasnya, membuatnya ikut terbawa ke dalam alam mimpi.
Remangnya ruangan membuatnya melangkah dengan sangat hati-hati. Kakinya melangkah dengan pelan setelah tas hitamnya ia taruh di atas meja kerjanya. Telapaknya mengusap surai legam sosok yang tengah terlelap dengan damai begitu lembut.
Ponsel pintar yang masih berada digenggaman si surai hitam Ia ambil dengan hati-hati lalu Ia letakan pada nakas. Selimut abu dibenarkannya agar sang kekasih tidur lebih nyaman. Setelahnya Ia pun beranjak untuk membersihkan diri.
"Hei, mengapa bangun?" tanyanya bingung melihat pacarnya terduduk di atas ranjangnya bergulung selimut abunya. Ia mengaitkan handuk mandinya pada gantungan sebelum menghampirinya.
Dirinya merangkak naik ke atas single bed yang sebenarnya tak terlalu besar untuk tubuh mereka berdua. "Ayo lanjut tidur, sayang." ajaknya sembari mengusap punggung Hyunjin yang sudah berada di dalam dekapannya.
Chan terkekeh mendapatkan tatapan sedih dari Hyunjinnya. Kepalanya bergerak mendekat, memberikan kecupan-kecupan hangat pada kening serta bibir manis sang kekasih. "Sudah. Mari tidur."
Senyuman lucu terpatri di wajah yang lebih muda, kepalanya mengangguk dengan pelukan yang mengerat. "Selamat malam, Kak."
"Hm. Good night little prince."
a small gift for yall, cuz why not.
KAMU SEDANG MEMBACA
puzzle pieces
Fanfictionchanjin; they're just like puzzle pieces, completed each other. oneshoot collection