tw // drugs
“Berikan Hyunjin."
Hyunjin menggeleng, Ia melempar pil-pil obat terlarang tersebut ke kloset dan menekan flush. Air matanya perlahan menetes semakin mendekat langkahnya pada lelaki yang Ia sayangi itu.
Tubuhnya jatuh lemas berlutut tepat di hadapan lelaki yang enggan menatapnya. Tangisnya semakin kuat melihat tubuh lelakinya yang dulu sehat dan kekar kini kehilangan daging dan lemaknya, layaknya tulang yg hanya terbalut kulit saja.
Tangannya gemetar ketika menyentuh pipi yang semula tembam kini menjadi sangat tirus. Manik latte tersebut terpejam merasakan usapan lembut dari lelaki manis yang sampai saat ini masih saja menempati hatinya. Hyunjin terisak, "Aku tak peduli apapun alasan Kakak menggunakan obat-obat itu. Kumohon berhenti.” pintanya begitu lirih disela isakkannya yang terdengar begitu pilu di rungunya. Isakkan tersebut sukses membuat hatinya sesak, dalam hati merutuki dirinya sendiri yang kembali menjadi penyebab tangisan itu keluar dari sosok yang ia cintai.
Lengan rapuh itu perlahan merengkuh pinggang ramping Hyunjin yang selalu pas berada di dalam dekapannya.
Seperti mereka memang ditakdirkan untuk bersama.
Hidungnya mengendus belakang telinga Hyunjin, membuat Hyunjin memejamkan matanya. Endusannya turun menyusuri pipi, rahang, dan berhenti di ceruk leher jenjangnya. Menghirup rakus feromon manis yang akan selalu menjadi kesukaannya. Hal yang selalu sukses membuatnya kecanduan bahkab lebih candu dari obat-obat terlarang yang biasa ia konsumsi.
Bibirnya Ia jilat guna memberikan kelembaban sebelum mendaratkan kecupan lembut di tulang selangka Hyunjin. Di akhiri dengan meninggalkan sebuah memar di sana yang membuat Hyunjin melenguh.
"Berhenti Kak. Untukku.” mohonnya menatap manik hampa Chan penuh harap. Tangannya menangkup wajah yang perlahan hancur akibat dari narkoba yang Ia konsumsi selama ini.
Chan tersenyum tipis. Ibu jarinya mengusap sisa air mata yang meleleh di pipi gembil kesukaannya. Keningnya Ia tempelkan pada kening Hyunjin. Keduanya tertawa pelan begitu hidung mereka bergesekan. "Ya. Tapi aku tidak janji.” Hyunjin tersenyum lebar mendengarnya. Bibir plumnya mengecup sudut bibir kering Chan. "Tak apa. Kita berjuang bersama, aku bantu kakak." ujarnya begitu tulus.
Chan menjamah bibir Hyunjin setelahnya. Berpagutan dalam saling melepas rindu. Kepala keduanya saling bergerak mencari posisi ternyamannya. Tubuh Hyunjin semakin merapat pada tubuh ringkih Chan. Tenguknya ditekan guna memperdalam tautan panas mereka. Nafas terengah begitu sang dominan menjauhkan wajahnya, benang saliva terjuntai. Ibu jarinya dengan telaten mengusap sisa saliva yang ada di bibir lembab Hyunjin. Keduanya sama-sama tersenyum.
“I'll try.” ucap Chan sebelum tubuhnya terhuyung tak sadarkan diri tepat di hadapan Hyunjin dengan aliran darah yang mengalir dari hidung bangirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
puzzle pieces
Fanfictionchanjin; they're just like puzzle pieces, completed each other. oneshoot collection