Pena hitam dengan aksen emas bergerak mengikuti pergerakan tangan sang empu di atas kertas putih gading. Goresan demi goresan terukir menjadi satuan kata yang bersambungan hingga membentuk sebuah rangkaian. Bibirnya tersenyum ketika membaca ulang rentetan kalimat yang tersusun rapih begitu selesai menulisnya. Senyumannya sangat manis, nampak seperti setangkai permen apel madu buatan neneknya.
Ringisan lirih lolos dari mulut cantiknya, namun tetap mempertahankan senyuman seindah bunga matahari. Carik kertas dilipatnya dengan hati-hati setelah memastikan tinta yang digunakannya sudah menyerap dalam pori-pori kertas. Bibir berlapis pewarna bibir sewarna jambu air mendarat di atas kertas, menciptakan pola bibir indahnya yang meninggalkan kesan seduktif.
Manik cantiknya melirik jam digital yang menunjukkan pukul sepuluh malam lebih. Surat kecil tadi ditaruhnya pada meja belajarnya, lalu beranjak menuju ranjangnya untuk menjemput lelap. "Aku merindukanmu." bisiknya pada angin yang berhembus halus menerbangkan helaian surai karamelnya sebelum benar-benar terbang ke dunia mimpi dengan senyuman terpatri.
Kencangnya hembusan angin masuk melalui jendela kamarnya yang terbuka membuatnya mengeratkan balutan selimut tebal. Tubuhnya semakin meringkuk layaknya janin dalam kandungan di balik selimutnya.
Langkah kaki terdengar mendekat perlahan. Ranjang bergoyang ringan efek bertambahnya beban. Surai karamel diusapnya perlahan, tanpa berniat membangunkan sang empu. Bibirnya tersenyum tipis, mengagumi keindahan permata di hadapannya bersinar di bawah temaram sinar rembulan.
"Hey, sugar, apa kau merindukanku?" tanyanya lembut disertai senyuman melihat kelopak matanya mengerjab dan terbuka perlahan menampakan kelereng indah sewarna kacang kenari.
Lengan ramping sang gula merengkuh pinggangnya lembut. "Hey, prince. Ya, I miss you a lot." balasnya dengan suara serak khas orang menahan kantuk. Wajah tenggelam di permukaan perut rata hingga suaranya teredam.
Suara tawa berwibawa memenuhi kamar tidur si pemilik senyuman apel madu. Rambut kecoklatan terus diusapnya, menghasilkan dengkuran halus pemiliknya. Deru nafasnya memburu dengan mata sewarna batu garnet terpejam erat, serta telapak tangannya menegang, meremat surai kecoklatan si gula.
Hyunjin tersenyum begitu manis, meneruskan kegiatannya perlahan. Bibirnya bertemu fabrik hitam yang membalut permukaan kulit si pangeran. Kecupan halus nan lembut dibubuhkannya begitu perlahan, menciptakan geraman tertahan yang seksi dirungunya.
Tubuh yang kecil beranjak, duduk dengan nyaman pada pangkuan kokohnya. Hyunjin menggodanya diiringi kikikan kecil yang terdengar sangat lucu. Nampak menggemaskan, lugu, nan murni, namun sebenarnya tak berbeda dengan setan kecil di matanya.
Lenguhan nyaring menggema di rongga telinganya saat pinggang ramping dicengkamnya kuat. Chris mendesis begitu mempertemukan tatapan mereka pada satu garis lurus dengan kening yang bertentu. Senyuman tipis terukir di wajah Hyunjin, menganggukan kepalanya pelan, membenarkan pertanyaan dari si lelaki pucat.
Gestur Hyunjin tadi membuka jalan menuju surga dunia bagi keduanya. Kecupan-kесuраn didaratkan dеngаn begitu lembut pada permukaan epidermis. Kening, pelipis, pipi, rahang, leher serta pundak tak luput dari jamahan bibir tebalnya. Tubuh indahnya meremang merasa dingin pada bagian yang terkecup. Mulutnya terbuka meloloskan desahan kencang ketika tercipta tanda merah bekas sesapan kuat yang perlahan akan menjadi memar keunguan.
Gaun tidur seputih susu yang semula membalut tuluh indahnya kini tertanggal, meninggalkan tubuh bugil yang nampak cantik bersinar di bawah cahaya bulan. Kepalanya bergerak kanan dan kiri dengan manik terpejam erat menyembunyikan kelereng karamelnya. Jari panjangnya mencengkram erat kain seprai sewarna langit cerah hingga kusut.
Suara decapan dua bibir saling melumat mengalun di ruangan yang memanas. Liur menetes dari sela bibir, menjuntai hingga leher berhias tanda isapan. Pekikan nyaring mengaung disusul dengan rintihan nikmat serta desisan perih setelahnya.
Dirinya meracau berulang kali, memohon pada sang pangeran untuk bergerak cepat, kuat dan dalam memgenai titik manisnya. Racauannya menyatu dengan rengekan erotis lainnya. Gelumat suaranya begitu memanjakan rungu sang pangeran, mewujudkan permohonan sang putri hingga katil berderit kencang.
"CHRIS! OH!"
Kelereng coklatnya terguling, menjemput putih yang berkabut menutupi matanya sejak awal. Mulutnya terbuka lebar, menyuarakan kenikmatan yang diperolehnya hingga suaranya habis. Chris ikut mendesah berat dikawal geraman rendah saat menuntaskan dirinya di dalam sana.
Hidung bangirnya menyusuri leher jenjangnya, menyesapi aroma tubuh yang telah menjadi candu baginya. Bahunya dicengkam erat, bersamaan dengan rintihan sakit. Kelopak matanya terpejam kuat, menahan rasa membakar pada ceruk lehernya. "Sweet, as always." Hyunjin tersenyum lemah mendapatkan pujian yang selalu terlontar padanya setiap lelaki atletis itu meminumnya.
Kening yang lebih muda dikecupnya begitu lembut, mengantarkannya kembali pada alam mimpi. Gaun tidur putih yang terserak di lantai lamar kembali dipakaikan pada tubuh sempurna milik Hyunjin. Pekerjaannya begitu rapi, seperti tak terjadi apapun tadi.
"Selemat beristirahat, Sayang." bisikannya menjadi ucapan pamit pada sang kekasih. Tungkainya melangkah menuju jendela kamar yang masih terbuka, melewati meja belajar kekasih hatinya itu.
Kerutan di keningnya menunjukan jika la kebingungan. Penciuman tajamnya menghirup dalam-dalam aroma manis yang melekat begitu familiar. Manisnya aroma itu membawanya pada meja belajar tak jauh dari tempatnya berdiri.
Seringaian terukir di wajah tampannya. Maniknya berpendar setelah menghirup aroma manis penuh candu dari lipatan kertas yang sudah la baca. Sebuah surat dengan tinta merah kental yang sudah mengering terserap kertas. "Such a tease." gumamnya dengan senyuman yang tak kunjung luntur.
Lipatan kertas itu, masuk ke saku bagian dalam jas hitamnya. Mengucapkan kata sampai jumpa sebelum meloncat keluar jendela dengan perasaan berbunga.
KAMU SEDANG MEMBACA
puzzle pieces
Fanfictionchanjin; they're just like puzzle pieces, completed each other. oneshoot collection