#Dipaksa_Menikah_Karena_Hutang
Didalam ruangan itu aku berdiri menghadap keluar jendela. kulihat lelaki tua itu tengah melamun. Entah apa yang dipikirkannya. Tetapi aku yakin, pasti ada sangkut pautnya dengan apa yang tadi aku bicarakan.
Apakah keputusan yang kubuat sudah tepat? Apakah aku terlalu jahat terhadap keluarga itu. Aku memutuskan untuk menumui Pak Mukmin.
"Pak, bisa kita bicara kembali!" pintaku.
"Baik Juragan!" jawabnya terkejut.
Aku berjalan menuju ruangan Papa. Lelaki itu mengekor dibelakangku. Kupersilahkan dia untuk duduk.
"Siapa nama anak Bapak?" tanyaku.
"Elvi, Juragan. Elvi Safitri," ucapnya.
Nama yang cantik, hatiku berdebar mengetahui namanya.
"Saya berjanji Pak, saya akan membahagiakan Elvi. Dan saya tidak akan menyia-nyiakan anak Bapak?" ucapku.
Kulihat mata lelaki itu sedikit berbinar. Terlihat ada harapan disana. Ada sedikit senyum yang terlukis di bibir tuanya.
"Sekarang Bapak tidak usah bekerja, pulanglah! Dan ini ada sedikit uang untuk Bapak!" sambungku.
Lelaki itu hanya a mengangguk tanda setuju. Mengambil uang yang tadi kuberikan dan segera berlalu.
"Kalau begitu saya permisi Juragan!" pamitnya.
Hanyaku jawab dengan anggukan. Aku tau tidak ada seorang Ayah yang rela jika putrinya dipermainkan. Tetapi aku berjanji untuk memperlakukan Elvi sebagai mestinya seorang istri.
******************
Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 19:00. Aku yang sedari tadi mengurung diri didalam kamar memutuskan untuk keluar. Kulihat Papa dan Vani tengah menikmati makan malam.
"Pah," sapaku.
"Udah keluar kamu, ngapain aja didalam kamar. Semedi nungguin calon istrimu datang?" Goda Papa dan dijawab ketawa oleh Vani.
Aku yang mendengar hanya menggaruk kepala yang tidak gatal sama sekali. Aku menarik satu kursi dan menghempaskan tubuhku.
"Aku sudah menemukan calon istriku, Pa. Esok aku akan melamarnya!" ucapku.
"Wah, yang benar saja. Siapakah gadis yang berhasil menaklukkan batu sepertimu?" Godanya kembali.
"Aku serius Pa. Anak dari Pak Mukmin," ucapku.
"Mukmin supir angkot kita itu?" tanyanya kali ini mulai serius
Aku hanya menganggukkan kepala.
"Apakah kau serius? Dari sekian banyak gadis kota, kau memilih anaknya Mukmin supir angkot itu?" tanya Papa meragukanku.
"Yang benar, Kak? Apa gadis kota tidak ada yang menarik?" tanya Vani.
"Anak kecil gak usah ikut campur!" ucapku. Vani hanya cemberut.
"Aku serius, Pa. Kemarin Papa ingin cepat memiliki menantu. Sekarang udah ada calon tapi Papa yang tidak yakin!" ucapku meyakinkan.
"Ya sudah esok kita akan melamarnya untukmu. Tetapi ingat Dimas jika kau sudah menikah, kau harus mulai belajar bertanggung jawab!" ucap Papa tegas.
*******************
Hari ini aku semangat sekali untuk pergi melamar Elvi. Aku sudah memakai kemaja berwarna putih dipadukan dengan jas berwana navy.
"Tampan," memuji diri sendiri tidak salah bukan?
Aku segera keluar kamar, kulihat Papa tidak kalah semangat dariku. Mungkin Papa bahagia karena keinginan mempunyai menantu akan segera terwujud.
"Bahagia sekali, pa? ucapku.
Papa hanya tersenyum.
"Sudah siap? Ayo, berangkat! Keburu malam nanti!" ajaknya.
Aku lupa jika sore ini aku ada janji dengan sahabatku dia akan datang ke desa ini untuk melakukan penelitiannya. Aku harus menjemputnya di perbatasan.
"Pa, aku masih ada sedikit urusan. Papa duluan saja!" ucapku,
Aku segera masuk kedalam mobilku dan segera melesat di jalanan. Kulihat sahabatku tengah kebingungan memilih jalan mana yang harus dilewati. Aku segera menemuinya dan mengantarkan ke penginapan.
"Maaf gak bisa lama-lama. Aku sedang ada urusan!" pamitku. Dia hanya melambaikan tangan.
Dengan kecepatan tinggi aku melesat di jalanan. Tapi ada yang aneh dengan mobilku. Seperti mengangkut beban yang berat, aku memutuskan untuk menepi.
Shit! Ternyata ban mobilku kempes, pantas saja terasa berat. Aku segera mencari bengkel terdekat dan meninggalkan mobilku disana. Rumah Elvi sudah tidak jauh dari sini. Aku pun memutuskan untuk berlari.
Dengan napas terengah-engah akhirnya aku sampai juga. Kulihat Papa sedang berbincang dengan Pak Mukmin, ada Elvi di sana. Hanya melihatnya saja jantungku berdetak kencang.
"Assalamualaikum!" salamku. Dengan napas yang masih terengah-engah.
Mereka menatapku terkejut. Mata wanita itu melihat tajam. Apakah dia tidak percaya lelaki tampan ini yang akan menikahinya. Aku tersenyum sendiri.
"Assalamualaikum!" ucapku kembali.
Mereka sepertinya terlalu terpesona dengan ketampananku, sampai-sampai aku harus mengucapkan berulangkali.
"Wa'alaikumsallam!" ucap mereka serempak.
"Dimas, kamu disini? Bukankah tadi kamu bilang sedang ada urusan? Dan kenapa kamu ngos-ngosan seperti itu?" tanya Papa.
Melihat putranya terengah-engah bukannya disuruh masuk dan diberi minum malah ditanya. Mau apalagi kalau bukan mau melihat calon istriku. batinku sebal.
"Silahkan masuk Juragan!" ucap Pak Mukmin mempersilakan aku untuk memasuki rumahnya. Dari tadi kek! Batinku.
Aku segera masuk dan duduk di samping Papa. Kulihat wanita dihadapanku tengah melamum, apa dia terpesona melihat ketampananku?
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipaksa Menikah Karena Hutang
RomanceElvi si wanita miskin yang diminta Ayahnya menikahi Dimas sang Juragan kaya sebagai penebus Hutang.