Mengetahui lelakimu akan menjadi ayah dari wanita lain, apa yang lebih menyakitkan? Hancur! Kali ini aku hancur!
Dengan wajah terkejut ia merebut gawai-nya dari tanganku. Aku menatapnya dengan hati yang terluka. Luka 'tak berdarah tentu lebih menyakitkan.
"Apa arti dari pesan itu, Mas?!" Aku bertanya dengan suara gemetar dan air mata yang mengalir deras.
"Lancang! Berani sekali kau membaca pesan di handphoneku!" hardiknya.
Bukan, bukan itu yang ingin aku dengar dari mulutnya. Aku ingin penjelasan!
"Kau berkata aku lancang, apakah kau tidak memikirkan perasaanku, Mas?" tanyaku
"Kurang apa aku, Mas? Salah apa? Mengapa kau tega melakukan ini kepadaku?" Aku kembali bertanya.
Air mataku benar-benar tidak bisa dihentikan. Terduduk lesu aku sudah tidak kuat menopang tubuhku. Perlahan pandanganku kabur dan tiba-tiba gelap.
*******
Aku terbangun dengan kepala pusing, kulihat Dimas tidur dengan menggenggam tanganku dalam posisi duduk.
Apa yang terjadi? Teringat kembali kejadian pahit yang baru saja aku alami. Lagi-lagi air mataku mengalir. Sakit! Hatiku benar-benar sakit.
Aku melepaskan tanganku dari genggamannya, perlahan mata itu mulai terbuka.
"Kau sudah sadar?" tanyanya.
Aku tidak menjawab, kali ini tangisku kembali pecah.
"Maafkan aku, maaf!" ucapnya seraya memeluk tubuhku.
"Jika kau tidak menginginkan aku, ceraikan aku, Mas!" Dengan suara serak aku berkata kepadanya.
Ia sontak berdiri. Terkejut rupanya dia mendengar ucapanku.
"Elvi! Kau bicara apa, hah?!" hardiknya dengan mata membulat dan rahang mengeras.
"Kau tidak terima jika aku berbicara seperti itu? Lantas yang kau lakukan apa sudah benar, Mas?!" ucapku dengan sedikit meninggikan suara.
Kulihat dia mengangkat sebelah tangannya. Seperti Ingin menampar. Aku segera memalingkan wajah.
"Aaaah ...!" ucapnya.
Aku dikejutkan dengan suara pintu yang tertutup dengan keras. Kulihat punggung itu perlahan menjauh. Dia pergi tanpa memberikan penjelasan sedikitpun!
******
Malam ini aku berdiri di balkon kamar. Mengharapkan ia kembali dan memberikan penjelasan. Namun, waktu sudah hampir tengah malam yang ditunggu tidak juga menunjukkan kehadiran.
Aku memutuskan untuk kembali ke dalam kamar. Meratapi nasibku setelah ini harus bagaimana?
Meringkuk didalam selimut menambah perasaan kelam semakin mendalam. Tangis yang sedari tadi tidak kunjung berhenti. Apa yang harus aku lakukan setelah ini?
Terdengar suara mobil memasuki pekarangan. Kulirik jam menunjukkan pukul 02:00 dini hari.
"Dari mana saja dia mengapa jam segini baru pulang?" batinku bertanya.
Aku tetap dengan posisiku. Meringkuk didalam selimut, ini membuatku nyaman. Terdengar suara langkah kaki mendekat.
Cekleek!!
Suara pintu terbuka. Aku memejamkan mata dan tetap tidak beranjak dari posisiku.
Terasa kasur bergelombang, pertanda ada orang yang menaikinya.
"Maafkan aku!" ucapnya seraya mencium keningku.
Terdengar suara langkah kaki menjauh. Perih! pertahananku kali ini runtuh.
Suara gemericik air di kamar mandi membuyarkan keheningan malam ini.
Bau wangi sabun memenuhi ruangan, pertanda bahwa Dimas sudah menyelesaikan ritual mandinya. Perlahan ia menaiki pembaringan lalu merengkuh tubuhku kedalam pelukannya.
Tidak lama terdengar dengkuran halus pertanda bahwa dia sudah terlelap.
Perlahan aku membuka mataku, untuk menatapnya. Tanpa kusadari ada yang berbeda dari wajah lelakiku. Wajah tampannya sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus dan ada beberapa jerawat yang menghiasi. Namun, tidak mengurangi sedikitpun ketampanannya.
"Wajah yang terlihat amat lelah. apakah masalah ini yang membuatmu muram belakangan ini, Mas? " Aku berucap lirih.
*******
Pagi ini aku terbangun sedikit kesiangan. Kulirik matahari sudah terbit sedikit meninggi. Kelelahan menangis hingga aku tidak sadar kapan aku mulai memejamkan mata.
Kulihat Dimas sudah rapi dengan pakaiannya.
"Sudah bangun?" tanyanya mendekatiku.
"Aku berangkat kerja dulu," pamitnya.
"Mas, kau masih berhutang penjelasan kepadaku!" ucapku dengan mata yang mulai memanas.
Kuat El, kuat!
"Aku sedang tidak ingin membicarakannya!" ucapnya seraya berlalu. Meninggalkanku disini dengan perasaan, hancur!
Terdengar suara mobil Pajero sport miliknya perlahan menjauh.
Aku bangkit mengguyur tubuhku dengan air. Menangis sejadi-jadinya.
"Kau tidak memikirkan perasaanku sama sekali, Mas!" ucapku sedikit berteriak dibawah kucuran air.
*******
Saat tengah asik merenung di taman belakang. Terdengar suara mobil Dimas memasuki pelataran. Kulirik jam yang melingkar di tangan menunjukkan pukul 10:00.
"Mengapa dia kembali secepat ini? Apakah ada yang tertinggal atau dia ingin memberiku penjelasan?"
Aku berlari kedepan ingin membukakan pintu. Setelah sampai betapa terkejutnya aku melihat siapa yang datang bersama Dimas. Lagi-lagi wanita itu. Dengan menggandeng mesra tangan suamiku dan berjalan memasuki rumahku.
BERSAMBUNG ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipaksa Menikah Karena Hutang
RomanceElvi si wanita miskin yang diminta Ayahnya menikahi Dimas sang Juragan kaya sebagai penebus Hutang.