Chapter 17

564 31 19
                                    

Chaewon pov

Aku memandang pantulan diriku di cermin. Melihat diriku yang mengenakan blouse warna biru muda dan rok hitam selutut, sudah siap untuk berangkat kerja. Kukenakan sedikit lip tint ke bibirku. Namun seketika gerakanku terhenti karena mengingat sesuatu.

Aku mengingtatnya, tatapan itu.

"Kau akan selalu berada disisiku kan?" Ujarnya dengan suara lemah dan tatapan yang begitu lembut. Matanya seolah mengungkapkan semua kesendiriannya.

Aku tak bisa jika begini. Aku bisa terkurung dalam dalam tatapannya. Aku akan kembali lupa tetang apa yang berusaha aku tanamkan dalam diriku. Oleh karenanya aku berpaling.

Namun suaranya yang dalam itu memanggilku dengan begitu lembut. Membuatku kembali ingin melihatnya. Ia menuntunku meraih detak jantungnya yang berdetak sama kencangnya denganku kala itu.

"Tetap disisiku Moon Chaewon." Pintanya.

Kilas kejadian itu kembali terulang. Ia meraih tengkuku. Mengecap setiap inci bibirku dengan begitu lembut. Begitu merasakan detak jantungnya sekain cepat seperti milikku, aku terbuai. Entah mengapa rasanya seolah ia berkata, Aku menyukaimu. Apakah aku yang terlalu berharap?

Namun keraguanku sirna begitu ia memperdalam tautan bibirnya denganku. Aku terbuai olehnya. Aku memberinya akses untuk memperdalam ciuamannya. Tangannya beralih ke leherku. Sementara tanganku menarik kerah kemejanya.

Kurasakan ciumannya kini tak selembut tadi. Kali ini lebih dalam dan menuntut lebih. Aku mengikuti temponya. Merasakan sisa sisa alkohol dimulutnya.

Cukup lama hingga tiba-tiba saja ia mengendurkan tautan kami menempelkan dahinya dengan milikku. Berusaha mengatur nafasnya sama denganku. Tangannya masih diposisi yang sama.

"Maaf..."

Ia meminta maaf. Aku memundurkan tubuhku. Apa ia menyesal telah melakukan ini? Ia memandangku. "Maaf Moon Chaewon." Untuk apa ia meminta maaf?

Mataku memerah. Aku tak kuasa menahan tangisku. Aku segera mengambil barang-baranhku dan meninggalkannya. Seketika hatiku terasa sakit.
Apa ia menganggap ciuman itu sebagai suatu kesalahan?

Kurasa ya.

Semua yang pria itu lakukan hanyalah sebuah kesalahan orang mabuk.

Bodoh.

Moon Chaewon kau bodoh.

Lagi lagi kau terbuai.

Aku menarik nafasku dalam. Meruntuki kebodohanku.

Ku tatap kembali pantulan diriku di cermin. Mataku bahkan masih terlihat bengkak karena menangis semalaman. Bagaimana aku bisa menghadapinya hari ini. Meski hatiku sakit aku harus menahannya.

Aku melangkahkan tungkaiku berjanjak dari kamarku meski dengan perasaan ragu. Namun tetap saja aku harus menghadapinya. Toh sebentar lagi kontrak kita akan berakhir. Dengan satu tarikan nafas aku buka pintu rumah milik Seulgi ini.

Nafasku tercekat begitu mendapati mobil hitam miliknya sudah terparkir di depan. Netraku melebar, kulangkahkan kakiku menuju kearah mobilnya dan membungkukan badanku menyapa supirnya yang dengan sigap membukan pintu untukku.

Jantungku berdetak begitu cepat. Apalagi setelah duduk disebelahnya. Ia tak bicara apapun. Aku tidak tahan dengan kecanggungan ini. Sudah bertahan lebih dari lima menit semenjak kami beranjak dari rumahku dan kami sudah hampir sampai ke kantor. Seperti biasanya ia sibuk dengan tabletnya.

Semua terjadi seperti biasanya, seolah tidak terjadi apapun. Namun sejujurnya perasaanku yang begitu tak karuan aku berusaha menyembunyikannya.

Sudah seharian ini kami bersikap seperti biasanya. Karena ia tak membahasnya, akupun mengikuti alur yang ia buat.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang