Chapter 19

400 26 10
                                    

Joongki Pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joongki Pov

Hening.

Sepi.

Itulah yang kurasakan setiap harinya di kota dimana tidak ada yang mengenalku ini, San Fransisco.

Sudah hampir 5 tahun namun yang kurasakan tetap sama. Kehampaan.

Ah, bukan-bukan bukan 5 tahun tepatnya sudah lebih dari setengah dari usiaku penuh kehampaan. semenjak ibuku pergi meninggalkan dunia ini, beginilah kehidupanku.

Layaknya pohon maple yang daunnya gugur di musim dingin. Namun musim dingin seolah menetap, tak kunjung berganti meskipun sudah bertahun-tahun lalu.

Akan tetapi ada saatnya ketika aku yang sudah beku ini merasakan sedikit hangatnya angin musim semi. Kapan itu? Ya ketika mengingatnya. Ketika mengingatnya rasanya seperti mendapat hembusan angin musim semi yang hangat.

Ia seperti angin musim semi yang tiba-tiba tiba saja bertiup, menumbuhkan ku harapan untuk kembali tumbuh. Angin musim semi yang menerpaku barang sebentar, tetapi kehangatannya bisa membuat dingin yang kurasa sirna. Namun aku sendiri yang membuatnya pergi, dan tak berani menghampirinya. Aku membiarkannya, dan kembali dalam musim dinginku yang tak berujung.

Setelah hari dimana terakhir kali aku menemuinya yang tertidur,aku menunjukkannya siapa diriku sebenarnya dan kemudian lari meninggalkannya. Karna kurasa jika itu aku, aku akan membenci diriku seumur hidupku. Aku akan membenci Song Joongki yang menghancurkan hidupku, menghancurkan keluargaku. Karena itu aku melakukannya.

Song Joongki sudah benar -benar mati.

Tak lama setelah itu aku divonis penjara selama 3 tahun. Tidak ada yang benar-benar kulakukan disana. Aku merasakan hukumanku. Bahkan hantaman pukilan dari hasil peeundungan beberapa narapidana di penjara sudah tak dapat kurasakan lagi nyerinya.

Satu-satunya orang yang ada lam pikiranku hanyalan gadis itu. Aku yang mendorongnya pergi. Dan aku juga meninggalkannya karena terlalu takut menghadapi kemarahannya.

Apakah aku salah jika aku pergi?

Aku hanya tak ingin membuatnya semakin terluka dengan keberadaanku. Bukannya aku tidak peduli, bukannya aku tidak mencintainya.

Aku hanya ingin ia menemukan kehidupannya, tanpa aku yang akan selalu menyakitinya. Menemukan orang yang lebih baik yang bisa menjaganya lebih baik dari pada aku.

Namun hari itu ketika aku sedang mengurung diriku ditengah rumah kecil di San Francisco, aku berminpi. Mimpi yang amat panjang, entah itu mimpi atau ingatan masa lalu yang pernah kualami.

Hingga hari itu juga aku menemukan keberanianku.

Aku harus menemuinya.

Aku harus mengatakan sendiri apa yang seharusnya aku katakan. Aku harus menerima apa yang seharusnya aku terima. Kemarahannya atau apapun itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang