Aku bertemu denganmu waktu itu,
Aku bersamamu waktu itu,
Aku berakhir denganmu, sekarang.Awalnya kita hanya berteman,
Atau lebih tepatnya, kamu teman dari adik ku, walaupun kamu bahkan telah hidup lebih lama dariku,Entah apa yang bisa membuatku jatuh padamu,
Senyum? Bahkan aku pun tak mengerti wajah aslimu,
Tawa? Kamu pun tak pernah bersuara saat memulai pesan suara,Cukup bodoh karena nyatanya aku jatuh karena ketikanmu, saja.
Dan kebodohan itu berlanjut, hingga kemudian aku mengatakannya padamu,
Kamu tidak menjawab secara gamblang, aku kira kamu juga ada rasa yang sama,Nyatanya, kamu pun hanya sekedar bahagia tanpa ingin bersama denganku.
Sebulan, tiga bulan, lima bulan lebih telah terlewati,
Bahagia merekah, sakit semakin menghantam.Aku bahkan sebelumnya tahu, bagaimana sikapmu terhadap yang lain, sama padaku.
Tapi kebodohan itu menutupi rasionalitas diri sehingga muncul angan yang merekah tak teratur.Suatu hari, di saat emosional ku sedang melonjak tinggi, dan kamu benar menambah bara di dalamnya,
Kamu mengatakan kenyataan pahit,
Kamu tak mencintaiku kembali,
Kamu mengakui setiap busuk diri,
Kamu mengungkapkan yang seharusnya memang terjadi,
Kamu memilih pergi.Kembali ke waktu Sekarang,
Aku masih berusaha melepaskan, kembali.Melepaskan tanpa rasa dendam,
Tanpa rasa benci yang menyeruak,
Tanpa ada rasa sesal karena pernah mendalam,Dan senyum terukir bebas di wajah, walau mata mungkin tak pernah menghentikan air untuk menetes perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling Blue
PoetryKetika semua hanya ilusi dan angan yang mendominasi. Menjadi sakit dengan diam tak bereaksi.