Saras sedang merias kliennya yang akan wisuda saat pesan dari Ben muncul, mengalihkan perhatiannya.
Ben:
Sa, sibuk?
Saras membaca sekilas isi pesan pada notif di layar sebelum memutuskan untuk melanjuti pekerjaannya yang belum selesai. Mencoba tidak menghiraukan pesan dari Ben.
"Kak, dibalas aja dulu chat-nya. Nggak apa-apa kok," ujar sang klien, tiba-tiba.
"Oh?" Saras kikuk. "Nggak apa-apa?"
"Iya, nggak apa-apa atuh." Kliennya tersenyum memaklumi.
Saras mengangguk dan segera meraih ponselnya. "Saya minta izin buat telfon dulu ya. Biar cepat urusannya."
"Iya, Kak. Silakan."
Tidak ingin membuang waktu, Saras segera menelepon Ben.
Di tempatnya, Ben terkejut mendapati dering di ponselnya disebabkan oleh Saras. Ia pun berdeham. Membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba mengering lantas bergegas mengangkat panggilan.
"Hey, ada apa, Saras?"
"Ng... hai? Justru aku yang mau tanya sama kamu. Ada apa ya, Ben?"
Ben langsung merutuki kebodohan yang dibuatnya dalam hati. "Oh iya, ini. Hmm... Kamu sibuk?"
Saras mengangguk meskipun Ben tidak dapat melihat geraknya. "Iya. Makanya aku langsung telfon kamu, soalnya kalau chat lama. Ada apa ya?" Saras bertanya sekali lagi. Jujur saja, membuat kliennya menunggu itu sangat tidak enak! Saras tidak ingin kepuasan klien terhadap jasanya berkurang.
"Oh, aku ganggu?"
"Ben, bisa to the point?"
"Ah, maaf." Sekali lagi, Ben merasa jadi tidak enak hati pada Saras. "Gini, Mamaku ngundang kamu ke acara makan-makan di rumah. Hmm, kamu bersedia ikut?"
Hening sejenak. Ben tahu, Saras tengah mempertimbangkan jawaban. Tapi tidak dapat dipungkiri, rasa khawatir akan ditolak tengah bergemuruh di hatinya.
"Kapan acaranya?"
"Lusa. Jadwal kamu padat ya?"
"Kebetulan kalau lusa sih aku free. Tapi..."
"Tapi apa, Saras?"
Kelembutan di balik pertanyaan Ben membuat jantung Saras berdegup kencang. Perempuan itu bersyukur, mereka tengah berbicara lewat telepon genggam. Kalau tidak, mungkin Ben akan mendengarnya dan membuat Saras malu!
"Ramai ya acaranya? Aku nggak nyaman..."
"Oh, nggak kok!" potong Ben, cepat. "Mama cuma ngundang kamu sama Raka, tunangannya Key."
"Oalah, begitu. Hmm, ya udah. Aku datang ya."
Jawaban Saras membuat senyum di wajah tampan Ben merekah. "Beneran? Ah, maksud aku, iya. Oke. Lusa aku jemput jam 5 sore ya. See you!"
"Iya. See you!"
Saras baru akan memutuskan sambungan, suara Ben kembali membuat jantungnya berulah.
"Saras?"
"Iya?"
"Semangat kerjanya ya. Have a nice day!"
***
Saras menghempaskan tubuhnya ke ranjang dan memicingkan kedua matanya. Hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan. Rasa capeknya seolah terbayar dengan kepuasan di wajah para kliennya. Memang benar, bekerja sesuai dengan minat serta passion adalah sumber kebahagiaan. Saras tidak dituntut bisa melakukan sesuatu yang tidak dirinya mumpuni hanya demi mendapatkan uang untuk kelangsungan hidup. Dan itu merupakan salah satu goals-nya sejak kuliah dulu. Sudah tercapai.
Yang belum adalah, tujuannya dalam menemukan pasangan dan hidup damai bersama. Tidak sembarang pendamping, tapi seseorang yang Saras ingikan. Seseorang yang bisa membuat Saras nyaman. Seseorang yang bisa membuat Saras percaya bahwa cinta adalah benar kehadirannya.
Kedua mata Saras kontan terbuka begitu telinganya menangkap keributan "kecil" dari luar kamarnya. Siapa lagi yang menciptakan suara gaduh tersebut kalau bukan kedua orang tuanya?
Sejak kecil, Saras sudah akrab dengan pertikaian antara mereka di depan kedua matanya, persis. Kalau dulu Saras hanya bisa menangis tiap kali orang tuanya "berulah", kini Saras bisa menyembunyikan diri di kamar atau bahkan keluar rumah karena dia bukan lagi anak-anak. Sayangnya, untuk pilihan kedua, Saras terlalu malas berhadapan dengan dunia saat perasaannya sedang kacau sehingga ia lebih memilih mengurung diri di ruang pribadinya.
Orang tua Saras mungkin terlihat harmonis di hadapan publik. Saras pun mengikuti permainan mereka. Saras yang "tidak tersentuh" dan masa bodoh tiap didekat kedua orang tuanya, menjadi Saras yang seolah memiliki orang tua paling sempurna tiap kali ada "mata" melihat.
Seluruh penghuni di rumah Saras, termasuk Saras, adalah pemegang penghargaan sandiwara terhebat.
Pintu kamar Saras terbuka. Kepala perempuan itu sontak menoleh ke asal suara dan menemukan sang mama melangkah menghampiri anaknya dengan air mata berurai. Saras tahu, akan ada kata-kata "cerai" yang akan terucap dalam hitungan detik. Namun, semua itu tekad bulat untuk berpisah dari mamanya tersebut tidak akan bertahan lama. Cukup mendengar papa kembali "menegur" mama seolah tidak terjadi apa-apa, maka semua akan baik-baik saja seperti sedia kala.
Dan akan selalu begitu. Entah sampai kapan. Saras tidak peduli.
Saras mendengarkan curahan hati dan uneg-uneg mamanya tanpa minat. Bagi sebagian orang, Saras adalah pendengar yang baik. Terkadang, ia bisa merasakan empati besar pada si pencerita. Tapi dengan orang tuanya, Saras seolah mati rasa. Pendengarannya pun seakan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Saras bukan tidak ingin, ia hanya takut mengetahui segala hal dari sisi sang mama dan membuat sosok papa semakin buruk di matanya. Walaupun kenyataannya tidak jauh berbeda.
Usai "curhat", mama meninggalkan Saras dan luka di hatinya. Melebarkan goresan tak kasat mata di dada Saras sebagai seorang anak. Saras hanya mampu memandangi pintu kamarnya yang tertutup dengan tatapan pilu. Tidak ada lagi yang ia harapkan di dunia ini selain memiliki seseorang yang memahami penuh akan dirinya, keluarganya, dan segala yang berputar di sekitarnya.
💄
[Repost: Wattpad version]
Pssst! PO buku BATB berakhir tanggal 6 Agustus 2023, jadi jangan sampai ketinggalan buat peluk novel cantik ini yaaa hihi.
CARA PEMESANAN:
Buka Market Place Namina Books (link di bawah) > Pilih Paket yang Diinginkan > Lakukan Pembayaran (Bisa COD) > Tunggu Paket Datang 🤗Link pemesanan:
🧡 (Shopee Namina Books) https://shope.ee/gulXtpNh
💚 (Tokopedia Namina Books) https://tokopedia.link/WZelW0JyLBb
Atau bisa juga pesan via WA ke admin penerbit Namina Books di nomor 085105300534 yaa 💖Pssst! Khusus yang ikut PO saja lho, yang bakal dapat HIDDEN CHAPTER 😍 Jadi, jangan sampai ketinggalan yaa, wahai para kesayangan Ben 🥹Love yaaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and the Boss
Romance"Bilang kalau kamu mau aku pergi. Bilang kalau kamu nggak suka aku hadir di hidup kamu. Say it if you mean it." - Benara Wijaya Kamuflase cinta. Penorehan luka. Hancurnya kepercayaan untuk bertahan. Kepalsuan dalam sebuah keluarga membuat Aluna Sara...