Sudah pukul 19:00 sekarang, pemuda itu belum membuka matanya. Alvin dari tadi sudah mulai bosan menunggu, bahkan Alvin sudah pulang ke rumahnya untuk berganti pakaian dan mengambil pakaian kerjanya tadi. Alvin juga membawakan Reval pakaian kerja cadangan yang Alvin punya. Alvin tahu bahwa temannya itu tidak mungkin bisa pulang setelah bangun dari tidurnya nanti.
Pintu ruangan itu terbuka, menampakkan sosok Niko yang lelah bekerja hampir seharian. Kaget melihat Reval yang masih saja tertidur sampai sekarang. Entah apa yang dimimpikan anak itu sampai bisa tidur sepulas itu. Niko perlahan memasuki ruangan itu dan duduk di sebelah Alvin. Alvin yang sedang termenung kaget ketika bahunya ditepuk pelan.
"Ngagetin aja sih!" ucap Alvin.
"Makanya jangan ngelamun terus, kalau kepo kenapa nggak dibangunin sih? diem begitu bukan artinya lo bisa dapet apa-apa, tau?" sahut Niko Santai. Lelaki itu langsung membuka pakaian kerjanya dan segera menggantinya dengan pakaian sehari-hari karena jam kerjanya sudah usai.
"Kalau dia bangun juga belum tentu gua tau apa yang dia rasain, kan? Lo tau sendiri anak itu gimana Bang! mending gua liat dia tidur pules daripada dia bangun, Lo mau nanya ke dia?" sahut Alvin yang mulai tenang dengan keadaan.
"Suruh Hendra sana, palingan jadi adu panco sama Lo! Nanti yang menang gue traktir bakso sebelah nanti," ucap Niko dengan nada yang renyah. Lelaki itu memang sangat ramah, berbicara saja sambil tersenyum.
"Ogah ah, yang ada---"
"Alhamdulillah kelar juga kerjaan! Dih, masih di sini aja lo pada?! Ngapain sih?! Bukannya pulang sono!" teriak Hendra yang datang sambil kegirangan karena pekerjannya sudah kelar. Niko yang melihatnya hanya terkekeh, berbeda dengan Alvin yang sudah mulai kesal. Teriakannya bisa saja membangunkan Reval yang sedang tertidur pulas.
"Jangan berisik! Nanti temen gue bangun," sahut Alvin dengan jengkel. Heran dengan kakaknya itu, tidak pernah santai ketika berbicara.
"Dia belom bangun dari pagi?" tanya Hendra dengan serius, jangan anggap Hendra sebagai lelaki tidak tahu diri. Lelaki itu sangat care sebenarnya dengan sekitar. Apalagi dengan Reval yang sudah dia anggap seperti adik sendiri.
"Val! Bangun Val! udah malem nih," ucap Hendra sambil menggoyangkan tubuh Reval.
Alvin kaget melihat kakaknya dengan santai membangunkan Reval. Niko hanya terkekeh melihat suasana seperti ini. Sang adik yang menjaga temannya agar tetap tidur tenang dan sang kakak yang ingin membangunkan teman adiknya. Hendra dan Alvin memang selalu berbeda pendapat, jika tidak ada perdebatan maka tidak disebut hari namanya.
Reval perlahan bangun dan menggerakkan tubuh seraya meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku sehabis tidur. Perlahan penglihatannya semakin jelas, dia melihat Alvin di sebelahnya dan diikuti Hendra di sebelah Alvin, dan jangan lupakan Niko di pojok yang sedang merapikan pakaiannya.
"Good morning, Reval!" sapa Niko dengan ramah. Tidak tahu apa yang dipikirkan lelaki satu itu, padahal hari sudah malam masih saja mengucapkan selamat pagi.
"Sudah jam berapa sekarang?" tanya Reval dengan nada seraknya.
"Sudah jam tujuh, pakaian lo udah gua bawain, nggak usah pulang! Mandi d sini aja!" sahut Alvin.
Reval hanya menganggukkan kepala, menuruti perkataan Alvin untuk mandi di sini. Tak lama kemudian terbukalah pintu ruangan itu, menampakkan sosok Putri yang menarik tangan Amanda untuk memaksanya masuk.
"Keluar lo pada! Amanda sama gue mau ganti baju nih," ucap Putri.
Mendengar hal itu, Niko segera keluar dan berpamitan, karena ada urusan mendadak katanya. Hendra langsung menarik tangan Reval untuk keluar dari ruangan itu, meninggalkan Alvin yang melongo karena ditinggal sendirian.
"Buruan mandi, udah bau asem lo! Shift jam berapa sih hari ini?" tanya Hendra setelah sampai di depan ruangan itu. Reval yang masih setengah sadar seperti ingin jatuh, namun ditahan dengan tangan yang lain pada tembok sebelahnya.
"Jam delapan," jawab Reval. Alvin yang mendengarnya langsung memberikan smartphone Reval yang terus berdering akibat adanya panggilan dari kontak yang bernama Bi Fatimah sejak sore tadi. Reval yang melihatnya langsung mengangkatnya.
"Kamu di mana? Revan dibawa ke rumah sakit tadi, Pak Rangga kelihatan panik. Revan pasti pingsan," jelas Bi Fatimah setelah mengetahui panggilannya diangkat oleh anak itu.
"Reval di rumah temen, Bi. Nanti Reval ke rumah sakit," sahut Reval dengan nada yang makin lesu. Kelihatan terdapat masalah setelah mendengar ucapan pembantunya itu.
"Nggak usah, cukup pulang seperti biasa saja. Paling juga nanti malam Revan sudah balik," sahut Fatimah.
"Iya, Bi," jawab Reval dan langsung menutup panggilan itu. Rona di mukanya semakin memutih, tanda anak itu sedang tidak baik-baik saja. Alvin dan Hendra yang melihatnya lantas bertatapan muka dan saling mengedikkan bahu.
"Are you okay?" tanya Alvin, Hendra tidak ingin mengganggu mereka lagi. Hendra segera ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.
"I'm okay, mana bajunya?"
^^^
HALLOOOOOO GAISSSS
makin penasaran sama Reval gak kalian? hehehe, kalau makiin penasaran, tungguin terus part selanjutnya yaaa.
jangan lupa untuk vote dan komen yaaaa hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVAL
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Perjanjian itu juga akhirnya adalah kematian Reval! Reval nggak bodoh untuk menyadari kalau jantung Reval diambil, Reval akan mati." "Boleh peluk gue nanti kalau lo bangun? Gue kangen sama lo." #1 SAD (19-11-21) #1 SAD (20...