Empat

7.9K 506 4
                                    

Vanya

Hampir satu jam kita hanya makan-makan, tapi, emangnya apa yang gue mau ya? Bukannya gue harus senang kalo ini hanya pertemuan biasa, bukan tunangan ataupun semacamnya.

Om Jaka terlihat gelisah. “Mah, Farel sama Justin mana? Kok dari tadi belum datang.”

“Aku gak tahu, Mas. Bukannya tadi terakhir kamu lihat mereka itu di kamar Justin, ya?”

“Iya, katanya mereka lagi siap-siap dan kata mereka kita duluan aja, kok sampai sekarang mereka belum datang.”

Di tengah kegelisahan, Ayah menatap gue seolah-olah menenangkan dan tidak akan terjadi apa-apa. Namun tidak lama setelah itu cowok bertubuh tinggi, berkulit putih, dan cukup tampan itu menghampiri kami.

“Papi, apa Farel sudah sampai sini?”
Om Jaka menggelengkan kepalanya.

“Belum, dia belum sampai sini. Lho, bukannya tadi dia bilang mau bareng kamu, Justin?”

Oh, gue baru ingat. Itu Kak Justin, Kakak kandung Farel. Umur mereka tidak terpaut jauh, gue masih ingat jelas, dulu ketika sedang tidur di kamar Farel, Kak Justin selalu mencorat-coret muka gue sampai merah-merah. Kadang sepatu gue juga dia masukin ke kolam ikan. Namun sepertinya Kak Justin nggak terlalu ingat gue.

“Lalu, Farel kemana, Justin?” tanya Tante Lita bingung.

Kak Justin terlihat mengangkat bahunya acuh. “Tadi Farel udah jalan duluan sambil bawa tas naik mobil kesayangannya. Lagian, kenapa sih kalian ngebet banget nikahin Farel sama Vanya? Kalian tahu, kan kalau dia itu gak suka Vanya.”

Setelah mendengar ucapan Kak Justin, ntah kenapa hati gue tiba-tiba sakit. Seenggaknya kalo emang iya mau nolak perjodohan ini jangan sampe segitunya. Apa iya dengan cara gue datang ke sini itu terlalu berharap akan perjodohan ini?

“Justin!”

“Kenapa? Hah? Toh Vanya juga tidak ada di sini, berarti dia tidak mau menikah dengan Farel, kan? Ya sudah batalkan saja.” kata Kak Justin cuek.

“Astaga, anak ini benar-benar.” Terlihat sekali kalau Om Jaka sangat marah. “Bisa tidak jaga ucapanmu itu, Justin? Siapa yang mengajarkanmu berbicara seperti itu, hah?!”

“Udah cukup!” pekik Tante Lita. “Mami cuman nanya kemana Farel sekarang, Justin!”

“Kan udah Justin bilang tadi, Justin gak tahu, Mami.”

Ayah menepuk pundak om Jaka. “Jaka, sudah... Tidak usah di paksa, kalau memang anakmu itu tidak mau di jodohkan dengan putri saya, tidak apa.”

Om Jaka seperti menahan emosi saat ini. “Sudahlah, sepertinya Farel kabur.”

Tante Lita hampir terjatuh kalau aja gak gue tahan. “Lalu bagaimana perjodohan ini, Mas?” tanyanya pada Om Jaka.

Om Jaka memijit pelipisnya. “Bagaimana kalau di gantikan saja oleh Justin?”

“Apa? Gak, Justin gak mau nikah sama Vanya!” katanya yang masih belum sadar kalau itu gue yang bantuin Tante Lita kembali duduk.

“Kenapa? Mau melawan? Hah?!”

Ayah menghampiri gue yang duduk di sebelah Tante Lita, terlihat sekali sorot mata kekecewaannya. “Ayok Vanya, kita pulang, sudah malam.”

Married With Fakboy [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang