Sebungkus nasi telah berada di genggamanku, umi pun mencium keningku, lamat-lamat ku pandangi tubuhnya yang mulai menjauh itu.
" Yang semangat ya belajar nya"
air mata nya masih nampak jelas. meski mobil telah jauh pergi tapi, memori tadi tak sedikit hilang di benakku. beliau telah pergi meninggalkanku.
Pikiranku campur aduk meski tak siap tapi, harus siap.Aku berjalan gontai menuju asrama, tangisku ingin pecah.
Senja sempurna membias cakrawala.Malam ini tak seperti malam biasanya. tidur di atas keramik tak beralas. hanya di temani bantal dan boneka yg menjadi pelengkapnya, sesekali membeber selimut sebagai alas tidur. Karena pulangan kemarin cukup lama, pikiranku masih dihantui dengan bayangan rumah, meski sudah 5 tahun berada di pesantren yang sama tapi, nyali tangis akan rindu keluarga, tak bisa ku buang. entah kenapa aku sangat merindukan mereka terlebih baru kembali ketempat ini.
"Hiks,hiks,hiks"
Air mata pun mulai bercucuran tak beraturan di pipiku.Seisi kamar di buat menoleh. Leli memandangku, menangkup cairan bening yang jatuh,"Jangan nangis, kita sama2 berjuang menggapai mimpi. Lihat tuh, mimpi mu di sana!masih ajha cengeng nih? "
Ku melirik kisi-kisi jendela, Rembulan menggantung di langit, ombak berdebum Nampak indah. aku menghela nafas, membalas tatapan Leli,"Hhh. Jadi malu nih,"selaku.
"Ingat umur juga," cela leli
Tawa pun bergema keras di langit-langit asrama.
Pekat semakin menyelimut malam, kami masih berbincang sesekali menatap kudapan yang ku suguhkan, "Ada2 ajha kamu sal, gk malu ta, Sama santri baru?"Leli menepuk pundakku, mulutnya masih penuh, memamah makanan, aku tergugu perkataannya berhasil membuat diriku malu over
"Yuk ke dhalem pasti neng bela nunggu dari tadi,"
Aku tercengang, sedangkan mulutku masih sibuk memamah,"Oh, ya, kita kan belum sowan ke beliau,"
Aku dan Leli pun terperanjat menuju ke dhalem. Jalan lengang untuk jam seperti ini. Rembulan berjalan menyamai langkah kami. deritan bambu beradu dengan suara ombak, angin malam serasa mengusik langkah kami. ku sapu pandangan, Menangkap sosok tengah bersantai dengan kopi yang menemani, sepasang mata membalas tatapanku.
Ku pegang erat lengan Leli, mengabarkan padanya akan penglihatanku, "Kamu ngerasa nggak lel? kalo kita diliatin kang itu dari tadi,"
"Biasa Sal, itu kang Ahmad baru kemarin ia jadi cak dhalem,"balas Leli enteng.
"Hhh pantesan gak tau liat."
Leli menyorot tajam wajahku,"Udah,udah jangan di liatin!"cerca Leli sedang tangannya mengerat ke pergelangan tanganku.
Aku tergugu, membalas bola mata hitam Leli, "Eehhh siapa yang liatin nggak ya,sorry lel dia dulu sich yang liatin ana"
Leli kaget menatap tatapanku sepertinya pikiranya hiruk-pikuk"Eehhh ya ya bercanda kok, jangan diambil hati ya!"
Kami sempat bertanya kepada salah satu abdhi dhalem, mengenai kabar Neng Bella.
Alhamdulillah ternyata, Neng ada di ndalem. Kami di persilahkan masuk oleh abdhi dhalem. Ku tata jantungku, yang entah mengapa cukup berdegup kali ini.Aku dan Leli memandang ruangan bernuansa islami ini, memang foto-foto para kyai ditambah beberapa kaligrafi yang mengelilingi ruangan ini menambah kesan islaminya. Neng Bella menyibak gorden muka airnya terlihat bahagia melihat kami di sini. segera Kami bubarkan pandangan kami yang masih mengelilingi ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Skenario
Teen Fiction┌(┌^o^)┐FOLLOW SEBELUM MEMBACA Kisah tentang seorang Santri Wati bernama Salsabila Velica yang di suguhkan dengan teka-teki di kehidupannya akankah ia dapat menguak misteri tersebut atau hanya sebuah hayalan yang terbuai...? Ima selaku ketua gengs h...