8. ~Fitnah

117 24 3
                                    

Masih sepagi ini aku di Bully ocehan tetangga kamar. jangan tanya ketika di kelas, perkataan pedas menusuk di telinga. bukankah fitnah lebih kejam daripada pembunuhan.

Hanya suara decitan bangku. aku malas untuk membuka suara. apalagi di waktu sulit ini ketika fitnah bertebaran di mana mana.
Untungnya ustadz segera membuka topik pelajaran tafsir.

"Buka surat Al Baqarah ayat 191 keterangannya sampai ayat
الفتنة اشد من القتل
Kan...?"

Semua santri mengangguk semangat.

"Sekarang baca dulu surat
Al Baqarah ayat 191 !"titah ustadz.

ku lihat sekelilingku semua membaca surat ini. ada yang sudah hafal dan ada yang masih memandang kitab tafsirnya.
وقتلوهم حيث ثقفتموهم واخرجوهم
من حيث اخرجوكم و الفتنة اشد من القتل ...الاية

Kebetulan pembahasan disini tentang fitnah yang cocok dengan nasibku sekarang.

"الفتنة اشد من القتل"
"Jadi yang di maksud fitnah dalam ayat ini adalah bukan fitnah yang berkaitkan dengan berita2 miring yang di sebarluaskan atau yang kita sering sebut dengan hoaks bahkan kata fitnah di sini kerap kali di salah gunakan sebagai dalih melindungi diri dari tuduhan ternyata fitnah dalam Al Qur'an tidak sama yang sering kita pakai"

Telinga ku masih merekam pembicaraan ustadz, ternyata anggapan ku mengenai fitnah salah.

"Eh lihat, itu tuh santri yang kemarin menggemparkan Aula dhalem."

"Iya, berani banget dia pacaran."

"Niat cari ilmu apa pacar sich ?"

bisik-bisik menusuk telingaku. Fokusku buyar sudah. Aku menoleh ke belakang melotot tajam mrk. Mrk balas tercengang kaget. Awok,awok,awok. Akhirnya mulut mrk segera bungkam. Mrk menunduk, salah satunya menunjuk-nunjuk.
Apa sich, bisa aja mengalihkan topik.

Plak penggaris panjang menampar keras telinga. Ku menggigit bibir menolehnya.

"Salsabila Velica."

Seluruh kelas menatapku tajam. desis para murid tambah ramai.

Ku pandangi ustadz. uban telah memadati rambut Beliau. Aku menelan ludah, rasanya kayak jungkir balik. Meskipun ia menegurku tatapannya tak pernah tajam. Mungkin terbiasa sabar sampai-sampai tak bisa di bedakan mana wajah marahnya mana yang tidak.

"Afwan ustadz."ucapku menunduk. Aku sangat bersalah. Memang syetan pengganggu. Aku tak henti mengumpat dalam hati.

Ustadz melanjutkan keterangannya. Pandangannya kembali pada kitab tafsirnya. Ia berdehem sejenak.

"fitnah di maksud disini, adalah menghalangi orang dari jalan Allah,kufur, berada dalam kemusyrikan,menghalangi orang lain masuk ke Masjidil haram dan mengusir penduduknya"

"Pada waktu itu orang kafir beranggapan bahwa orang muslim telah melakukan dosa yang besar karena melanggar aturan yakni melakukan peperangan di bulan bulan yang di muliakan maka Allah menentang ucapan mrk dengan di turunkan surat ini"
#Asbabun Nuzul

الفتنة اشد من القتنة jadi"
Yang berarti musyrik syirik yang di lakukan oleh orang kafir jauh lebih besar dosanya dari pada peperangan yang di lakukan orang Islam pada bulan-bulan yang di haramkan.

Sumber : tafsir showi hal 230/231 bairut
Al-Qur'an surat Al Baqarah ayat 191

bel pulang menyeruak ke seantero kelas. Ustadz mengakhiri kelas dengan salam.

Murid-murid berhamburan keluar. pikiranku masih kalut.

beberapa santriwati melangkah menuju bangkuku, ia mencemooh di susul santriwati lain ikutan mengejek.

Di Balik SkenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang