3

22 7 1
                                    

Memaafkan

Seperti biasanya. Jika mood nya sedang buruk, Kia akan mengurung dirinya di dalam kamar.
Dia masih mengingat perkataan mamanya sore itu, yang membuat dirinya merasa malas untuk melakukan apa-apa.
Dia merasa tidak sanggup menjalani hidup dalam keadaan dimana dia merasa terpojok, terkucil, dan diabaikan.
Sebenarnya, itu semua hanya perasaannya saja. Karena pada kenyataannya, orang-orang yang ada di sekitarnya itu sangat menyayanginya.
Hanya saja, cara mereka menunjukkan kasih sayangnya sulit untuk diterima oleh Kia secara positif.
"Nando mana sih? " Batin Kia bertanya-tanya sambil menatap aplikasi chat yang ada di ponselnya.
"Kok nggak ada kabar sih. " Gumam Kia kesal saat menatap aplikasi chat nya tidak ada pesan satupun dari pacarnya itu.
"Ah. Udahlah. Pergi aja sana semuanya! Memang guetu ditakdirin buat sendiri." Gerutu Kia sambil melemparkan ponselnya ke sembarang arah.

Tiba-tiba, ponsel Kia berdering.
Masih dengan wajah kusutnya, Kia mencari sumber suara itu.
Antara senang dan kesal, dia mengangkat telpon dari seseorang yang tadi sempat membuat kacau pikirannya.

"Hallo!. " Ucap Kia memulai percakapan.

"Hallo Sayang. Kamu marah ya?" Ucap pria dari seberang sana.

"Itu tau." Jawab Kia ketus.

"Emm.. Jangan marah dong." Pinta pria dari seberang sana yang tidak bisa menahan senyumnya karena gemas dengan tingkah Kia kalau lagi  ngambek.

"Ok. Tapi kamu ke rumah sekarang!." Titah Kia terkesan memaksa.

"Iya-iya. Aku ke rumah kamu sekarang. "  Ucap pria itu lembut, dan langsung mengakhiri obrolan singkat mereka via telpon tersebut.

🍀🍀🍀

Saat mengetahui bahwa Nando sudah sampai di depan rumahnya, Kia langsung mengenakan kerudung instannya dan pergi membukakan pintu untuk Nando.

"Kok lama sih? " Tanya Kia kepada Nando sambil menutup pintu saat Nando sudah masuk ke dalam rumahnya.

"Iya, soalnya tadi antre dulu nungguin ini. " Jawab Nando sambil menunjukkan kantong plastik bawaannya.

"Wah, seblak ya? Level berapa? Kita makan bareng ya?!." Kia bertanya sambil mengajak Nando untuk makan seblak bersama dengan semangat.

"Kayak biasa. Level sepuluh." Jawab Nando dan langsung duduk di sofa panjang yang ada di ruang tamu Kia.

"Aku ambil piring dulu ya. " Kata Kia sambil berjalan ke arah dapur dan terhenti saat seseorang menghalangi jalannya.

"Wah. Seblak tuh. Bagi dong!" Ucap Arin sambil melirik kantong plastik di tangan kakaknya.

"Lo mau?" Tanya Kia dengan wajah datar.

"Wihh. Nawarin nih? Udah nggak marah lagi nih ceritanya? " Tanya Arin sambil menggoda kakaknya.

"Ah. Serahlah. " Ucap Kia akhirnya dan langsung menuju dapur.

"Woi! Maulah. Tadi kan nawarin." Ucap Arin sambil mengikuti langkah Kia menuju dapur.

Di dapur,

"Ini buat Lo. Yang ini buat mama. Jangan lo makan semua!" Kata Kia memberi tahu Arin.

"Yee, gue juga tau kalee. Btw, makasih ya. Sering-sering aja!" Ucap Arin sambil menaik turunkan alisnya dan langsung mengambil seblak yang Kia berikan untuknya.

"Yee.. kalo soal makan aja, cepet banget. " Gumam Kia yang langsung membawa dua piring seblak untuk dia dan Nando makan bersama seperti biasa.

Melihat Kia datang, Nando pun bertanya,
"Kok lama? " Katanya sambil menyambut piring berisi seblak yang dibawa oleh Kia.

"Biasa, tadi aku dipajakin sama bocah. " Jawab Kia asal dan langsung duduk di dekat Nando.

"Hahaha. Bisa aja. " Ucap Nando sambil tertawa geli mendengar jawaban Kia.

Mereka berdua akhirnya larut dalam kegiatan makan mereka.
Kia yang memang suka makan makanan pedas sangat menikmati seblak level sepuluhnya.
Tidak seperti Kia, Nando malah menunjukkan wajahnya yang memerah dan dibanjiri oleh keringat karena kepedasan.

"Ehh, kalo nggak kuat makan pedes, jangan pesen yang level sepuluh dong! Pesen yang nggak pedes aja!" Ucap Kia sambil mengambilkan minum untuk Nando.

"Yah. Soalnya- haah.. " Ucapan Nando terpotong karena merasa ada yang membakar mulutnya. Dia pun langsung menenggak segelas air yang diberikan oleh Kia hingga habis tak tersisa.

"Udah ah! Akutu tau, kamu gengsi kan? Masak, aku aja cewek tahan kamu nggak." Kata Kia menggoda Nando.

"Ehh. Kata siapa? " Ucap Nando sambil memasang wajah menahan pedas. Tapi dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi kepedasannya dari Kia dan langsung menuangkan segelas air lagi dari botol berisi satu liter air yang tadi dibawakan oleh Kia.

Kia hanya bisa menahan tawa memperhatikan ekspresi Nando yang sangat menggemaskan baginya.

Mood nya sudah membaik lagi sekarang. Dia juga sudah melupakan semua soal kemarin, yang sempat membuat mood nya hancur.

Alhamdulillah, Selesai juga chapter tiga. Sorry ya ceritanya pendek². Tapi, semoga kalian suka ya. Makanya, kalian jangan lupa vote and coment gengss.. Biar aku tambah semangat lanjutin ceritanya:)



CEMBURUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang