9

8 0 1
                                    

Bismillah.

Bertemu

"Kia!."

Kia langsung membekap mulutnya dengan satu tangannya. Tak terasa, air mata meluncur begitu saja di pipi mulusnya saat melihat sosok laki-laki yang ada di hadapannya saat ini.

"Pa- Papa!. " Kia sudah tak sanggup lagi untuk berkata-kata. Dia langsung memeluk lelaki itu. Ya, laki-laki tersebut adalah ayahnya.

Ayahnya juga langsung membalas pelukan Kia dengan erat. Dia juga ikut meneteskan air mata haru.

"Papa jahat! Hiks. " Kia memukul-mukul punggung ayahnya sambil menangis tersedu-sedu.

"Maafin Papa Kia." Hanya itu yang dapat diucapkan oleh ayahnya saat ini.

Kia langsung melepaskan pelukannya dan menatap ayahnya itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kia. Pa- "

"Kia nggak mau Papa di sini!. " Kia spontan memotong ucapan ayahnya tersebut tanpa menatapnya dan langsung pergi begitu saja.

Pertahanan Gio runtuh, saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh putri sulungnya barusan. Setetes air mata kembali mengalir di wajahnya yang sudah tak lagi muda itu.

"Saya pulang dulu. " Pamit Gio tanpa membalikkan tubuhnya ke arah Lina dan Arin yang dari tadi hanya diam memperhatikan interaksi antara Gio dan Kia.

"Papa mau kemana?. "

Pertanyaan barusan menghentikan langkah Gio.

"Papa sudah tidak ada artinya lagi untuk kalian Arin. " Jawab Gio masih di tempatnya, berdiri membelakangi Lina dan Arin.

Saat Gio hendak melangkah kembali menuju pintu keluar, tiba-tiba.

"Satu langkah Papa pergi, Kia nggak bakal ngijinin Papa buat kembali lagi ke rumah ini. "

Gio tertegun mendengar suara lantang barusan. Ya, Kia lah yang berucap demikian. Dia berhasil membuat Gio membalikkan tubuhnya menatap ketiga wanita yang berada di belakangnya saat ini.

"Ki- Kia. Kamu udah maafin Papa nak?. "

Kia yang tadinya membuang muka tidak mau menatap ayahnya, perlahan mengangguk lalu menghampiri ayahnya itu dan kembali memeluknya. Jujur, dia sangat merindukan ayahnya. Tak sanggup rasanya bila dia harus kembali kehilangan ayahnya.

"Kia sayang sama Papa. Kia nggak mau Papa pergi lagi. " Ucap Kia yang memeluk ayahnya itu dengan menumpahkan semua kerinduan yang selama ini ia simpan.

"Papa juga sayang sama Kia, Arin dan, Mama. " Jawab Gio yang membalas pelukan Kia dengan erat.

Arin dan Lina pun menghampiri Gio dan ikut memeluknya.

"Papa jangan tinggalin kita lagi ya." Pinta Arin pada ayahnya.

"Iya sayang. Papa janji, Papa nggak akan tinggalin kalian lagi sampai Tuhan yang minta Papa buat ninggalin kalian." Jawab Gio sambil mencium pucuk kepala Arin.

"Emm, Mas."

Mendengar Lina memanggil ayahnya dan melepaskan pelukannya, Arin dan Kia juga ikut melepaskan pelukan mereka dari ayahnya.

Gio menatap Lina. "Iya sayang, kenapa?. " Tanyanya heran melihat wajah istrinya yang masih nampak sedih tersebut.

"Em, bagaimana sama anak kamu dengan istri keduamu?."

Pertanyaan Lina barusan membuat kia dan Arin terdiam sejenak lalu menatap ayahnya dengan tatapan penuh tanya seperti yang ibunya rasakan.

"Ee.. Nanti aku akan kenalkan dia ke kalian. Aku akan jelaskan semua kepadanya. " Jawab Gio sedikit ragu dengan ucapannya.

Lina Ternyum. "Hem, ya udah kalau gitu. Ayo pelukan lagi. "

Gio, Kia, dan Arin ikut tersenyum, lalu merekapun kembali berpelukan. Mereka sudah seperti Teletubbies yang saling memeluk penuh kehangatan. Bedanya, ini pelukan hangat sebuah keluarga bukan pelukan hangat sebuah persahabatan.

Kesabaran memang tidak pernah membuat orang yang sudah sabar itu kecewa. Meski sederhana apa yang mereka dapatkan buah dari kesabaran, tetapi itu sudah cukup menambah kebahagiaan di dalam kisah hidup mereka yang sudah ikhlas menjalaninya.

🍀🍀🍀














Eyyow. Ada yang kangen gak sih? Gak ya? Yaudah gpp:) yang penting, kalian jangan lupa baca, vote & comment;) Oke!?

Btw di part ini bakalan drama & garing banget sih menurut aku:'

Pendek ya?
Sorry ya guys makin ke sini ceritanya makin pendek & makin gaje:v

CEMBURUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang