~Author POV
Sohee memasuki tempat dengan musik berdentum yang sangat kencang juga lampu berkelap-kelip, Sohee tidak peduli apa yang dilakukan yang lain disini tapi jelas ia kesini bukan untuk urusan penting jika ke bar biasa privasinya dan imagenya akan terancam jadi lah ia ke bar ini. Sangat susah mendapatkan member card bar ini, maka dari itu bar ini sangat istimewa dan aman, bahkan bagi artis yang tidak pernah kena skandal seperti Sohee.
Sohee duduk di bangku yang sudah ditempati oleh teman-temannya, Jennie dan Irene. Ketika ia duduk sudah ada beberapa gelas kosong, Sohee hanya menatap temannya sekilas sepertinya mereka sedang setres atau hanya ingin senang-senang? keduanya pikirnya.
"Kau datang?" tanya Irene ketika melihat Sohee duduk, Sohee mengangguk malas meng-iya-kan. "Minumanmu?" kini giliran Jennie angkat bicara. "Belum pesan" jawab Sohee, Jennie mengangguk tanda paham. Lalu beberapa saat kemudian seorang pelayan datang dengan senyuman palsunya. "Bourbon Sweet Tea" ucap Sohee kemudian ngobrol lagi dengan Jennie dan Irene.
"Apa kau tau kemarin ada gedung terbakar dekat sini?" ucap Irene memulai topik baru, Sohee menggeleng begitu pun Jennie. "Ku dengar karena narkoba dan pembunuhan lho" lanjutnya semangat. "Apa manager terlibat?" tanya Sohee, Irene menggeleng. "Dia secupu itu untuk menjadi bandar" sarkas Jennie.
Setelah mengobrol beberapa saat minuman Sohee pun datang, Jennie dan Irene lagi-lagi memesan minuman, Sohee hanya dapat menggelengkan kepalanya karena ulah teman temannya. Padahal mereka seharusnya tahu minum-minum seperti ini membuat perut mereka buncit pikir Sohee, sepertinya tak apa bagi mereka toh besok pasti diet lagi pikir Sohee lagi.
Sekarang sudah cukup larut untuk membuat mereka bertiga pulang. Irene dan Jennie pulang bersama sedangkan Sohee memilih untuk naik taksi, ia menunggu taksi ditempat sepi takut ada paparazi yang mengikutinya ia tak lupa menggunakan masker.
Sohee menunggu taksi cukup lama karena memang sudah larut. Entah kenapa tiba-tiba saja Sohee mulai mual, ia tak bawa apa apa di tasnya bahkan make up sekalipun hanya hp dan dompet. Pengelihatannya terlalu berkunang-kunang untuk menelpon Irene dan Jennie, mau tak mau ia terpaksa masuk kedalam gudang dengan pandangan yang kabur, yang penting muntahnya tak terlihat orang pikirnya.
Ia memuntahkan semuanya kedalam tong berisi minyak yang dia kira itu adalah air. Setelah muntah badannya lemas tapi pikirannya cukup jernih, Sohee duduk sebentar hingga ia benar-benar sadar sepenuhnya.
~Sohee POV
Aku menatap sekeliling ketika sadar sepenuhnya. Aduh apa si yang ada di otakku tadi hingga semabuk ini, dan gudang ini banyak sekali arang ya, apa untuk bakar-bakar? yaudah terserah aja aku mau pulang.
Ketika aku ingin beranjak keluar, tiba-tiba saja aku mendengar suara seperti tembakan dan orang yang membentak-bentak orang lain. Entah kenapa aku ingat tentang yang Irene bicarakan di bar kalau ada gudang yang dibakar disekitar bar, sepertinya bukan dibakar tapi sebagian dibakar untuk menghilangkan bukti. Aku bukan wanita penakut untuk takut akan hal ini, cuma apa yang harus kulakukan sekarang? Aduh kenapa aku harus sial sekarang si padahal besok ada pemotretan di pagi hari.
Aku memikirkan cara agar lolos perlahan-lahan, tetapi sepertinya tidak menemukan caranya. Aku yang sudah frustasi ini dibuat makin frustasi ketika suara kaki mendekat, "MAMPUS AKU" gerutuku sendiri. Aku mencari tempat sembunyi beberapa saat agar setelah mereka selesai aku bisa selamat. Aku menemukan bilik kecil kotor untuk bersembunyi tidak ada waktu pilih-pilih aku masuk ke bilik itu, bilik ini cukup rapuh mungkin aku akan tertimpa beberapa barang. Semoga kulitku tidak rusak untuk pemotretan besok pintaku kepada diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CHOICE {Jaehyun}
Teen Fiction"Jadi hidupmu setidak penting itu ya" ~Jaehyun "Han So Hee-ssi apa kau yakin" ~Chanyeol "Kita bisa bertahan 3 minggu tanpa makan, 3 hari tanpa air, 3 menit tanpa udara, tapi tanpa impian menurutku 3 detik saja tidak akan bertahan"~Sohee Impian ku da...