5. kesedihan Gabby

14 4 0
                                    

Vote aja kalo suka

Rasya memejamkan matanya. Minggu depan ia akan tunangan dengan Gaby, karena paksaan dari ayahnya. Di jodoh-jodohkan begini ia tak suka, seharusnya ia yang memilih untuk di jadikan kekasih ataupun calon makmum nantinya.

"Sayang, minggu depan minta ijin sama bu Yam, tunangan kamu akan di laksanakan di Bali," ucap Raya setelah ia membuka pintu kamar Rasya. Rasya melihat wajah Raya, tampak biasa saja. Rasya berdiri dan berjalan ke arah Raya.

"Mah..." Raya mengangguk, ia sudah bisa menebak bahwa Rasya tidak suka dengan perjodohan ini.

"Rasya, dengerin kata papamu. Ini mungkin yang terbaik," tanpa menunggu Rasya bersuara kembali Raya sudah berlalu dari hadapan putranya.

Tak lama kemudian, Rasya beranjak lalu mengambil kunci mobilnya yang terletak di nakas. Di lantai bawah, Rasya hanya melihat ayahnya lalu segera berlalu meninggalkan ruangan.

Segera ia menjalankan mobilnya menjauh dari pekarangan rumahnya. Entah kenapa sekarang ia hanya menginginkan teman kecilnya, Pey. Ia mendatangkan rumah Pelangi, namun setelahnya Ghea sudah memberi tahu pada Rasya bahwa Deron dan Pelangi sedang berada di lapangan dekat sekolah SMA Garuda.

Rasya mendatangkan tempat tersebut, ternyata benar. Ia melihat Deron yang sedang berpincak pinggang dan melihat Pelangi yang sedang berbelok membawa motor.

"Ron," panggil Rasya. Deron membalikkan badannya dan melihat siapa yang memanggilnya.

🌿

Hari ini minggu jadi seperti biasa Pelangi menjemur pakaiannya di teras atas yang sebelumnya pakaian itu ia cuci. Setelah selesai, Pelangi beranjak ke kamarnya. Sudah jam 11 pagi. Kemarin Pelangi sempat bikin janji bersama Pael.

Pelangi beranjak ke kamar mandi membersihkan badannya lalu berangkat ke Caffe yang lokasinya sudah di share oleh Pael. Tetapi, sebelum Pelangi pergi ia sudah pamit pada Deron. Kata Pelangi, ia hanya bertemu dengan Chia, ketua kelas untuk mempertanyakan meeting kelas yang akan di laksanakan 2 minggu lagi. Deron mengiyakan saja.

Sampai di caffe, Pelangi mengedarkan pandangannya mencari batang idung Pael entah berada di mana. Akhirnya Pelangi menemukan tempat Pael berada.

"Pelangi," sapa Pael dengan senyuman semanis mungkin. Pelangi mengangguk lalu ia tersenyum ke arah Pael.

Pesanan datang, Pelangi tersenyum dan berucap terimakasi yang di balas dengan anggukan dari pelayan tersebut.

"Gue udah pesen duluan, tau kok makanan kesukaan lo," Pelangi menatap Pael lalu manggut-manggut.

"Kak Pael, ada apa?" tanya Pelangi. "Maksudnya, kenapa ngajak ketemuan?,"

"Gapapa, kangen aja sama lo," jawab Pael membuat Pelangi rasa canggung, pasalnya ia selalu menghidar ketika Pael ingin menghampirinya saat berada di sekolah, terutama koridor sekolah.

"Ngi? Lo tau sesuatu yang berharga buat gue itu siapa?" Pelangi menggeleng membuat Pael tersenyum lalu menepuk puncak kepala Pelangi, pelan.

"Dan, itu lo. Sesuatu berharga dari hidup gue, gue suka sama lo dari beberapa bulan yang lalu. Sayang lo sering ngehindar, kenapa?" Pelangi terdiam, mulut seperti sangat susah untuk menjawab. Dada-nya bergemuruh ketika Pael mengungkapkan isi hatinya. Pelangi terdiam lama, akhirnya Pael membuka suara kembali.

"Kenapa, Ngi? Lo....gak suka sama gue?" Pelangi menggeleng.

"Bu...bukan. A...ak-"

"Lo mau jadi pacar gue, Ngi?" Pael menggenggam tangan Pelangi dan Pelangi melotot ketika Pael hendak mencium tangannya. Pelangi segera berdiri, lalu menjawab, "a...aku gak...gak bisa kak Pael," setelah itu Pelangi pergi dari hadapan Pael.

The Rainbow (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang