Sudah Benar-Benar sangat menyiksa bagi Kia Jika itu soal melupakan nama Rizki. Tetapi ia tidak mau dibawah haluan cinta,maka ia harus tetap melupakan Rizki.
Mau tidak mau, berhasil atau tidak, Tetapi harus tetap dijalani. Seperti hal nya kemarin lusa, saat Kia bertemu Rizki setelah Sekian lamanya tidak nampak di mata Kia seorang Rizki itu, dan sekalinya bertemu tidak bisa meluapkan rindu.
Tetapi Setidaknya Kia bisa memandangi Rizki dari jauh, mungkin itu lebih baik daripada tidak bisa memandangnya.
"Misya, katanya mau titip hp, yok!" Gumam Kia ke misya
"Aku udah sama Mina tadi" jelas Misya.
"Ohh Yaudah" Kia sudah berbalik memunggungi Misya, tetapi Langkahnya terhenti setelah mendengar Seseorang memanggilnya.
"Ayo sama gw! " Tia menghampiri Kia, dia juga sepertinya ingin menitipkan hp di TU.
Sudah sedari tadi Kia dan Tia mengetuk pintu TU, tetapi tidak Ada Jawaban, para staf guru sepertinya belum kunjung datang, Padahal ini sudah siang.
"Gimana?" Tanya Kia
"Ke bu Sarah aja yuk" Jawab Tia, yg sudah mendahului Kia menuju ruang guru.
Sialnya lagi, di ruang guru pun masih sepi, hanya beberapa guru saja yg sudah datang. Mereka berdua memutuskan untuk menunggu diambang pintu, seperti pengemis.
"Nyusahin! Mana ini udah siang pula! Inikan jam nya si Rizki lewat sini!" Batin Kia was-was, ia tidak ingin bertatap Muka langsung dengan Rizki.
Jengjengjeng!
Baru saja Kia berpikiran seperti itu, sekarang tanpa berganti menit seorang Rizki muncul..
"Sudah kuduga Ferguso!" Maki Kia di dalam hati.
Kia sekilas menoleh ke Rizki, Dan saat itu juga Kia ingin Terbang setinggi-tingginya, dan berteriak sekuat-kuatnya!
Bagaimana tidak ingin Terbang, Kia Melihat Rizki mengukir Senyum tipis.
"Eh anjirr! Dia Ko Senyum sih, gw harus apa?? tapi... kan lagi move on, kalo gw senyumin balikk??" pikir Kia
Walaupun hanya Senyum tipis, setipis benang, tetapi itu tetap Senyum kan? Senyumnya kutub utara itu bikin hati berbunga-bunga, pikiran berjingkrak-jingkrak, dan rasanya ingin teriak sekencang-kencangnya. Tetapi Kia hanya bisa berteriak didalam senyap, rasanya memang Berat, tetapi Kia harus kuat, karna disini tidak Ada dilan.
Rizki mengukir Senyum itu hanya beberapa detik, dan Endingnya dia menunduk, bukan maen geregetnya Kia, rasanya ia ingin menghampiri Rizki dan menaboknya atau bahkan menyeledingnya.
"Masa ditabok sih? Kasian? Digandeng lebih enak kayaknya!" Pikir Kia, bahagia dengan haluannya sendiri sampai lupa tujuan dia sebenarnya ke ruang guru ini.
"Woy!! kenapa lo!" Tia menepuk tangan Kia, Sembarangan saja memang Tia itu, dia Pikir tangan Kia itu nyamuk maen tepuk-tepuk saja.
"Ehh.. eh, enggak papa! Lu ngagetin gw aja, Untung gw gk kaget!" Cerca Kia.
"Eh kucluk katanya kaget Tapi gk kaget? Gimana sih lu? Klo ngomong itu yg salah dong!" Tia juga terikut nyerocos.
"Yg bener Tia!!" dengan penuh kekesalan Tapi dengan suara lembut Kia membenarkan perkataan Tia.
"Itulah Maksud gw, Yaudah ayok taro aja dimeja" Tia sudah memasuki ruang guru, Kia yg merasa ditinggalkan langsung berlari menyusul Tia.
"Dear my Rizki, kau ibarat pasir yg semakin ku gengam, maka semakin lepas juga,... Kia punya pantun Untuk Rizki..
Buah Naga buah duren
Minumnya pake es doger, itulah nama makanan yg Kia suka " batin Kia.