7. SADAR DIRI

10 3 1
                                        


-----

Pandangan mata Riska memang kabur namun ia berusaha menahan dirinya agar tidak pingsan. Dalam keadaan setengah sadar ia melihat seorang laki- laki mengenakan celana panjang dan baju flanel berjalan ke arahnya mungkin hendak menolongnya, pikirnya.

"Maaf, kamu nggak apa- apa mbak?" Tanya laki- laki ini dan bukan kepada Riska melainkan kepada gadis cantik yang berada dibelakangnya yang tak lain adalah Aria.

Stuck, dari sini Riska menyimpulkan kembali bahwa memang hanya orang cantik yang mendapatkan perlakuan lebih baik. Mulai dari sini juga tekatnya memperbaiki diri semakin menggebu- gebu.

Jika dilihat, sebenarnya luka memar Riska jelas lebih parah daripada luka Aria yang tadi jatuhnya kebetulan pas di medan yang lumayan empuk meskipun alhasil badanya jadi kotor semua akibat tanah yang basah. Namun tetap saja laki- laki itu memastikan keadaan Aria terlebih dahulu sebelum Riska.

"Eng-ng ngak apa- apa mas!" Jawab Aria yang kemudian tidak enak dan bangkit berdiri.

"Sebelumnya maaf ya mbak tadi saya kurang ati- ati jadi nabrak mbaknya." Jelas laki- laki tadi.

Kemudian Aria melihat Riska yang masih mencoba untuk menguatkan dirinya agar tidak pingsan. Dilihatnya posisi Riska yang tengah berada tepat di samping motor dengan posisi duduk (ngesot) sambil tangan yang memegang kepalanya.

"Ris, kamu nggak apa- apa?" Tanya Aria yang menghampirinya dengan berlari.

Baru saja Riska hendak menjawab pertanyaan Aria namun pikirannya menjadi kosong dan ia merasakan ada yang sedang terbang memutar di atas kepalanya seperti animasi burung dalam film kartun. Badannya mulai lemas dan akhirnya ia tidak mampu menahan dirinya untuk pingsan.

"Aduh, Ris!!! Mas bantu anterin ke rumah sakit ya, buruan!"

Laki- laki ini gugup karena bingung harus membawanya dengan apa. Kemudian ia mencoba menghubungi salah satu temannya untuk menjemputnya dengan mobil. Sementara Aria masih dengan posisi sama yaitu memegangi Riska agar tidak jatuh ke aspal.

Sekitar 10- 20 menitan teman laki- laki ini membawa Aria dan Riska menuju rumah sakit terdekat sementara laki- laki tadi mengikutinya menggunakan sepeda motor yang tadi ia kendarai.

Pukul 16.15

Ruangan terasa sangat bersih dan bau obat- obatan mulai menyayat di bagian hidung seorang pasien yang saat ini bagian lengan dan kakinya diperban. Riska mulai membuka matanya dan melihat sekeliling dan langsung bisa memastikan bahwa sekarang ia sedang berada dirumah sakit.

"Ris, kamu udah sadar. Ini minum dulu!" Ucap Riska sembari menyodorkan air putih ke arah Riska.

"Em, iya Ri. Kamu sendiri nggak sakit kan?" Tanya balik Riska yang ikut khawatir juga.

Sementara itu terlihat dua orang pria yang berada di belakang Aria tengah berbincang dan kemudian melihat ke arah mereka berdua. Setelah diingat- ingat ternyata salah satu laki- laki tadi adalah seorang pria yang tadi menabraknya.

Kemudian laki- laki yang mengenakan flanel itu berjalan ke arah Riska untuk memastikan keadaanya. "Udah baikan ya mbak?" Tanya laki- laki itu.

"Iya mas, sebelumnya saya minta maaf tadi nggak liat- liat pas mau belok dan sekarang malah jadi ngerepotin gini.

"Wah mbak, saya yang harusnya minta maaf. Saya yang salah, kenalin dulu mbak saya Aan."

"Saya Riska mas!"

Kini mereka sudah mulai berbincang perihal masalah tadi sampai- sampai pembicaraan mereka bertiga cukup nyaman dan akhirnya sampai kemana- mana. Sementara salah satu pria tadi sedang mengurus biaya pengobatan untuk mereka bertiga kemudian menghampiri mereka bertiga untuk berpamitan terlebih dahulu.

Unexpected MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang