Kenapa sangat susah mengatakan apa yang ingin kita lakukan, terutama masalah perasaan, kalo suka kan tinggal bilang suka, apa masalahnya coba?- miko
.
.\
.
-----
Riska hanya mencoba tersenyum ramah ketika orang lain menatapnya dan kemudian sedikit merasa canggung. Namun tiba- tiba seorang lelaki yang sudah berumur, memiliki tampang yang menawan karena diusianya yang sudah terbilang berumur itu beliau tetap saja terlihat tegap, bugar dan yang juga tegas.
Pria itu kemudian tersenyum ke arah beberapa orang yang telah menyapanya dan kemudian menuju meja makan untuk ikut serta ikut makan malam. Laki- laki ini adalah Wijaya yang tak lain pendiri Wijaya Corp sekaligus papa kandung Hendra.
"Ayo kita boleh pergi." Hendra menarik tangan Riska dan mengajaknya pergi dari tempat tersebut dan meninggalkan berbagai pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan oleh beberapa anggota keluarga besarnya itu dengan ekspresi sedikit marah.
"Eh..eh" Riska hanya bisa mengikuti kemauan temannya ini dan menundukkan kepalanya sembari berjalan mengikuti Hendra karena merasa tidak sopan.
"Mau kemana, papa baru dateng." Wijaya mencoba menahan Hendra yang hendak pergi.
Suasana berubah menjadi canggung dan semua orang yang sedang berada diruangan hanya diam dan merasa tak enak hati. Sebenarnya Hendra sadar jika papanya mencegahnya pergi namun ia berusaha tidak menggubrisnya dan tetap saja membawa Riska pergi keluar.
Riska bingung, takut dan juga merasa tak enak serta tak sopan karena harus meninggalkan keluarga Hendra tanpa berpamitan terlebih dahulu.
"Hen, kamu kenapa sih?" Tanya Riska yang masih keteteran mengikuti jangkah kaki Hendra yang lebar dan cepat.
Hendra hanya diam tidak menjawab pertanyaan Riska. Ekspresinya seperti orang yang sedang marah dan tidak ingin diajak bicara. Tangan Riska masih saja ditarik oleh Hendra menuju motornya.
Sampainya di motor masih tidak ada yang membuka pembicaraan, keduanya hanya diam. Disisi lain Riska merasa sedikit takut jika nanti Hendra melakukan hal yang buruk, namun disisi lain Hendra berusaha mengontrol emosinya agar Riska tidak terkena imbasnya.
"Aku lagi pengen mie ayam nih Ris. Makan yuk?" Hendra membuka pembicaraan dengan gamblangnya tanpa berpikir tadi ada sebuah keadaan yang harusnya bisa membuatnya canggung.
Riska heran dan bingung, ada apa dengan temannya ini. Ia merasa perubahan emosinya dapat berubah dengan sangat cepat. Untuk itu ia mencoba memastikannya lagi.
"Hen, kenapa pergi tanpa pamit sih? Jadi kesannya kita nggak sopan!" Riska mencoba bertanya lagi.
"Ris, bisa jangan bahas itu lagi nggak?" Ucap Hendra pelan namun terdengar seperti kata yang serius.
Untuk itu Riska memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan ikut saja apa kemauan Hendra. Riska pikir mungkin dengan menurutinya pikiran serta emosi Hendra bisa cepat mereda.
Mana tadi makanan disana keliatan enak banget lagi. Kan jarang banget dapat makanan enak dan gratis pula, heu- batin Riska menyesal.
Riska menaiki jok bagian belakang dan kemudian motor melaju dengan kecepatan 60 km/jam. Angin malam terasa sangat dingin karena Riska tidak menggunakan jaket tebal. Meskipun begitu, Riska berusaha untuk terlihat biasa saja agar tidak memberikan kesan dia cemen gitu.
![](https://img.wattpad.com/cover/216745849-288-k309109.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Me
DiversosIni adalah di jaman milenial, jika kamu tidak bisa mengikuti dan menyesuaikannya maka kamu akan ditinggal dan merasa terkucilkan oleh orang lain. Itulah prinsip tahun 2020 ini. Cewek berusia 18 tahun yang sekarang ini hampir lulus karena sudah menja...