Usai perayaan ulang tahun Tara yang ke-24, yang bisa dibilang hanya berupa syukuran kecil dan tidak ada acara kemana-mana, mengingat tokoh utama di acara ini tidak terlalu suka yang ribet-ribet. Kata Tara begini, "Kalo bukan karena mama, Tara ngk mau dirayain ultahnya. Soalnya ribet."
Semua yang hadir (orang-orang kenalan mamanya, serta beberapa teman) berakhir pulang ke tempat tinggal masing-masing.
Sang ibu menarik Tara duduk di salah satu sofa.
"Tadi lihat ga teman-teman mama yang anaknya seusia kamu bahkan sudah punya momongan loh, Tara ... kapan?" Tara terdiam, tidak tahu harus jawab apa karena saat ini bahkan untuk sekedar gebetan saja dia tidak punya, "Kamu sudah siap Tara... ayo mulai menerima seseorang dalam hidupmu, jangan takut 'ribet'. Dia di sana pasti sudah lama menunggumu."
Tara tahu jelas si 'dia' yang dimaksud Diana adalah partner hidup? Ah sudahlah bahkan mengurus dirinya, perasaannya sendiri saja belum kelar.
"Semandiri-mandirinya Manusia. Dia juga butuh pendamping hidup ..."
Itu kata terakhir yang keluar dari mulut mamanya malam itu.Paginya Tara langsung berangkat ke kota ia bekerja dan sekarang menuju ke apartemennya yang berada dekat kantor tempat ia bekerja.
"Halo pak Jos, kemarin lusa sakit yaa kok ngk kelihatan?" sapanya pada satpam yang bekerja di dekat parkiran.
"Oh kemarin itu saya ditugaskan bantu-bantu ngangkat barang di villa depan ini. Katanya pemiliknya mau kembali bu dan memilih tinggal di sini"
"Oa-lah. Ya sudah saya duluan ya pak. Semangat pagi," Tara mengangkat sebelah tangannya dengan gestur semangat seraya memasuki gedung.
"Semangat pagi"
🍃🍃🍃
Sesampainya Tara di dalam apartemen. Perempuan itu langsung tepar di atas sofa. Rasanya sangat plong ketika sendirian. Itu juga salah satu alasan Tara kenapa belum berniat punya orang spesial 'masih mau menikmati zona nyaman kesendirian'.
Tara bangkit berdiri lalu berjalan meraih kulkas dan mengambil satu minuman dingin dari dalam sana.
Tara berdiri dekat balkon kamarnya.Hari ini masih jadwal cuti jadi ia memutuskan untuk hibernasi seharian di apartemen.
Dilihatnya kebawah, tepatnya di sebrang jalan ada seorang anak kecil yang sedari tadi mondar-mandir di depan pintu gerbang gedung sebelah. Dan sepertinya tidak ada yang menyadari keberadaan gadis itu karena ia berada di luar. Dan hal itu entah kenapa menimbulkan rasa khawatir di pikiran Tara. Terlebih anak itu seakan pergi menjauhi gedung.Dengan gerakan cepat Tara langsung keluar untuk menggapai anak itu.
New
New
New
New
Hola!
Thank you banget sudah mampir di lapaknya aku. Semoga kalian tetap bersuka cita dan berusaha dalam keadaan apapun.God bless you
Note :
Jangan fokus ke judulnya yaa. Bisa saja ooj
KAMU SEDANG MEMBACA
Embrace Heart
RandomYuliana Tara kerap dipanggil Tara adalah seorang manager di divisi tempat ia bekerja. Di usianya yang akan menginjak 24 tahun masih belum pernah mengalami yang namanya pacaran, sejauh ini belum terbesit dibenaknya untuk menjalin hubungan dengan sia...