Sleep call

50 9 2
                                        

Malamnya entah kenapa dari sehabis makan malam Angel terlihat sedang memikirkan sesuatu. Sangat terlihat ketika dia kadang curi-curi pandang ke arah papanya-Karan yang tengah fokus bekerja di depan layar komputernya.

"Apa?" tanya Karan seakan peka akan putrinya itu.

"Mm, Angel pengen ngobrol sama tante Tara." Karan terdiam, diliriknya sekilas arloji di sebelah tangannya, menunjukkan pukul dua belas malam tapi putrinya masih tidak ada tanda-tanda untuk tidur.
"Ini sudah larut Angel, tante itu juga mungkin sudah istirahat sekarang, tidak enak mengganggu orang lain malam-malam."

Angel mendekat, menaiki kursi mungil di samping Karan.
"Ayolah Pah, tante itu pasti gapapa kok kalo ditelpon malam-malam. Terlebih kan yang nelpon Angel yang cantik imut manjalita," cerocos Angel antusias.
Karan reflek bergidik ngeri, sejak kapan Angel kalem, cool, jadi kek bocah kecik centil kek gini?-sepertinya pelet seorang Tara yang dimaksud putrinya benar-benar sangat luar biasa ya.

😽😽😽

Di tempat lain.
Tara baru saja merebahkan punggungnya di suami pertama, kasur.
Dia baru pulang jam setengah satu karena sehabis dari kantor dia langsung pergi mencek kondisi gudang sejenak. Itu sebenarnya bukan tugasnya tapi mengingat sang pemilik tugas sedang ada acara mendadak dan dia yang ditunjuk atau dipercaya untuk sekedar ngecek jadi Tara tidak masalah mengambil tugas itu.

Lama Tara memejamkan mata, hingga dering ponselnya yang ada di nakas membangunkan dirinya.

Tara bergeser sedikit untuk meraih ponselnya dan langsung mengangkat tanpa melihat nama siapa yang menelepon.

"Halo?"

Di sebrang sana Karan sedikit menahan napas tidak menyangka akan seperti apa suara yang menyahutnya. Ia pikir mungkin seperti ibu-ibu yang terdengar agak berat cempreng, tapi ternyata suara wanita dewasa dengan intonasi yang cukup berwibawa, tegas. Tapi rada terdengar lelah?

"Ehem, apa ini dengan ibu Tara?" tanyanya dengan suara formal elegan. Tentu saja seorang dokter spesialis tidak kalah baik intonasi bicaranya dengan orang-orang karir lainnya.
Jika orang kantoran terdengar tegas dan berwibawa maka orang kesehatan terdengar anggun dan elegan serta terkesan ramah.

Tara tentu saja tidak kalah terkejut akan suara yang membalas dirinya. Dilihatnya nama panggilan : Papa Angel.
"Mampus lawan gue dokter!" pikirnya waspada, dengan cepat dia duduk dan ngecek suara.

"Iya ada apa pak?-saya Tara"
Dibalik telpon Karan tahu bahwa wanita diseberang sana telah menyadari dirinya. Lelaki itu tersenyum miring sejenak. "

"Gini bu Ta-"

"-Panggil Tara saja" Karan mendelik, "Alpha yaa" gumamnya pelan yang tentu saja tidak dapat didengar Tara.

"Oh baiklah Tara kalau begitu panggil saya juga Karan saja"
Tara reflek bergidik ngeri. Dasar om om!

"Oke"

"Jadi gini, anak saya Angel dari tadi tidak bisa tidur dan dirinya sangat memaksa ingin ngobrol dengan anda. Apakah anda bersedia meluangkan waktu dengannya?"

Tara tentu saja tidak bisa menolak anak seperti Angel, yang notabenenya adalah kembaran sifatnya, yakni 'batu banget' apa yang ia inginkan kalau bisa harus terjadi!

"Oke"

Ponsel Karan kini sudah berpindah tangan ke tangan mungil milik Angel, sedangkan karang sudah kembali ke ruangan kerjanya yang tidak jauh dari sana.

"Hallo tante Tara?"

"Hallo Angel, apa kabar hari ini?"

"Rada bikin jengkel!" sahut Angel dengan wajahnya yang cemberut. Sebenarnya sudah dari tadi ingin bercerita panjang kali lebar, tapi melihat papanya-Karan yang sepertinya sangat sibuk jadinya ia tidak tega menggangu, "tadi di sekolah teman-teman pada gangguin Angel, katanya ... "

Angel mendominasi percakapan hingga Karan selesai mengerjakan kegiatannya dan kembali ke kamar Angel.
Dilihatnya gadis itu belum tidur masih asik mengobrol dengan orang di seberang telepon.

Karan sempat mendengar Angel berkata "Belum, Angel belum ngantuk. Lagian besokkan hari minggu, ngk ke sekolah"
yang berarti Tara tengah mengingatkan gadis itu untuk tidak tidur larut.

Karan tidak menggubris Angel. Pria itu malah berbalik dan pergi ke dapur membuatkan susu hangat untuk dirinya dan Angel. Selesai itu ia langsung memasuki kamar anak kecilnya itu.

"Angel waktunya tidur ya, ini sudah sangat larut tante Tara juga pasti butuh istirahat. Ini susunya diminum dulu sebelum tidur.Sini kemarikan ponselnya" Angel terlihat bercakap sebentar sebelum pada akhirnya memberikan ponsel itu ke tangan Karan lalu meraih susu hangat yang berada di atas nakas.

"Halo Tara, sepertinya percakapan kalian harus selesai sampai disini dulu. Angel harus tidur, dan kamu juga sepertinya harus istirahat" Tara sedikit menarik sudut bibirnya, tidak menyangka Karan orang yang cukup peka.

"Insting seorang dokter memang beda yah" ujar Tara jujur.

"Itu adalah hal umum, beberapa orang juga bisa memilikinya"

"Hm ya" balas Tara singkat.

"Terimakasih telah meluangkan waktu untuk putri saya."

"Iya sama-sama, saya juga cukup terhibur dengan adanya Angel. Kalau begitu selamat malam."

"Selamat malam."

Panggilan berakhir dengan Tara yang memutuskan sambungan.

Karan berbalik dan menemukan Angel hampir tengah terlelap.
Diraihnya selimut lalu menyelimuti gadis kecil itu.

"Tante Tara ya? ... " gumam pria itu pelan sembari menatap putri kecilnya.

-

-

-

Paginya sekitar jam lima. Tara terpaksa bangun demi memenuhi rutinitas healthy lifestyle-nya yang olahraga di taman.
Tara salah satu manusia pecinta lari di luar ketimbang di tempat gym.
Baginya sensasi olahraga di luar ruangan lebih oke. Terlebih lagi pemandangan taman yang hijau serta berbagai jenis tumbuh-tumbuhan indah benar-benar memanjakan mata.

Di taman itu tidak hanya ada Tara, tapi ada juga orang lain di sana.

Selang beberapa menit berlari tiba-tiba suara Angel dari belakang mengejutkan Tara.

Gadis itu berbalik dan menemukan Angel bersama pria dewasa. Sorot mata tegas itu langsung menghujam Tara. Sekian detik mereka bertatapan sebelum Tara langsung melempar pandangan ke arah Angel.
Jujur Tara merasa sedikit tertekan saat kontak mata tadi seolah ia tengah di hadapkan dengan pihak kepolisian yang siap mewawancarainya.

"Oh hallo Angel," Tara jongkok untuk menyesuaikan dirinya dengan tinggi badan Angel. Gadis mungil itu mendekati Tara.
Seiring pria di sampingnya juga mendekat di belakang Angel.

"Tara?" Ujar pria itu memastikan. Tara langsung konek dan seketika matanya sedikit membulat, 'what jangan bilang orang ini si Duda-papa Angel!'

Tara reflek berdiri yang menawarkan tangannya hendak bersalaman, "Oh hallo, iya benar saya Tara. Anda papanya Angel-Ka..ran?"

Pria itu sedikit menarik sudut bibirnya seraya menyambut uluran tangan itu, "iya benar ... "

... Tara sedikit menegang saat tangannya malah diremas.





Embrace HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang