Bab. 2 "Kemunculan Dirinya"

76 9 16
                                    

"Aku tidak akan pernah menyerah"

-The Guy-

-----*****-----

Angin berhembus dengan kencang pada malam itu, kota kecil itu sedang di terjang hujan lebat disertai angin dan juga sambaran petir yang begitu hebat cuaca yang buruk membuat Sebagian wilayah di kota itu mengalami pemadaman listrik.

Di sebuah rumah ada seorang yang berteriak.

"Kita semua sudah terjebak!, Permainan bodoh apa yang ia lakukan. Kesalahan apa yang kita buat!" suara teriakan yang begitu kencang memenuhi sebuah ruangan namun tak akan ada yang mendengar karena hujan yang begitu lebat.

Hana, Abri, Dian dan Rendi. Mereka sedang berada di dalam sebuah rumah yang merupakan rumah orang tua Dian. Mereka yang sedari tadi berbicara akhirnya pun terdiam karena lampu di rumah itu tiba-tiba mati, dan tiba-tiba saja Hana berteriak.

"Apa semua ini salahku?, Kalian yang sudah membunuhnya?" ujar Hana dengan menunjuk ketiga temannya itu.

Mereka pun terdiam sesaat dan mulai saling menyalahkan satu sama lain.

"Apa lu bilang, salah kita? Kita semua hanya dipermainkan. Dengar Hana ia akan kembali malam ini juga! ujar Rendi.

"Benar-benar persetan manusia itu apakah dia manusia atau psikopat jalang yang sudah tidak bisa hidup? Aku akan mencarinya dan membunuhnya malam ini juga!" ujar Abri dengan amarah yang sudah sangat membara.

"Sudah.... Cukup, apa kalian tidak ingin hidup. Gue benar-benar udah muak, kita harus membunuhnya malam ini juga!" ujar Dian sembari menangis hingga tak bisa mengatur nafasnya dengan baik.

----****----

Mereka menaiki mobil dan segera pergi menuju sebuah rumah sakit jiwa yang berada di dekat pinggiran kota, sesampainya disana mereka berempat berlarian menyusuri koridor rumah sakit dan mencari sebuah ruangan yang berada di paling ujung koridor rumah sakit.

"Dia dimana?, Kita harus menemukannya!! Kita tidak boleh melepaskannya, dasar Biadab" kata Rendi.

"Aku tahu dia dimana, Ayoo ikut akuu." ujar Dian

Mereka berlari menuju sebuah ruangan di belakang rumah sakit dengan terburu-buru. Mereka membuka pintu ruangan itu dan melihat ada sosok yang duduk di kursi roda sembari melihat cermin.

"Kalian sudah tahu apa yang terjadi?, Dia akan datang kalian tidak pernah tahu apa yang akan di lakukan terhadap kalian? Kalian tidak akan selamat! Hahahahaa.... " ujar seorang lelaki yang sudah tua memiliki wajah keriput dengan rambut yang beruban dan sedikit panjang.

Mereka sedikit kebingungan dengan apa yang dikatakan oleh pak tua itu mereka hanya berdiri melihat pak tua itu sedang duduk tanpa berkutik sama sekali. Rendi sudah tidak bisa menahan amarahnya ia tiba-tiba saja memegang sebuah benda di dekat pak tua itu dan berniat untuk melakukan sesuatu untuk melukai atau membunuh pak tua itu.

"Dasar biadab, rasakan ini." ujar Rendi dengan mengangkat sebuah kursi untuk ia layangkan kepada pak tua itu.

Kursi itu hampir mengenai badan si Pak tua itu namun tiba-tiba saja ada sosok yang lain mendobrak pintu ruangan itu dan ia datang memegang sebuah pisau yang panjang dan besar menggunakan pakaian serba hitam, sarung tangan dan juga topi hitam kasual. kemudian ia melangkah dan mengayunkan pisaunya itu kepada mereka berempat secara bergantian.

"Sring, sring, sring" sayatan dan tusukan benda tajam yang mengenai badan Abri, Dian, Hana dan Rendi. Setidaknya ada 2 hingga 3 kali sayatan ataupun tusukan yang mengenai badan mereka. Mereka terjebak di ruangan itu memang dengan sengaja pak tua itu meminta kepada perawat untuk memindahkannya di ruangan yang sangat tertutup agar salah satu dari mereka tidak akan yang bisa kabur, mereka pun tumbang seketika hanya terbaring dengan sangat lemah.

"Kau siapa?." ujar Abri sembari menahan lukanya yang dalam itu.

Tubuh mereka penuh dengan darah.
Pria itu tersenyum sinis dan tak lama kemudian ia kembali menusukkan pisaunya ke tubuh Abri. Mereka berteriak meminta pertolongan namun sayang karena derasnya suara hujan dan guntur membuat siapapun tidak akan bisa mendengar suara mereka. Mereka yang hampir tewas, seketika Hana yang masih sempat sadar pun sedikit bersuara.

"Apa yang telah ka.. kau lakukan?." suara Hana mulai menghilang dan suara hembusan nafasnya pun mulai perlahan tak berhembus.

Sosok laki-laki itu tertawa melihat mereka bereempat itu telah mati dengan cara yang kasar, seketika itu juga lelaki itu segera membersihkan perbuatan kotornya dan membuang jenazah mereka di gudang dekat rumah sakit tersebut. Untuk membuat semuanya terasa lebih mengenaskan ia akhirnya memotong anggota tubuh mereka satu persatu, tanpa ada rasa bersalah ia melakukannya dengan andil.

Setelah melakukan aksinya yang keji itu ia mulai berbicara.

"Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi?, Permainan ini bukanlah permain biasa. Aku akan membuatnya lebih daripada ini.
Hehe..." ujar Lelaki itu ia pun pergi dan menghilang tanpa jejak sedikitpun.

Keesokkan paginya ada seorang pria yang tengah berjalan menyusuri gudang itu, ia mulai merasakan ada sesuatu yang aneh ia mulai mencium bau yang tidak sedap, ia terus mencari dimana sumber bau yang tak sedap itu . Ia akhirnya menemukan dimana sumber baunya itu. Seketika itu juga ia terkejut dan membuatnya berlari dan berteriak meminta tolong.

"Tolong-tolong" ia berlari ketakutan ia memberitahukan hal ini kepada warga sekitar dan tentu saja mereka yang penasaran langsung mendatangi tempat tersebut setelah melihatnya mereka akhirnya menghubungi pihak berwajib.

-------*****-------

Awal yang membingungkan atau mengejutkan?, Please vote and comment kalau kalian merasa cerita ini menarik^^.

Aku akan berusaha yang terbaik.

Terima kasih🤗

......

HARDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang