CHAPTER 3

23 7 0
                                    

TERKADANG MENUNGGU ITU MENJADI HAL YANG PALING SULIT DAN MELELAHKAN DALAM HIDUP. MENGHABISKAN WAKTU SAMBIL TERUS BERHARAP UNTUK HAL YANG BELUM PASTI ITU JUGA TERASA MENYAKITKAN.

***

Hari ini Aletha merasa sangat mengantuk dan semua ini terjadi gara-gara PR dari Bu Yuyun yang buanyak banget, dia harus rela begadang sampai jam setengah 2 malam dini hari hanya untuk menyelesaikan semua soal terkutuk itu. Bukan hanya dia saja tapi hampir seisi kelas merasakan perasaan yang sama, bahkan tak jarang beberapa orang menguap lebar saat Pak Yusuf sibuk menjelaskan rumus-rumus ajaib Fisika di jam pertama. Menyiksa banget bukan, malamnya begadang buat ngerjain soal Matematika yang bisa membuat otak orang jadi kaku terus paginya harus berhadapan dengan saudara dekat si Matematika, bagaikan terror secara tidak langsung.

"Ngantuk banget nih" Nadine menahan uapannya dengan kedua tangannya, air matanya bahkan ikut keluar mengiri uapannya itu.

"Kayaknya gue mesti ke toilet buat cuci muka deh" Aletha segera bangkit dari bangkunya setelah sebelumnya meminta izin kepada Pak Yusuf untuk ke toilet. Dia sudah tidak tahan lagi dengan virus kantuk ini, sangat menyiksa.

"Bawa gue juga Ta" pinta Nadine memelas, tapi Aletha tidak bisa memenuhi keinginan sahabatnya itu karena aturan dari Pak Yusuf yang melarang siswanya ke toilet secara berbarengan, harus satu-satu yang pergi, jadi semacam sistem antri gitu. "Cepat kembali Ta" pinta Nadine tanpa suara, Aletha yang paham saat melihat gerakan isyarat di bibir Nadine segera memberikan jempolnya sebelum keluar dari kelasnya yang terasa begitu pengap itu, serasa tidak ada udara yang masuk.

Aletha melangkah cepat menuju ke toilet, dan berharap kantuknya segera lenyap saat dia membasuh wajahnya dengan air.

Namun saat Aletha berbelok di ujung koridor, seseorang menghentikan langkahnya yang terburu-buru dengan menarik pergelangan tangannya. Aletha seketika terdiam membisu melihat tubuh tinggi dari cowok yang ada di depannya sekarang, Aletha bahkan menelan salivanya saat melihat jakung cowok itu bergerak naik turun.

"Kenapa yah?" Aletha memberanikan diri untuk membuka suaranya, dia merasa sedikit ngeri saat teringat dengan drama Korea yang di tontonnya yang tayang di saluran TV OCN, dimana saat keadaan di sekitarnya begitu sepi, persis banget saat sekarang ini, tiba-tiba muncul sosok cowok ganteng yang entah datang dari mana, tapi sebenarnya cowok ganteng itu seorang psikopat yang suka menyiksa bahkan sampai membunuh para korbannya. Aletha masih mau hidup Tuhan.

"Ruangan kepala sekolah dimana yah?" tanya cowok itu tanpa melepaskan genggamannya pada Aletha.

"Ruangan kepala sekolah?" Aletha mengulang pertanyaan cowok itu sakin gugupnya, gugup karena kemungkinan cowok ini memang lah seorang psikopat dan juga merasa gugup karena parasnya yang rupawan, dia tidak bisa memungkiri kalau cowok yang ada di hadapannya ini sangat ganteng. Aletha merasa seperti melihat oppa-oppanya dalam versi orang Indonesia.

"Dimana?"

Aletha tersadar saat cowok itu kembali bertanya. "Ohh itu, dari sini, lo lurus aja tuh sampai ketemu tangga sebelah kanan, terus lo naik ke lantai dua, habis itu lo belok kiri terus jalan lurus aja lagi sampai mentok, ruangannya yang sebelah kanan, nanti juga ada tulisannya kok 'Ruangan Kepala Sekolah'" jelas Aletha panjang lebar. Penjelasan yang singkat, jelas dan padat.

"Bisa sendiri kan? Gak perlu gue anter" sahut Aletha sambil memandangi tangannya yang belum dilepaskan, "Nih cowok sampai kapan megang tangan gue kek gini" batinnya protes.

"Thanks," ternyata cowok itu melamun dan terus menatap lurus ke arahnya.

Demi apa, Aletha jadi salah tingkah dibuatnya. Tatapan mata cowok itu begitu tajam setajam silet, jika seandainya mereka berada di dunia fantasi pasti mata cowok itu sudah mengeluarkan sinar laser berwarna ungu, tapi kenapa harus ungu? Yah karena Aletha suka warna ungu.

"Dilepasin boleh?" pinta Aletha dengan nada sopan takut cowok itu merasa tersinggung.

"Sorry" singkat banget cowok itu berucap lalu segera membebaskan tangannya yang sedari tadi tergenggam. Aletha memeriksa pergelangan tangannya yang sedikit memerah, "Kuat banget sih cowok ini" kemudian mendongak ke atas dan betapa terkejutnya dia saat mendapati cowok itu tengah menatapnya intens.

"Jadi lo orangnya" ucap cowok itu misterius.

Aletha menaikkan sebelah alisnya sambil menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya, "Gue?". Bukannya menjawab, cowok itu hanya tersenyum simpul kemudian beranjak pergi meninggalkan Aletha dengan tanda tanya besar di otaknya yang semakin hari semakin mengerut.

"Cowok aneh" gumam Aletha, "Untung cakep" lanjutnya sedikit tersipu sambil memegangi kedua pipinya yang terasa memanas.

Namun sedetik kemudian Aletha langsung terperanjak, "OMG, gue belum ke toilet..." Aletha mengambil langkah cepat untuk bisa segera sampai ke toilet, kasihan Nadine pasti sudah menunggu giliran.

Sementara di kelas, Nadine tak henti-hentinya memaki Aletha dalam hatinya. "Tega banget lo Ta lama-lama di toilet"

###


Voment Please :)

DOUBLE 'A'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang