CHAPTER 5

23 4 0
                                    

Hari-hari berlalu begitu cepat, tidak terasa sudah lewat seminggu sejak kejadian di kantin waktu itu, kejadian yang akan selalu membekas dipikiran Aletha. Dia berusaha untuk menahan diri untuk tidak tersenyum saat mengingat Arion, tapi hal itu ternyata begitu sulit. Sepertinya dia sudah masuk ke dalam mantra cinta yang dibuat oleh Arion.

Kadang Aletha berpikir, apakah cowok itu merasakan hal gila yang saat ini tengah dia rasakan, atau mungkin dia yang terlalu kegeeran. Memikirkan kemungkinan tersebut membuat Aletha menarik nafas lesu.

Bagaimana mungkin Aletha tidak memikirkan hal itu, dia merasa Arion seperti aktor papan atas yang susah banget untuk ditemui oleh fansnya, dan fans itu adalah dirinya. Semakin besar keinginan Aletha untuk melihat tampang cowok itu, semakin kecil pula hal itu bakalan terwujud. Kok bisa seperti itu? Buktinya sampai detik ini, dia sama sekali belum pernah melihat batang hidung Arion semenjak kejadian di kantin waktu itu.

Apa mungkin Arion hanya sosok khayalannya saja? Tapi hal itu mustahil karena Nadine juga bertemu dengan Arion, bahkan teman-teman kelasnya pun menanyakan tentang cowok itu kepadanya.

Apa karena Arion adik kelasnya makanya Aletha jadi sulit untuk menemuinya. Walaupun mereka satu sekolah tapi mereka beda angkatan dan pasti jadwal mereka pun akan jauh berbeda, entah jadwal untuk olahraga maupun jadwal istirahat. Hanya ada satu hari yang memiliki persentase tinggi bagi Aletha untuk bertemu dengan Arion, yaitu hari senin. Hari senin adalah hari dimana semua angkatan melaksanakan upacara bersama, dan pastinya Arion tidak menjadi pengecualian bukan. Selama Arion datang ke sekolah hari senin, besar kemungkinan bagi Aletha untuk bisa bertemu Arion.

"Nadine cepetan, bentar lagi mau upacara nih" panggil Aletha dari luar kelas. Dia begitu bersemangat memikirkan akan bertemu dengan Arion di lapangan nanti, "Topi lo jangan lupa di bawa Din, gue nggak mau yah nemenin lo balik ke kelas lagi buat ngambil topi" pesan Aletha mengancam.

"Ya elah Ta, sabar dong. Gue lagi nyisir rambut bentar" ucap Nadine sambil membenahi poninya.

"Lama banget lo, gue tinggal nih" sahut Aletha kembali mengancam.

"Iy Ta, ini gue udah selesai" Nadine memakai topi upacaranya, besiap berdiri dan keluar kelas sebelum Aletha mengamuk dan berubah menjadi macan tutul betina seperti yang ada di ragunan.

Aletha mendecak kesal. "Lama banget sih putri keong. Yukk, buruan ke lapangan" ucap Aletha tidak sabaran sambil mendorong pelan tubuh Nadine ke depan.

"Tanpa lo dorong pun gue bisa jalan sendiri woy"

"Nanti gue nggak bisa ketemu sama Arion Din"

"Sudah gue duga, alasannya pasti itu"

Nadine terlihat takjub melihat perubahan drastis Aletha. Sudah hampir dua tahun lebih mereka melakukan upacara, baru kali ini Aletha berinisiatif untuk cepat-cepat datang ke lapangan. Padahal dulu Aletha baru akan bergerak ketika ada guru BK yang datang ke setiap kelas untuk menyuruh anak-anak yang malas upacara seperti Aletha agar segera bersiap-siap ke lapangan. Atau parahnya lagi, Aletha kadang berpura-pura kesakitan agar diijinkan untuk istirahat ke UKS.

Tapi lihat Aletha yang sekarang, begitu bersemangat untuk mengikuti upacara bahkan Nadine sampai digiring seperti bola kaki.

Kekuatan cinta memang begitu dasyat, merubah hal yang paling mustahil menjadi sesuatu yang digemari.

###

VOMENT PLEASE ;)

DOUBLE 'A'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang