Beautiful Feeling: [2]

1.1K 222 37
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Sebenarnya aku nggak ambil pusing sama kejadian kemarin yang di kantin. Habis itu, Kyra nyeritain sedikit tentang siapa itu Hansel Mahendra. Yeah ... aku akuin kalau Hansel ini masuk ke jajaran mahasiswa hits, bareng ke-empat temannya yang lain.

Lagipula setelah kejadian itu aku nggak ketemu lagi sama dia, jadi aku bisa bersikap biasa aja.

“Ppt-nya udah selesai nih, nanti presentasi pake laptop aku aja, ya? Biar nggak ribet,” ujar Kyra yang lagi sibuk ngedit tampilan ppt kelompok kami. Namanya aja sih kerja kelompok, tapi yang kerja cuma aku sama Kyra aja.

Aku mau bilangin ke temen-temen yang lain juga bingung, Kyra sempat ngomel-ngomel gitu sih, walaupun ujung-ujungnya tetap dikerjain. Unik emang dia ini.

“Nggak usah nulis nama mereka boleh nggak, sih? Kesel banget, anjir!” misuh Kyra tapi tangannya tetap sibuk di atas keyboard laptop.

“Ra ... udah. Ikhlas, ya?” bujukku sambil ketawa pelan. Suka gemas kalau Kyra udah ngedumel gini.

“Hhhh.” Kyra ngehela napasnya, lalu lanjut bilang, “Nanti aku aja yang mintain uang buat nge-print hardcopy laporannya.”

“Eh? Aku ada mesin print kok di rumah,” ujarku.

Kyra menatapku dengan galak. “Nggak ada! Biar mereka keluar duit dikit. Kamu jangan baik-baik jadi orang, San!”

Jadi dikelompok kami terdiri dari 4 orang. Nah, kebetulan setiap diskusi mau ngerjain kapan dua orang ini selalu terkesan ngulur waktu dan nggak ngasih kepastian kapan mau ngerjain tugasnya. Akhirnya aku dan Kyra yang membuat laporan beserta ppt-nya.

“Udah, udah, daripada marah-marah, mending kita jajan di kantin, yuk? Siapa tau kamu butuh ganjelan perut gitu.”

Usahaku yang satu ini berhasil membuat Kyra pindah ke kantin untuk sekadar jajan. Aku juga sekalian makan sih, soalnya lapar juga belum sarapan.

“Kelas kita mulai jam berapa deh, San?” tanya Kyra sambil menutup tas laptopnya.

“Jam sepuluh, masih ada sejam lagi nih. Kuy makan aja.”

“Dasar! Makan mulu kerjaannya!” sindir Kyra dan aku hanya tertawa.

Nggak butuh waktu lama untuk aku dan Kyra ke kantin. Sampai sana aku langsung milih tempat duduk sementara Kyra yang mesan makanannya. Sengaja pilih di samping jendela biar terang gitu hehe.

“Sendirian aja?”

Aku langsung menoleh, dan mendapati satu cowok yang akhir-akhir ini familier buatku.

“Pesanan lo kan?” katanya lagi. Lantas aku langsung ngelihat sesuatu di atas meja dan itu benar pesananku. Tapi di mana Kyra?

“Nyari temen lo, ya? Tadi dia nitip ini ke gue buat ngasihin ke lo. Soalnya dia dapet panggilan dari dosen,” ujar Hansel yang berada di depanku.

“Oke, makasih Hansel,” kataku pelan. Dia keliatan kaget sehabis aku nyebut namanya. Kenapa sih?

“Lo ... inget nama gue?” katanya sambil membulatkan matanya.

“Inget lah. Kan baru kemarin kamu ngenalin nama kamu ke saya.”

Aku bisa lihat dia melebarkan senyum, membuat matanya ikutan hilang.

“Kalo gitu, lo harus inget terus sama gue ya! Inget! Hansel Mahendra!”

Karena nggak tahan akhirnya aku ketawa kecil. “Nggak janji, ya? Tapi bakalan saya usahain. Emangnya kenapa, sih, kamu mau diinget sama saya?” tanyaku heran.

“Lho, diinget Mbak Crush itu hukumnya wajib!” selorohnya berapi-api. Sampai-sampai kacamatanya melorot.

“Kamu seriusan?”

“Hng? Apanya?” tanya dia balik.

“Sama ucapanmu kemarin.”

“Yang gue bilang suka sama lo itu? Ya beneran, lah! Masa bohongan?” kata Hansel sambil menopang wajahnya dengan tangannya.

Aku masih diam ngelihatin dia. Terus dia juga masih ngelihatin aku, akhirnya aku mutusin buat makan aja. Bahkan makanan aku belum kesentuh sama sekali gara-gara dari tadi ngobrol sama Hansel.

“Lagi makan aja masih lucu banget,” gumam dia yang masih bisa aku dengar.

“Masih mau di sini? Saya ada kelas soalnya,” ujarku sambil menghabiskan minumanku. Setelah aku rasa udah habis, aku berdiri sambil membawa laporan. Hansel masih ngelihatin pergerakanku.

“Saya duluan ya, Hansel. Selamat pagi,” pamitku ke Hansel.

Aku ke warung makan bermaksud untuk bayar makananku. “Jadi berapa, Bu?” tanyaku sambil membuka dompet.

“Nggak usah, Mbak. Tadi udah dibayarin sama Mas yang tadi.”

Double update deh hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Double update deh hehe. Semoga kalian suka ya sama ceritanya. Jejak kalian bikin aku semangat nih ❤❤❤

—Afrose Lee

 ʙᴇᴀᴜᴛɪꜰᴜʟ ꜰᴇᴇʟɪɴɢ | Jae [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang