"Buat lo aja."
Ayas menatap kotak merah muda yang diulurkan oleh Farhan. Kotak manis dihiasi pita merah, pasti dari perempuan yang baru saja menemui Farhan dan membuat mereka berempat menunggu di depan lobi utama.
Bukan hal aneh, berteman dengan Farhan sejak sekolah menengah atas, Ayas paham kalau kado seperti ini adalah hal lumrah yang sering diterima oleh Farhan. Jika isinya makanan, biasanya akan diberikan pada Ayas.
Perhatian Ayas beralih pada Sera yang sedang rebutan topi baseball dengan Yasa. Ben-si pemilik topi-yang berdiri di tengah-tengah mereka sama sekali tidak berniat melerai.
"Gue pakai topi," Sera mengulurkan binder ukuran B5 miliknya pada Yasa. "Tuh, lo pake binder gue aja. Cowok kok takut panas."
"Heh, ini jam 12 siang ya, Ser. Sinar mataharinya gak sehat." Yasa mendengkus, membela diri.
"Makanya pake hoodie kayak Ben. Kemejaan mulu sih, lo!" balas Sera tidak mau kalah.
"Style-style gue kenapa lo yang ribet."
"Udah-udah." Ayas menyeruak di antara Sera dan Ben, kemudian merangkul Sera dan membawanya selangkah di depan Yasa, Ben dan Farhan. "Ayo ke Cemara, keburu penuh."
Sera meraih kotak merah muda di tangan kiri Ayas lalu membukanya. Kelopak matanya melebar ketika menemukan cokelat batangan dengan merek berbahasa inggris. "Anjir, dari sinjepor."
"Sok inggris lo," komentar Farhan. "Eh, temen lo kalo ada yang cakep kenalin gue ke dong, Ser. Selebgram kan banyak yang cakep tuh."
"Ngomong tuh sama pager." Sera mencibir, sesaat kemudian membuka mulut untuk menerima suapan cokelat dari Ayas. "Enak, Yas."
"Iya, mahal," timpal Ayas. Perempuan itu mendelik ketika Ben ikut-ikutan mencomot dua bungkus dari dalam kotaknya. Satu dimakan, yang satu lagi diberikan pada Yasa.
Yasa membolak-balik bungkus cokelat yang diberikan oleh Ben. Kemudian ganti memperhatikan teman-temannya yang terus memuji nikmat rasa cokelatnya. Pemuda itu lantas bergeming, sesuatu terbesit di benaknya.
***
Bab 3
Peraturan Pertemanan***
"Paket 1 Bu, lima." Yasa melebarkan jari-jari tangannya. "Goreng semua. 2 tahu, sisanya tempe."
Yasa berbalik, mendekat pada Sera yang mengangkat ponselnya. "Ayo sini foto dulu, Ayas dempetan lagi dong, Ben nggak mengandung virus, kok!"
Begitu semuanya terlihat bagus di layar, Sera menekan capture. "Lagi-lagi, pose lain."
"Boomerang aja Ser," usul Farhan. "Biar gemas."
"Gemas apanya, gak cocok, buaya!" timpal Ben seraya melempar tisu bekas keringatnya pada Farhan.
"Iya, Boomerang aja, ada efeknya," ujar Ayas. "Jam segini jam-jamnya gue dekil, jadi harus pake filter."
"Cakep kok Yas." Ben menepuk-nepuk bahu Ayas. "Cakep." Lalu Ayas mengendikkan bahunya guna menepis tangan Ben.
"Lihat, siapa yang buaya," komentar Farhan saat melihat keduanya.
Yasa melongokkan kepala untuk ikut mengamati layar ponsel Sera, ikut memilih filter. "Itu aja itu, yang pipinya jadi merah."
"Coba ayo boomerang, weh." Sera menepuk bahu Farhan. "Lo aja yang pegang, weh. Tangannya panjang."
"Maling dong," celetuk Ayas.
"Maling hatinya maba," balas Farhan. Sukses membuat yang lain berkoar geli. Bahkan Ben sampai mengangkat botol kecap, ancang-ancang melempar Farhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[7] Beda
Ficción GeneralQuarter-life crisis melanda Ayas, Farhan dan teman-temannya! "Masuk bareng-bareng, kita harus lulus bareng, ya!" Kenyataannya, ada yang memutuskan berhenti, ada yang menjauh karena kesalahpahaman, ada yang mengulang, ada yang cuti. "Pada akhirnya...