9. Apa Yang Kamu Inginkan?

283 71 11
                                    

"When you really want one thing, you have to give up on another

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"When you really want one thing, you have to give up on another."

Farhan menatap langit-langit kamarnya. Di telinganya, suara podcast yang baru saja ia, Ben dan Yasa rekam terputar.

Jemarinya diketukkan pada meja belajar berkali-kali, perasaannya mulai dilanda kerisauan hingga menghela napas berat.

Tangan kanannya meraih ponsel yang diletakkan tak jauh dari komputer. Jemarinya bergulir di layar dengan cepat, sedangkan matanya memindai isi kontaknya satu persatu hingga menemukan yang ia cari.

Menurut lo, gue ikutan cuti juga atau nggak, ya?

***
Bab 9

Apa yang kamu inginkan?

***

"Mau bakwan."

Kalimat Yasa membuat Ayas mencapit beberapa potong bakwan ke dalam sterofoamnya. Perempuan itu lantas menoleh pada Sera yang menarik dua botol air mineral dari dalam kulkas.

"Ser," panggilnya.

Karena malah Yasa yang menoleh, akhirnya Ayas mendekat empat langkah pada Sera. "Menurut lo, mereka berdua ngomongin apaan?" Ayas menunjuk Ben dan Farhan menggunakan dagunya.

"Entah." Sera menghitung semua belanjaan mereka sebelum menoleh ke Yasa. "Sa, bayar."

Dua pemuda yang duduk di antara keramaian kantin cemara itu menghela napas berat. Dari balik layar ponsel yang menampilkan mobile legend, Ben mendesah gusar. "Serius lo?"

"Ya makanya gue nanya sama lo," balas Farhan setelah mengembuskan asap dari dalam mulutnya. "Gue belom bilang bokap, soalnya masih fifty-fifty."

"Ya jangan nanya gue, masa depan lo bukan di tangan gue, 'kan?"

Tidak ada yang salah dari kalimat Ben, pun Farhan yang kemudian mengangguk seolah paham. Kendati hatinya dilanda gusar, cowok bersurai tebal itu melempar cengiran lebar ketika Yasa datang bersama Ayas dan Sera serta satu sterofoam berisi gorengan dan bumbu kacang.

"Asiiiik, makan dulu Ben." Sekonyong-konyong, Farhan mendorong bahu kiri Ben, sedangkan tangannya mulai meraih tusukan sate di atas tumpukan bakwan.

"Ser, diet Ser," kata Yasa memperingati. "Gorengan biki  gendut."

"Diet-diet amat," timpal Ayas, ditepuknya bahu Sera. "Makan yok, daripada kelaparan terus sakit?"

"Sera? Diet?" Ben memindai Sera yang tengah galau ingin menusuk potongan tahu. "Ngapain dah? Buang-buang tenaga."

"Biasa, calon penganten, biar pangling."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[7] BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang