6. Apa kita sedang mencari jati diri?

317 84 1
                                    

Matanya yang terpejam perlahan terbuka berkat diusik oleh nada dering ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matanya yang terpejam perlahan terbuka berkat diusik oleh nada dering ponsel. Sembari memegangi kepalanya yang masih pening, Ayas menggeser tombol hijau di ponselnya dengan tangan kiri.

"Yas, lo masih di kosan Sera?"

Ayas bahkan belum sempat mengucapkan halo, tetapi sudah diserobot oleh suara tenang dari ujung sambungan teleponnya. Ia menebak sebuah nama di dalam hati sebelum menjauhkan ponsel dari telinga demi memastikan si penelepon.

Diletakkannya ponsel di atas kasur busa setelah menekan pilihan loudspeaker, sementara matanya menyelisik sekelilingnya. Sera masih terpejam dengan ponsel di dada, pasti temannya itu juga ketiduran.

"Masih, Sa."

"Tumben, lama banget mainnya? Emang nyokap lo nggak nyariin?"

Seakan diingatkan, Ayas langsung melirik jam dinding. Jarum pendek di angka empat lantas membuatnya menepuk dahi. "Astaga, gue padahal cuma numpang ngadem sebentar, kok malah ketiduran sampai sore."

"Untung gue telepon."

"Makasih lo, Sa. Perhatian banget." Ayas membereskan barang-barangnya yang berserakan di lantai. "Tau aja kalau kesorean, nyokap gue pasti ngomel."

Setelah Yasa menutup sambungan teleponnya, Ayas buru-buru menyandang ranselnya. Perempuan itu berakhir enggan membangunkan temannya yang tampak pulas.

Pelan, ia berjingkat dan menutup pintu sampai rapat. Saat melewati kamar Yasa, Ayas mengetuk pintunya dua kali sebelum disambut dengan wajah malas-malasan khas pemuda itu. "Yasa, titip Sera. Gue tutup doang pintunya, dia pules banget."

Yasa melirik pintu kamar Sera sebelum mengangguk menyanggupi. "Hati-hati baliknya, abis ujan jalanan licin. Gak usah ngebut."

"Kayak Farhan lo lama-lama," Ayas menoleh seraya melambaikan tangan. "Bye Yasa, gue balik jangan kangen ya."

Sepasang kakinya yang dilapisi sepatu kets berwarna hitam melangkah terburu-buru menuruni tangga. Sementara Yasa memperhatikan dari balik pagar pembatas, memastikan kalau Ayas bisa menyalakan mesin motornya.

Sepertinya motornya benar-benar tidak bermasalah di bagian aki seperti dulu lagi. Ketika Ayas melambaikan tangan, Yasa membalasnya dengan cengiran lebar hingga Ayas menghilang di balik gerbang.

Yasa berbalik, melangkah pelan menuju pintu kamar Sera dan mengetukknya. Karena tidak ada jawaban, ia mencoba untuk menghubungi ponsel Sera.

"Gue di depan. Bangun, terus kunci kamar lo."

***
Bab 6

Apa Kita Sedang Mencari Jati Diri?

***

"Buang-buang duit lo, ngopi mulu."

Kalimat Ben barusan ditujukan pada Farhan yang duduk di meja tepat depan kasir. Dengan laptop dan buku catatan, sekilas terlihat seperti mahasiswa rajin, tetapi kenyataannya berbanding terbalik.

[7] BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang