"Hye, sudah aku bilang. Aku tidak akan mendaftar club. Dan aku tidak mau pulang sendiri."
Kali ini Jira dan Hyein sedang membicarakan pendaftaran club. Jira dengan keputusannya tidak mengikuti club manapun. Sedangkan Hyein sangat ingin sekali masuk club jurnalis dan taekwondo.
Sementara itu, sepulang sekolah Hyein harus menghadiri kumpul pertama club jurnalis. Mau tidak mau Jira harus pulang sendiri.
Tidak apa jika Jira pulang sendiri. Masalahnya, mungkin ia akan salah ambil jalan. Berbeda dengan Hyein, Jira belum hapal rute jalan untuk pulang, dan bus mana yang harus ia naiki. Karena rute jalan dari rumahnya ke SMA berbeda dengan SMP.
"Begini, kau ikut masuk ruang club saja dulu, mau? Tidak usah isi formulir." ajak Hyein.
Jira terlihat sedang menimbang-nimbang tawaran Hyein. "Memangnya bisa?" tanya Jira.
"Formulirnya pasti dikumpulkan di satu orang dari anggota baru kan? Lalu dikumpulkan ke depan oleh orang itu, iya kan?"
***
Jira menyesal menyetujui ajakan Hyein. Temannya satu itu benar-benar membuat ia panik.
Pertama, Jira ingin mengumpati mantannya. Hobinya menggitar, kenapa pula mengikuti club jurnalis. Tidak masalah jika Beomgyu hanya bersikap normal seperti lainnya.
Pasalnya, selama kumpul berlangsung, Beomgyu selalu saja menjailinya. Dari seberang tempat Jira duduk, ia menatap Jira dengan senyum anehnya. Juga menjulurkan lidahnya meledek. Jangan lupakan ia melambaikan juga tangannya.
Bocah sinting! Pikir Jira.
Kedua, salah satu senior dari club jurnalis ternyata berkeliling untuk mengambil formulir. Jadilah Jira dengan secara terpaksa harus mengisi formulir tersebut. Otomatis dirinya terikat dan tergabung dalam sebuah club. Padahal mengikuti club tidak termasuk ke dalam rencananya.
Ketiga, ia kira Hyein hanya kumpul club jurnalis hari ini. Di tengah-tengah kumpul berlangsung, pembina club jurnalis memberi informasi jika siswa yang memiliki dua kumpul club hari bisa keluar ruangan dan mengikuti kumpul club lainnya.
Jira ditinggalkan begitu saja sendiri. Hyein pergi begitu saja bergabung kumpul taekwondo, begitu juga dengan Beomgyu yang ternyata mengikuti club band sekolah.
Bagusnya, semua club bubar di jam yang sama. Saat ini Jira menunggu bubarnya club taekwondo. Apalagi jika bukan menunggu Hyein.
Club yang kumpul di lapangan ini mayoritas dari club olahraga. Kegiatan kumpul tidak jauh dari perkenalan anggota club, membahas serta mempromosikan club agar banyak peminat nantinya, bahkan ada juga beberapa senior yang memakai pakaian khusus dari clubnya masing-masing sebagai tanda promosi yang totalitas.
Jira mengalihkan pandangannya ke atas. Cuacanya sangat mendukung. Ia tidak terpapar oleh panasnya sinar matahari. Pepohonan juga meliukkan daunnya sebagai respon adanya angin berhembus. Teduh sekali.
"Sejuk ya?" tanya seseorang.
Jira menjengitkan badannya terkejut. Kepalanya melirik ke sebelahnya, orang yang tadi mengejutkannya. Lalu kembali melirikkan kepalanya ke depan setelah mengetahui siapa orang disebelahnya.
Tidak sehat untuk jantung Jira. Pilihan pertama, Jira yang beranjak pergi. Pilihan kedua, membiarkan Beomgyu duduk disebelah nya dan jangan respon ucapannya.
Tetapi, hati Jira melawan pikirannya. Ia melirikkan matanya asal, jangan sampai menatap mata Beomgyu.
"Ada apa kesini?" tanya Jira sambil berusaha menetralkan jantungnya. Karena demi apapun, dirinya sangat gugup sekarang."Aku berencana pulang, tapi tidak jadi" ujar Beomgyu.
"Kenapa bisa begitu?" kali ini Jira memberanikan menatap mata Beomgyu.
"Kamu sendiri kenapa diam disini? Ah, aku tahu, berencana menginap di sekolah ya? Boleh ikut tidak?"
Mendengar pernyataan Beomgyu, Jira tersenyum kecil. Apakah Beomgyu sedang mengajak dirinya bercanda?
"Mana ada, bodoh. Kau bercanda? Aku sedang menunggu Hyein untuk pulang bersama. Lihat disana, club taekwondo belum bubar." jawab Jira sembari mengarahkan jari telunjuknya ke tempat Hyein berada.
Beomgyu melihat ke arah yang ditunjuk Jira, setelahnya menatap mata dan kaki Jira bergantian. "Matamu masih berfungsi, kakimu juga. Jadi kenapa harus menunggu Hyein? Kamu kan bisa pulang sendiri."
Lalu Jira memukul keras pundak Beomgyu, "Menyebalkan! Aku kan tidak tahu nantinya harus naik bus yang mana!"
"Aduh! Kamu ini kebiasaan sekali suka memukul." keluh Beomgyu sembari mengusap-usap pundaknya.
"Lagipula, sepertinya tidak ada tanda-tanda club taekwondo akan bubar. Semua club memang bubar di jam yang sama Ra, tapi ada juga beberapa yang pulang lebih lambat." lanjut Beomgyu.
Seketika Jira menundukkan kepalanya pasrah. "Lalu aku? Aku bagaimana? Menunggu Hyein hingga larut? Ah tidak tidak, bisa-bisa aku kena marah oleh ayah." ujar Jira mengecilkan suaranya.
Beomgyu tidak diam begitu saja, ia mendengar ucapan Jira meskipun terdengar kecil. "Oleh karena itu aku disini. Hah! Sekarang aku merasa menjadi pahlawan yang akan mem-bantu anak SMA berburuk rupa!!" puas Beomgyu.
Sedangkan Jira menatapnya bingung, "Apa maksudmu? Siapa pahlawan? Siapa yang buruk rupa?"
"Aku! Aku pahlawan! Dan kamu-" Beomgyu menghentikan ucapannya.
"Tebak sajalah." Beomgyu menjulurkan lidahnya meledek. Tercatat sudah ia lakukan dua kali pada hari ini.
Rupanya Beomgyu masih memiliki sifat jail. Jira sendiri tidak aneh. Jira mengerti apa yang dimaksud Beomgyu. Lalu tiba-tiba Beomgyu berteriak karena Jira mencubit pinggangnya.
"Sudah dong! Pundak ku sudah kamu pukul, jangan cubit juga pinggang ku." ujar Beomgyu mengerucutkan mulutnya.
"Kau mengajakku bercanda." sembari mengeluarkan senyumannya, karena bagi Jira saat ini Beomgyu sangat lucu dengan mulutnya yang mengerucut.
"Tidak juga, aku tidak bercanda. Aku benar-benar akan jadi pahlawan kok. Mau pulang bersama tidak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
That Man "Beomgyu"
FanfictionJira sudah menebak jika kehidupan SMA nya pasti diisi oleh banyak orang. Namun, ia tidak mengira jika salah satu dari banyak orang itu adalah seseorang yang pernah mengisi hatinya. "Sebenarnya.. ada alasan lain kok. Rencanaku, kita bisa pulang denga...