broom

201 73 40
                                    

Hari ini ada pemberitahuan dari sekolah untuk membersihkan kelasnya masing-masing. Mendengar hal ini, sebagian siswa-siswi ada yang mematuhinya, ada juga yang tidak.

Bisa dikatakan, hanya sekitar lima sampai enam orang yang hanya bekerja di setiap kelas. Ada juga yang melakukan kegiatan lain- membaca novel di pinggir lapang, bermain basket dilapangan, menonton video bersama, dan kegiatan yang lainnya.

Jira adalah salah satunya. Ia sedang menonton video K-pop di depan kelas dengan Nanhee dan Hyein yang duduk disebelahnya.

Ya, Hyein yang kabur dari kelasnya.

"Jira? Aku ingin minta tolong, bisa?" itu Dita, ketua kelasnya.

Lalu Jira mengalihkan pandangannya dari ponsel, "Bisa, ada apa?"

"Sapu milik kelas kita rusak, bisa pinjam ke kelas sebelah?"

Jira beranjak dari duduknya, "Oke."

Ia melangkahkan kakinya ke kelas sebelah. Setibanya disana, ia melihat pria yang sedang membersihkan papan tulis.

Jira sedikit terpana melihat pria tersebut— wajahnya yang tampan, matanya sipit tapi tajam, dan bentuk badannya yang atletis.

Lalu Jira segera mengembalikan fokusnya, dan mengingat tujuannya.

"Permisi?"

Pria itu mengalihkan pandangannya pada Jira, lalu melebarkan mata sipitnya terkejut.

Entah apa yang membuat pria itu terkejut, yang pastinya sampai membuat Jira memandang dirinya sendiri —apakah ada yang salah pada dirinya?

"Maaf mengganggu.. aku disini ingin bertemu ketua kelas." ujar Jira.

Pria itu menormalkan matanya dan berdeham, "Eh, aku ketua kelasnya."

'Astaga, si tampan ini ternyata ketua kelasnya?' batin Jira

"Jika tidak keberatan, boleh kami pinjam sapu milik kelasmu? Sapu kelas kami rusak,"

Si tampan meggarukan kepalanya kikuk, lalu melirikkan matanya ke belakang.

Jira pun ikut melirikkan matanya ke  belakang, dan ternyata sapu nya sedang digunakan. "Ahh begitu ya..."

Pria itu menatap Jira, "Kalau begitu, boleh tahu siapa namamu?" tanya si tampan.

"Jira. Song Jira." jawab Jira antusias.

"Aku Yeonjun. Choi Yeonjun."

'Choi? Marga yang sama seperti orang gila itu. Yeonjun tidak mungkin sama gilanya kan?' pikir Jira.

"Maaf ya sapunya sedang digunakan.." sesal Yeonjun.

"Tak apa kok! Kalau begitu, aku duluan ya!" ujar Jira yang dibalas anggukan dari Yeonjun.

Lalu Jira berjalan menuju ke kelas selanjutnya, kelas Beomgyu. Kelasnya sudah selesai dibersihkan, lantainya pun sudah bersih. Anggota kelasnya tidak terlihat kecuali satu orang, yaitu Beomgyu.

Lantas Jira masuk ke dalam kelas, menghampiri Beomgyu yang sedang berdiri sendirian diatas bangku, tepatnya membersihkan kaca kelas.

Jira memukul bokong Beomgyu keras, yang dihadiahi protes dari Beomgyu.

"Heh! Mengagetkan saja! Cabul sekali kau ini ya!" protes Beomgyu.

"Apa ini? Kau membersihkan kaca? Yang benar saja." cibir Jira.

"Dihukum. Kau lihat sapu itu, aku lipat gandakan. Keren kan?" jawab Beomgyu sambil menunjukkan telunjuknya ke bawah bangku.

Jira melihat kebawah, menemukan sapu yang tergeletak terpisah menjadi dua bagian.

Ia mengambil salah satu potongan gagang sapu tersebut, "Setelah merusak hati, kau merusak sapu juga rupanya?" sindir Jira.

Beomgyu mengabaikannya, ia mengalihkan pertanyaan Jira, "Aku kira kau sibuk membantu dikelasmu, ada perlu apa?"

"Aku mau pinjam sapu milik kelasmu. Ketua kelasnya dimana? Aku mau bicara."

"Yang sedang membersihkan kaca ini ketua kelasnya lho." ujar Beomgyu.

Jira menatap Beomgyu tidak percaya, "Dengan wajah jelekmu ini? Kau jadi ketua kelas? Kau mau aku percaya?!"

Beomgyu tersenyum remeh, "Aku yakinkan mereka semua, aku bilang akan kuubah secara ajaib susu warna putih menjadi warna coklat jika terpilih. Dan mereka percaya begitu saja."

"Kau bilang begitu? Dan mereka percaya?!" tanya Jira memastikan.

"Ditambah, aku ini kan tampan! Ramah pula! Jadi mereka iya iya saja saat aku terpilih." ujar Beomgyu menyombongkan wajah tampannya.

"Masih ada saja orang percaya diri seperti ini." cibir Jira.

"Jadi pinjam tidak?" tanya Beomgyu.

Lantas Jira menganggukkan kepalanya, "Jadi."

"Kalau setuju bekerja sama, baru —"

Beomgyu menghentikan kalimatnya setelah melihat tangan Jira yang sudah mengangkat potongan gagang sapu —berancang-ancang akan memukul Beomgyu.

Beomgyu cengar-cengir ditempatnya, turun dari bangku dan mengambil sapu cadangan.

Beomgyu memberi sapu pada Jira. "Nih. Jangan lupa dibayar dengan satu kecupan di pipi." usil Beomgyu seraya menunjuk pipi kanannya.

"Si brengsek ini—" Sekali lagi Jira mengangkat tangannya, yang sekarang sudah terisi gagang sapu yang rusak dan yang utuh di kedua tangannya masing-masing.

"Bercanda, bercanda!" ujar Beomgyu seraya menyilangkan tangannya di depan wajahnya.

Setelah itu, Beomgyu teringat suatu hal yang ingin ia bicarakan dengan Jira.

"Eh, nanti bandku tampil di kafetaria, mau ikut?" ajak Beomgyu.

"Benar nih? Aku ikut!" jawab Jira dengan semangat.

"Oke, kita naik motor ya."

Jira mengerutkan keningnya, "Kalau begitu tidak jadi. Kau bilang bisa naik motor kalo sudah balikan!"

Beomgyu menyeringai, "Oh.. jadi mau balikan?” goda Beomgyu.

"B—bukan seperti itu maksudku!!" bentak Jira seraya tersipu.

"Santai saja makanya, jangan pikirkan yang itu, abaikan saja. Yang penting jadi ikut kan?"

"Baiklah, tapi antar aku pulang juga ya?"

"Silahkan saja, asal mau bekerja sama." ujar Beomgyu.

Jira sudah bersiap mengangkat kedua tangannya lagi, namun Beomgyu cepat-cepat kabur keluar kelas entah kemana.

"enochlitikó! (menjengkelkan!)" cibir Jira.

That Man "Beomgyu"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang