Dering telpon berbunyi di sepenjuru kamar seorang wanita. Diantara deringan tersebut terdapat seonggok manusia yang sedang tertidur pulas tanpa menghiraukan adanya panggilan masuk dari ponselnya. Ditambah dengan seragam sekolah yang sedikit kusut melekat pada tubuhnya.
Tak kunjung lama pintu kamar terbuka oleh sesosok wanita yang kini sedang berkacak pinggang menatap sang adik yang tidur dengan damai.
Jieun, yang merupakan sang kakak menggoyangkan tubuh adiknya dengan pelan. "Jira, cepat bangun! Angkat telponnya, itu mengganggu."
Jira yang terusik pun terbangun dari tidurnya. "Dari siapa?" tanya Jira yang masih memejamkan matanya.
Pandangan Jieun beralih ke ponsel Jira yang terletak di atas lemari berukuran sedang. Tepat saat Jieun mengambil ponsel, dering telpon pun berhenti berbunyi.
"Empat panggilan tak terjawab. Dari Yeonjun." kata Jieun.
Seketika Jira membuka matanya dan merebut ponsel yang sedang dipegang oleh kakaknya, memeriksa pukul berapa saat ini. Setelah itu, Jira terkejut setengah mati karena secara tidak langsung ia mungkin saja membatalkan janji untuk pergi bersama Yeonjun.
"Yeonjun siapa?" tanya Jieun.
"Temanku. Pantas saja Yeonjun menelpon! Seharusnya sekarang aku pergi kerja kelompok. Yang lain pasti sudah menunggu." jawab Jira berbohong.
Jira berusaha mempertahankan wajah menyesal karena tertidurnya agar Jieun tidak curiga. Bisa saja Jieun mencurigai bahwa yang menelpon Jira adalah pacarnya. Jira sih senang-senang saja jika dianggap begitu. Hanya saja jika memang benar Yeonjun pacarnya pun ia tidak mau mengakui hal tersebut. Itu karena ia masih belum bisa terbuka soal pria pada keluarganya sendiri.
"Lalu kau mau bagaimana?" tanya Jieun.
"Tidak tahu, akan aku tanyakan lagi." jawab Jira.
Setelah itu Jieun meninggalkan Jira yang sedang mengetik pesan pada Yeonjun. Meminta maaf perihal dirinya yang tidak sengaja lebih memilih untuk berduaan dengan kasurnya. Juga memilih kata-kata dengan hati-hati agar reputasinya terlihat baik di mata Yeonjun.
Jira kembali merebahkan tubuhnya setelah mengirim pesan manis pada pria yang disukainya. Tidak lama setelah itu, dering telpon kembali terdengar pada pendengaran Jira.
"Yeonjun!" kata Jira semangat.
Jira yang mengira bahwa panggilan itu berasal dari Yeonjun segera membangkitkan tubuhnya, lalu menerima panggilan tersebut tanpa melihat kontak si penelpon.
"Sekarang kau dimana?" tanya Jira.
"Kau cenayang? Kau tau aku akan menjemputmu ya?"
Jira mengerutkan dahinya setelah mengetahui bukan suara Yeonjun lah yang ia dengar, melainkan orang lain.
"Kau siapa?" tanya Jira.
"Haruskah aku kembali mengenalkan diri padamu? Seolah kita tidak kenal?"
Lalu Jira memasang wajah malasnya ketika mengenali suara tersebut. "Beomgyu?"
Perlu diketahui, sebenarnya Jira sedikit lega karena saat mengangkat telpon ia tidak mengucapkan nama 'Yeonjun'. Jika itu terjadi, bisa-bisa Beomgyu mengetahui bahwa dirinya mengenal Yeonjun.
"Sepertinya kau tidak menyimpan nomorku." kata Beomgyu.
"Memang." jawab Jira.
"Sebaiknya kau simpan atau aku beri hukuman."
"Bahkan aku bukan tokoh dalam drama yang selalu menuruti kemauan tokoh pria." jawab Jira.
"Ahh, begitu rupanya? Kalau begitu aku berangkat sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
That Man "Beomgyu"
FanfictionJira sudah menebak jika kehidupan SMA nya pasti diisi oleh banyak orang. Namun, ia tidak mengira jika salah satu dari banyak orang itu adalah seseorang yang pernah mengisi hatinya. "Sebenarnya.. ada alasan lain kok. Rencanaku, kita bisa pulang denga...