"... Paman, bagaimana bisa kau mempersembahkan makanan-makanan pedas ini pada ibuku?"
Jin Ling menaikkan nadanya karena kesal.
"Kenapa kau begitu rewel? Setiap tahun juga begini. Lagipula Jiejie tinggal di Yunmeng hampir seumur hidupnya. Dia menyukai makanan pedas!" balas Jiang Cheng tak kalah kesalnya.
"Aku dengar dari Wei–" Jin Ling tiba-tiba terdiam. Tak lama kemudian, dia melanjutkan, "Pokoknya aku dengar kalau ibuku memang tahan pedas, namun tidak sepedas yang kau kira!"
"Oh ya? Kalau begitu, kau bisa memasak untuk menggantikan makanan-makanan ini." Jiang Cheng menaikkan alisnya.
Jin Ling menggeleng.
"Peringatan ibuku ada di Yunmeng. Aku adalah Ketua Sekte Jin, dan kau adalah Ketua Sekte Jiang. Bukankah seharusnya kau yang bertanggungjawab?"
Jiang Cheng benar-benar terbakar emosi sampai hendak membalikkan meja di depannya. Namun ia teringat akan pentingnya hari ini sehingga ia tidak melakukannya.
"Berandal kecil, aku akan segera kembali." Jiang Cheng mengatakan itu dengan nada mengancam. Jin Ling hanya menjulurkan lidahnya.
"Bagaimana bisa seorang paman mempunyai emosi setinggi itu? Apakah dia benar-benar bisa menikah di masa depan?" Jin Ling menggelengkan kepalanya. Mendadak, ia mengkhawatirkan masa depan pamannya.
Jiang Cheng untungnya tidak mendengar hal itu karena sudah berjalan keluar. Ia memutuskan untuk membuat sup iga khas Yunmeng dan beberapa makanan lainnya.
Setelah ia memastikan semua bahan makanan lengkap, ia berjalan untuk kembali ke Lianhua Wu. Namun ia melihat dua orang anak seumuran Jin Ling terlihat kebingungan.
Kedua anak itu berpakaian putih dengan pita dahi Gusu Lan. Melihat pita dahi itu, Jiang Cheng mau tak mau teringat Lan Wangji dan ia sedikit merasa kesal.
Ia sering melihat kedua anak itu bermain di sekitar Jin Ling. Salah satu dari anak itu adalah keturunan Wen. Ia pernah melihatnya saat anak itu masih kecil di Bukit Luanzang.
"Apa yang kalian lakukan disini?"
Kedua anak itu terkejut sampai-sampai hampir terjatuh. Jiang Cheng bertanya-tanya apakah suaranya sebegitu menakutkannya.
"Ketua Sekte Jiang!?" Anak yang kalau tidak salah bernama Lan Jingyi itu langsung berseru.
"Apa yang kalian lakukan disini?" ulang Jiang Cheng dengan suara yang lebih kasar. "Kukira Jin Ling sudah mengatakan kalau dia tidak punya waktu menemani kalian."
"Benar, dia sudah mengatakannya. Kami kesini untuk urusan lain." jawab si keturunan Wen–Lan Sizhui.
"Baiklah kalau begitu." Tanpa basa-basi, Jiang Cheng segera meninggalkan mereka berdua.
"Tunggu!"
Lan Jingyi berlari dengan cepat ke arah Jiang Cheng. Sayangnya ia tersandung dan tak sengaja menarik belanjaan Jiang Cheng.
Bahan makanan yang sudah Jiang Cheng pilih dengan penuh emosi pun berceceran di tanah.
Lan Sizhui yang menyaksikan peristiwa itu dengan mulut menganga. Ia melihat Lan Jingyi bergetar hebat seolah-olah tubuhnya digoyang gempa besar, sementara Jiang Cheng memelototi Lan Jingyi dengan kedua bola mata yang hampir keluar.
"... Apa yang sebenarnya Sekte Lan ajarkan pada murid-muridnya sekarang?" Jiang Cheng bertanya dengan suara dingin. "Tidak sopan, mengganggu, menghancurkan barang orang lain."
Lan Jingyi segera bangkit berdiri. Baju putih bersihnya sudah kotor karena tanah. Wajahnya benar-benar pucat pasi.
"Ketua Sekte Jiang, mohon maafkan kami. Kami tersesat dan hendak meminta bantuan Senior. Maafkan kami telah menghancurkan barang-barang Anda." Lan Sizhui segera membungkuk diikuti Lan Jingyi yang membungkuk berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
假村庄 Desa Jia (MDZS Fanfic)[✔️]
FanficWei Wuxian dan Lan Wangji kembali melaksanakan misi "berburu" mereka. Kini, mereka dihadapkan dengan hilangnya warga desa termasuk kultivator-kultivator yang pernah datang ke desa itu. Di saat yang sama, Wei Wuxian baru menyadari betapa berharganya...