"Tuan tidak boleh menahannya terborgol seperti itu, dia akan memar dan pegal setengah mati nantinya." Ohm, tangan kanan Boun sekaligus pelayannya yang setia mengernyitkan keningnya ketika melihat Boun keluar dari kamar tempat Prem dikurung dan menguncinya.
Boun mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa kau begitu peduli kepadanya, Ohm?"
Ohm langsung menatap Tuan-nya itu dengan tatapan mata tajam dan penuh makna yang hanya bisa dimengerti oleh Boun.
"Tuan tahu saya pasti peduli." dia menatap Tuan-nya dengan berani, tahu bahwa Tuan-nya akan setuju dengan tindakannya, "Saya akan mengirimkan pelayan laki-laki dan penjaga untuk membantu Tuan Prem supaya dilepaskan borgolnya."
Boun terdiam, tahu bahwa biar pun dia tidak mengizinkan, pelayannya yang keras kepala ini pasti akan tetap melaksanakan niatnya. Kadang kala Boun berpikir bahwa Ohm sama sekali tidak takut kepadanya, lelaki itu terlalu lama bersamanya untuk merasa takut.
"Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Tapi pastikan pengawal laki-laki itu tidak melihat apapun, biarkan pelayan laki-laki itu saja yang membantu melepaskan borgolnya." tatapan Boun menajam, "Prem telanjang bulat di balik selimutnya, dan kalau sampai pengawal itu ataupun banyak mata laki-laki lain yang mencuri pandang, aku akan membunuhnya."
Lalu dengan langkah lebar-lebar, Boun meninggalkan pintu kamar itu dan melangkah menuju ruang kerjanya, dia mengangkat telepon di atas meja kerjanya yang besar dan menghubungi nomor yang sudah dihapalnya di luar kepala.
"Halo?" sebuah suara yang tenang menjawab langsung pada deringan pertama. Karena nomornya adalah nomor khusus yang mana hanya orang-orang tertentu yang bisa menghubunginya, jadi siapapun yang meneleponnya pastilah untuk urusan penting.
"Kao." Boun menyapa dengan tenang, menyebut nama rekan sekaligus sahabatnya ketika mereka pernah bertemu di masa lalu mereka ketika sama-sama berada di Jerman.
Sejenak hening di seberang sana lalu Kao menyapa setengah terkejut. "Boun?" lalu ada senyum dalam suara Kao, "Kau menghubungiku akhirnya." sudah lima tahun sejak Kao memberikan nomor pribadinya ini kepada Boun, tetapi kemudian Boun sepertinya menghilang ditelan bumi, dan berapa lama pun Kao menunggu, lelaki itu tak pernah menghubunginya lagi.
"Ya. Aku membutuhkan bantuanmu, Kao. Aku harap tawaranmu waktu itu masih berlaku."
Kao tercenung di seberang sana, masih merasa terkejut karena tiba-tiba saja, sahabatnya yang menghilang bagai ditelan bumi ini menghubunginya. Seharusnya Kao tidak terkejut, dia tahu Boun memiliki dua sisi kehidupan, yang satu sebagai seorang pengusaha yang sukses, lelaki kaya pemilik berhektar-hektar area perkebunan yang begitu luas dan subur, dan yang lainnya adalah kehidupan misterius yang penuh bahaya.
"Masih." jawab Kao akhirnya, pada akhirnya dia harus membalas budi kepada Boun dan Kao tidak keberatan melakukannya, dia berhutang nyawa kepada sahabatnya yang satu itu. "Kapan kau ingin bertemu?"
Boun tersenyum, "Aku selalu yakin aku bisa mengandalkanmu, aku akan menghubungimu lagi nanti untuk membahas pertemuan kita." gumamnya sebelum mengakhiri percakapan.
~ DATING WITH THE DARK ~
Di seberang sana, dalam ruangan kantor sementaranya ketika berkunjung ke kantor cabang, Kao termenung sambil menatap ponselnya yang dia letakkan di meja kerjanya.
Boun Noppanut, laki-laki yang ditemuinya tanpa sengaja ketika dia melanjutkan kuliahnya di Jerman, kota kelahiran ayahnya. Waktu itu Kao masih seorang pemuda yang mencari jati dirinya, menggoda bahaya merasa tidak pernah takut akan apapun. Lalu dia terlibat dengan sekelompok orang berbahaya yang mengancam nyawanya, sekelompok pengedar obat bius yang semula menganggapnya sasaran empuk, tetapi kemudian menyadari bahwa Kao tidak bisa diajak kerjasama dan lebih baik dimusnahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DATING WITH THE DARK (BOUNPREM VER)
Mystery / ThrillerLilin-lilin berwarna biru, dengan susunan rapi dan jumlah yang spesifik, sembilan buah. Mengirimkan pesan yang tak mampu dicerna oleh logika. Pesan dari kegelapan yang selalu mengintai. Pesan Sang Pembunuh kepada Korban nya. Remake dari novel karya...