PART 14

3.3K 267 37
                                    

Prem membuka matanya dan terkesiap menatap bingung pada ruangan di sekelilingnya. Bau obat yang kuat dan seluruh dinding bercat putih membuatnya tahu dia sedang berada di mana.

Ada infus di tangannya, dan ketika meraba kepalanya, ada perban di sana, terasa sedikit nyeri ketika disentuh. Jantung Prem bergolak cepat dan air matanya mengalir dengan derasnya.

Aku sudah ingat semuanya...

Semuanya dari awal sampai akhir, dari pertemuan pertamanya dengan Boun sampai perpisahannya akibat kecelakaan itu. Dan kemudian Prem teringat ekspresi sedih Boun ketika dia menembaknya. Ekspresinya begitu terluka meskipun lelaki itu memanggil dirinya dengan sebutan 'sayang'.

Prem menangis keras-keras penuh penyesalan, menyadari bahwa dia telah menembak suaminya sendiri. Menyadari bahwa dia mungkin telah membunuh suami yang amat sangat dicintainya.

Boun adalah suamiku, belahan jiwaku yang selama ini terpisah jauh karena keadaan.

~ DATING WITH THE DARK ~

"Anda belum boleh berdiri, Tuan." Ohm yang memasuki ruangan tempat Boun dirawat di ruangan eksklusif itu mengernyitkan keningnya dengan cemas, "Jangan memaksakan diri dulu, Tuan."

Boun menghela napas panjang, "Kapan aku diperbolehkan keluar dari sini?" Ini terlalu lama, aku harus merenggut Prem kembali. Laki-laki itu tidak boleh terlalu lama di dekat Mew. Aku takut segala informasi yang dilimpahkan Mew pada Prem akan membuat laki-laki itu semakin jauh dariku. Kadang aku merasa cemas dan gusar luar biasa karena Prem bahkan tidak bisa mengingat diriku, suaminya sendiri.

"Anda harus sehat dulu, Tuan Boun, ingat, semua rencana ini membutuhkan kesehatan Tuan. Kalaupun Tuan berhasil itu tak akan ada artinya kalau Tuan sakit."

Ohm ada benarnya juga. Boun menghela napas panjang, "Apa kau sudah memberi instruksi kepada Gulf?"

Ohm menganggukkan kepalanya, "Saat ini Tuan Prem masih berada di rumah sakit. Insiden yang melibatkan Tuan Prem dan Love melukai kepalanya, membuatnya tidak sadarkan diri. Segera setelah Tuan Prem sadar, Gulf akan bertindak."

Boun mengernyitkan keningnya, menyesal karena Prem harus menghadapi kengerian itu karena kelakuan Love yang tidak diduga. Seharusnya Boun bisa menduganya dari awal, tatapan memuja Love kepadanya hampir seperti obsesi terpendam, dan obsesi yang tak terlampiaskan bisa meledak ketika sudah mencapai titik puncaknya, membuat Love melakukan hal-hal yang tak terbayangkan. Boun tidak mau bersikap kejam, tetapi dia tidak bisa menahan rasa leganya karena sekarang Love sudah tidak ada lagi untuk mengganggu Prem.

"Oke. Kabari lagi aku nanti." gumam Boun, setengah mengusir Ohm dari kamarnya. Pelayannya itu tentu saja sudah mengerti isyarat dari Tuan-nya, dia setengah membungkukkan badannya dan pamit mengundurkan diri, keluar dari ruangan.

Lama kelamaan, Boun merasakan nyeri di dadanya, dia melangkah dan kemudian duduk di atas ranjang, benaknya berkelana membayangkan bagaimana Gulf mungkin harus memaksa Prem atau bahkan menculiknya untuk Boun. Prem masih belum mengingatnya, lelaki itu bahkan menembaknya untuk menyelamatkan Mew.

Perasaan cemburu membakarnya, mengingat Prem hampir saja membuka hatinya untuk Mew. Tetapi untunglah Boun bisa menahan diri dan mencoba memaklumi semuanya, mengingat Prem kehilangan ingatannya dan seluruh kenangannya tentang Boun.

Tetapi bukankah jika cinta itu ada, maka akan selalu ada meskipun ingatan mereka hilang? Boun telah memegang harapan itu sekian lama, terus menerus percaya bahwa meskipun Prem tidak bisa mengingatnya, istrinya itu akan bisa mencintainya lagi. Boun bertekad akan membawa Prem ke Italia, ke rumah mereka, tempat mereka menghabiskan masa bulan madu yang indah, sayangnya urusan surat-surat penting menahannya di negara ini, membuat semuanya tertunda sehingga Mew bisa merenggut Prem kembali.

DATING WITH THE DARK (BOUNPREM VER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang