PART 7

2.8K 274 21
                                    

Uy uy yang mau baca part ini jan pas puasa yak:) dosa ditanggung masing-masing cuyung😂

Boun ada di sana. Menatap dari kejauhan di dalam sebuah rumah yang tepat berada di depan rumah putih itu. Boun memang sengaja membeli rumah ini jika saatnya tiba. Matanya terus menatap ketika Prem memasuki rumah itu.

Dia tidak bisa menahankan apa yang bergejolak di benaknya dan memejamkan matanya. Akankah Prem menyadarinya? Menyadari kalau aku menunggu saat-saat ini tiba? Menunggu sekian lama dalam kegelapan untuk dirinya?

Matanya menyorot tajam ketika melihat pintu rumah itu terbuka dan Mew menggendong tubuh Prem yang pingsan terkulai tak berdaya. Gerahamnya mengeras, menatap sosok Mew yang lengannya melingkari tubuh Prem.

Tidak bisa dibiarkan... waktunya akan segera tiba.

~ DATING WITH THE DARK ~

Aroma kopi yang familiar menyentuh hidung Prem, membuatnya mengerjapkan mata dan mengernyitkan keningnya, kepalanya terasa pening seperti dihantam sesuatu, dia membuka matanya dan menyadari bahwa dia berada di dalam kamarnya sendiri.

"Kau sudah sadar? Kau ingin secangkir kopi?" ranjangnya bergemerisik ketika Mew duduk di kaki ranjangnya, membawa secangkir kopi yang mengepul panas. Prem berusaha duduk pelan, dan menatap Mew yang tersenyum penuh rasa bersalah.

"Aku tidak tahu orang yang habis pingsan boleh minum kopi atau tidak." Mew menatap Prem lembut, "Hanya saja aku tahu kau menyukainya."

Prem mau tak mau membalas senyuman lembut itu, "Terima kasih." bisiknya pelan ketika Mew menyodorkan cangkir kopi itu ke bibirnya, dia menerimanya dan menyesapnya pelan.

Rasa pahit bercampur manis yang tajam langsung mengembalikan kesadarannya, Prem menyerahkan kembali cangkir kopi itu kepada Mew dan lelaki itu meletakkannya di meja kecil di dekat ranjang.

"Aku pingsan.." Itu pernyataan, bukan pertanyaan.

Mew menganggukkan kepalanya, "Langsung pingsan setelah melihat lilin berwarna biru itu, sama seperti kejadian di restoran itu."

Prem menghela napas panjang, kelebatan ingatan itu membuat jantungnya berdenyut pelan. Lilin berwarna biru sejumlah sembilan buah yang disusun setengah melingkar di dalam kamar rumah itu memang tidak menyala, berbeda dengan yang direstoran. Tetapi efeknya sama, menghantamnya sekeras badai.

Pertanyaannya.... Kenapa?

Prem mulai merasa pening karena tidak menemukan jawaban. Dengan lembut Mew mendorongnya kembali ke ranjang dan menyelimutinya.

"Jangan dipaksakan, kau akan ingat nanti, pelan-pelan saja, oke? Sekarang istirahatlah." lelaki itu berdiri lalu membungkuk di atasnya, sejenak meragu, tetapi kemudian mengecup keningnya, membuat Prem memejamkan mata.

Ketika Mew melangkah meninggalkan kamar itu, Prem menatap nyalang ke langit-langit kamarnya, merasa bingung.

~ DATING WITH THE DARK ~

"Aku tidak tega melakukan ini kepadanya, sepertinya setiap dia berusaha mengingat, dia pingsan." Mew bergumam kepada atasannya melalui telepon.

Atasannya terdiam, tampak berpikir, kemudian berkata, "Kau harus membuatnya ingat, Mew. Hanya ingatannyalah yang bisa membantu kita menemukan 'Sang Pembunuh'. Kau tahu hanya Prem dan ayahnyalah yang pernah bertatap muka dengannya. Ayah Prem sudah meninggal, jadi hanya Prem satu-satunya harapan kita."

Mew menghela napas, menyadari kebenaran kata-kata atasannya. Tetapi melihat Prem yang pucat dan begitu rapuh itu membuat hatinya sakit. Bagaimana nanti kalau Prem menyadari kebenarannya? Sekarang aku tidak boleh mengatakannya... tetapi pada saatnya nanti, Prem akan tahu... dan dia akan... pasti akan hancur.

DATING WITH THE DARK (BOUNPREM VER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang