PART 5

3K 266 23
                                    

"Prem?" Mew bertanya pelan ketika Prem tak juga menjawab, menyadarkan Prem dari keterkejutannya. Dia bahkan sempat menjauhkan teleponnya dari telinganya, menatapnya dengan tidak percaya. Masih diingatnya jelas kata-kata kejam Mew ketika memutuskan telepon waktu itu, bahwa Mew tidak akan kembali dan bahwa dia tidak ingin Prem menghubunginya lagi. Tetapi kenapa sekarang, lelaki itu berubah pikiran lagi dengan begitu cepat?

Jauh di dasar hatinya Prem ingin memberikan kesempatan kepada lelaki itu, lelaki yang sempat dia pikir bisa membuatnya membuka hatinya, berbagi perasaan dalam kisah yang romantis. Tetapi perlakuan Mew kepadanya kemudian, yang dengan entengnya menyuruh Prem menjauh, membuat Prem ketakutan, ragu untuk memberi kesempatan.

Bagaimana jika nanti ketika aku memberi kesempatan, pada suatu waktu lelaki itu tiba-tiba berubah sikap tak jelas lagi dan menyuruh aku menjauh?

"Kenapa kau menghubungiku lagi, Mew?" suara Prem bergetar ketika berusaha berkata-kata, "Bukankah kau sendiri yang bilang supaya aku tidak menghubungimu?" kepahitan terdengar jelas di sana, manifestasi rasa sakit Prem karena perlakuan Mew kepadanya.

Tentu saja Mew bisa membaca kepahitan di suara Prem, dia menghela napas panjang, "Maafkan aku... waktu itu aku kalut, aku benar-benar hancur ketika menyadari bahwa kau..." suara Mew terhenti mendadak, seperti mobil yang direm tiba-tiba hingga menimbulkan suara berdecit keras. Membuat Prem mengerutkan keningnya. "Ketika menyadari bahwa aku apa, Mew?"

Hening. Sepertinya Mew kehabisan kata-kata di seberang sana. Lelaki itu mendesah, "Bukan... aku salah bicara. Mengertilah Prem, aku hanya sedang kalut waktu itu... aku... aku putus asa... tetapi sekarang setelah aku menelaah semuanya, aku sadar bahwa yang ku inginkan hanya satu, aku ingin bersama denganmu."

Putus asa? Prem mengerutkan keningnya. Kenapa Mew terus-terusan bersikap misterius seperti ini? Entah firasatku benar atau tidak, aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan lelaki ini.

"Prem... apakah kau mau memberiku kesempatan lagi? Setidaknya untuk menjelaskan?" Mew bergumam ketika tidak ada tanggapan dari Prem.

Prem merenung, lama, kemudian dia menghela napas panjang. "Aku tidak tahu Mew, akan ku pikirkan nanti." Prem memutus teleponnya tanpa menanti jawaban dari Mew, dan tiba-tiba merasa bersalah karena ada sebuah kepuasan kecil karena telah sedikit membalas sikap kasar yang dilakukan Mew ketika menutup teleponnya waktu itu.

Hanya jeda sedetik setelah Prem memutus telepon, telepon itu berbunyi lagi. Prem bahkan tidak melihat nomornya, dia langsung menjawabnya dengan jengkel.

"Sudah ku bilang aku akan memikirkannya dulu! Jangan paksa aku memberikan jawaban sekarang..."

Hening sejenak, lalu suara itu terdengar.

"Prem?" ada nada geli dari suara di seberang itu.

Prem terperangah, mengenali suara yang dalam dan maskulin itu, dia menarik ponselnya dari telinga, dan melihat nomor yang berbeda di sana. "Astaga.. maafkan aku.. aku kira kau orang lain." jawab Prem kemudian dengan rasa malu.

Boun terkekeh di seberang sana, "Siapa? Mantan pacar yang ingin kembali?" tebaknya, masih dengan nada geli yang terselip di sana.

Pipi Prem merah padam mendengar tebakan Boun yang hampir tepat itu, dia berdehem untuk membuat suaranya terdengar meyakinkan. "Itu bukan masalah." dia mengelak, "Mantelmu sudah selesai di laundry."

"Terima kasih." lelaki itu menjawab cepat dengan sopan.

Prem mengerutkan keningnya gugup, bingung harus berkata apa, "Apakah... apakah kau ingin aku mengantarkannya? Atau kau akan mengambilnya?"

DATING WITH THE DARK (BOUNPREM VER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang