Matanya menatap kearah hujan yang semakin lama semakin rapat. Sebenarnya ia menyukai hujan, namun kali ini ia harus pulang mengingat langit mulai menggelap. Mau menerobos, tapi ranselnya tidak anti air. Disebelahnya ada gadis yang tengah memainkan gitar sambil bersenandung. Tadi mereka pulang terlalu sore karena piket terlebih dahulu.
Ponselnya berdering, tertera nama Ayah disana langsung saja jarinya menggeser tombol hijau.
"Halo ayah"
"Halo sayang, hujannya belum reda ya? Ayah jemput aja ya, sudah mau maghrib" ucapnya dengan nada khawatir.
"Nanti merepotkan ayah" cicitnya.
"Tidak sayang, ayah berangkat, ini udah siap juga" terdengar grasak grusuk diseberang telepon juga suara bundanya yang samar berkata 'hati-hati', sepertinya tengah pamitan.
"Tapi aku sama Novia ayah"
"Ehh mang Diman udah otw, tadi gue chat" sembur Novia yang memang sedari tadi diam mendengarkan percakapan antara anak dan ayahnya.
"Oh yaudah, ayah udah dimobil kamu tunggu disana ya, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam, hati-hati ayah."
Bukan tanpa alasan dia melarang ayahnya menjemput. Dulu waktu SD ayahnya pernah terjatuh dari motor ketika akan menjemputnya, suasana saat itu juga tengah hujan deras dan ayahnya belum memiliki mobil. Alhasil ayahnya harus istirahat beberapa hari, sejak saat itulah Kanza tidak mau diantar jemput.
Mereka mengemasi barang-barang kemudian melangkah keluar kelas dengan santai mengingat jaraknya dari rumah lumayan jauh.
"Maaf kak, udah di pel" Kanza terkejut saat mendengar suara lelaki dari dalam kelas. Ia membeku seraya menyipitkan mata berfikir itu benar manusia atau makhluk lain.
"Ehh sorry-sorry dek, gue ngga tahu" ujar Novia meminta maaf. Lagian aneh juga, kenapa hujan-hujan begini mengepel teras kelas? Kan nanti basah lagi?
"Sorry" ucap Kanza singkat, memilih tidak memperpanjang masalah.
"Iya kak, kenalin aku Kenzo, Kak Kanza kan? Nama kita hampir sama hlo" ucapnya sambil mengulurkan tangan.
Tangan Kanza tidak langsung menyambut, memilih menarik hijab yang sempat tersingkap. Seketika menyadari jarum yang tadi ia sematkan di bahu entah hilang kemana.
"Tenang kak, aku cuma lihat nama kakak, bukan 'itu'-nya" ambigu. Masih dengan raut dingin Kanza memilih membalas uluran tangan yang sedari tadi menggantung diudara.
"Kanza"
"Udah tahu kak" ucapnya yang dibalas dengusan olehnya.
"Jangan panggil kak, gue bukan kakak lo" nadanya masih dingin dan ketus. Pasti kalian akan menyimpulkan bahwa Kanza sangat menyebalkan juga menjengkelkan.
"Ohh panggil gimana dong? Mbak?"
"Letak perbedaannya?"
"Ngga tahu, nilai Bahasa Indonesia jeblok kemaren" ucapnya sambil terkekeh, Novia ikut terkekeh. Namun Kanza hanya menaikkan sebelah alisnya, selera humornya terlalu tinggi kali ini.
"Ibu?" Kali ini mata Kanza bertambah sengit sedangkan Novia sudah terbahak.
"Dia seumuran sama lo, mukanya aja keliatan tua" ucap Novia sambil meredam tawanya.
"Wuihh akselerasi?" Tanyanya sambil berdecak kagum.
"Bukan, otaknya ngga sepinter itu buat dapet akselerasi. Dulu kan masuk SD ngga harus tujuh tahun, terlalu semangat sih sekolahnya. Jadi, dia paling muda diangkatan gue" cerocosnya sambil terkekeh, yang dijelaskan pun ikut terkekeh. Kanza? Hanya menggelengkan kepala.
"Novia" ucap Novia mulai memperkenalkan diri, yang langsung dijawab dengan semangat oleh cowok itu.
Memang dasarnya Novia, mudah sekali akrab dengan orang. Terbukti sekarang mereka ngobrol seperti orang yang tengah reuni. Kanza merasa tersisihkan.
"Ayah udah sampai, gue duluan" pamitnya menarik perhatian.
"Oh iya hujannya juga lumayan reda, aku juga mau pulang" ucapnya sambil meraih ranselnya didalam kelas.
"Lo ngga bawa jaket? Masih agak gerimis nih. Kedinginan lagi" Novia perhatian sekali. Tidak heran, dia memang selalu perhatian ke semua orang.
"Lupa, tadi pagi buru-buru berangkat" ucapnya polos.
"Duhh jaket gue warna pink, masa iya gue kasih ke elo"
"Gausah kak, gapapa santai aja"
Kanza membuka ranselnya, menyerahkan hoodie hitam kebesaran yang memang merupakan model cowok. Kemudian berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata.

KAMU SEDANG MEMBACA
TIDAK MAU JADI GURU!
Fiksi RemajaBukan cerita tentang gadis pemberontak yang membenci guru kemudian jatuh cinta pada gurunya. Kanza Nadira, gadis tomboy namun pandai make up, berpenampilan sederhana namun sangat pandai mendesain baju modis, suka menggambar apapun terutama gambar ba...