Still in Love (5)

2.1K 176 13
                                    

"Kesana! Mereka lari menuju wahana kincir ria!"

"Kejar mereka!"

"Mereka naik! Aku akan menunggu sampai mereka turun."

"Oke! Di terima."

Seorang kru menutup sesi percakapan Handy talky-nya yang penuh dengan huru-hara. Dia menatap sekeliling dengan tajam sambil menggerutu, merutuki tingkah dua aktornya. "Aduhhh, bisa-bisanya mereka melakukan ini di jam genting," ujarnya. "Cepat-cepat!setengah jam lagi kita harus segera sampai di lokasi syuting berikutnya!"

***

Gulf dan Mew sudah memasuki kabin kincir ria. Keduanya duduk berhadapan sembari menatap keluar jendela dengan takjub -bagaimana kincir ria berderit dan bergerak makin naik secara perlahan. Sesekali Mew mengamati seluruh struktur kabin dengan cemas, merasakan bahaya yang menakutinya saat kabin bergetar. Hingga netranya kemudian tertuju pada sesuatu yang menyita matanya. Sebuah stiker di sisi jendela dengan kalimat kutipan.

"Pasangan yang berciuman dalam kincir ria saat mencapai puncak akan di berikan anugrah bersama selamanya."

"Kau percaya?" Tanya Mew pada Gulf matanya masih fokus pada tulisan di stiker itu.

Gulf diam, lalu menjawab dengan gayanya yang sedikit kikuk, "Sejujurnya aku tidak tahu. Karena aku belum pernah mencobanya, phi."

"Bahkan dengannya?"

Lelaki jangkung itu kembali diam seraya menunduk, menekuri kakinya yang berayun tidak bisa diam. Mew menghela napas. Seperti yang di pikirkannya diam Gulf membuat Mew merasa bersalah karena telah melewati batas privasi.

Tapi Gulf justru menepis rasa bersalah Mew dengan satu kalimat singkat. "Bahkan dengannya." Suaranya terdengar lirih.

Dalam detik itu tidak ada yang membuat Mew lebih bahagia lagi setelah mengetahui kenyataan bahwa belum ada seorangpun yang memberikan Gulf moment romantis untuk memastikan mitos tersebut.

"Mau mencobanya?" tantang Mew pada Gulf dengan wajah serius. Gulf sempat tersentak. Dia mendelik panik. Lantas lelaki beruang itu segera meralat ucapannya, takut jikalau pemuda itu merasa tersinggung. "Aku bercanda," ujarnya sambil tertawa jahil.

Sayangnya Gulf sudah lebih dulu menangkap umpan yang Mew berikan. "Ayo kita coba," kata Gulf spontan seraya menatap netra sewarna malam itu dengan tajam.

Mendengar ucapan itu Mew menoleh seketika, berhenti tertawa, seraya menatap Gulf dengan raut terkejut luar biasa. Segalanya menjadi hening sesaat, seperti rekaman video yang di pause. Mew bahkan mereguk ludahnya susah payah. "Kau pasti bercanda, kan?" Mew meringis.

Tidak ada pergerakan pada lelaki penyuka sepak bola itu. Dia masih mempertahankan sorot matanya yang tajam pada netra kelam Mew Suppasit. Keberanian Gulf mendesak lelaki beruang itu untuk melakukan apapun yang dia minta. Tidak. Mew nyaris luluh dan jatuh. Dia tidak mungkin selemah itu terhadap tatapan pemuda yang memiliki perbedaan usia enam tahun ini. Lalu bagaimana dengan kenyataan dalam hati kecilnya? "Aku benar-benar sudah gila," rutuknya dalam hati.

"Baik, kita tunggu sampai kabin ini mencapai puncak," imbuh Mew percaya diri.

"Sebentar lagi." Gulf menimpali seraya menatap keluar jendela manakala senja telah datang. Dimana sejauh mata memandang, membentang indah pemandangan kota yang di hiasi warna jingga kekuningan.

Begitu lama Mew tengelam dalam lamunan -mengagumi wajah Gulf kanawut selagi kabin makin menanjak. Dia terpana ketika kilau cahaya senja menyoroti wajah menawan pemuda itu. Bagaimana manik sewarna amber itu berbinar menangkap cahaya, alis tebal yang terangkat naik jenaka, hidung mancung lurus yang tercipta tanpa cacat rupa, serta bibir penuh yang mengukir senyum tipis menenangkan jiwa. Jantung Mew berdenyut kencang seakan ingin lompat keluar dari tempatnya saat melihat sosok malaikat tak bersayap di hadapannya. Sangat cantik. Sangat rupawan. Puji Mew dalam hati.

Still in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang