Intro

8.2K 328 2
                                    

Gulf Kanawut dia adalah seorang aktor tampan yang terkenal dan seorang pekerja keras yang tak pernah mengeluh lelah. Dia ramah dan tidak pernah menyombongkan diri di hadapan para fans-nya. Dirinya juga bukan aktor yang sering di terpa gosip tak sedap meski sering di pasang-pasangkan dengan beberapa orang dari industri hiburan baik pria maupun wanita.

Bagaimana tidak, Gulf tidak pernah punya waktu untuk bersenang-senang apalagi menjalin kasih. Sehari-hari pekerjaannya hanyalah syuting, melakukan sesi pemotretan, melanjutkan pendidikkannya sebagai mahasiswa, pulang dan ...

"Phi ... apa hari ini menyenangkan?" Gulf menggenggam tangan pucat dari seorang pria yang terbaring lelap dengan segala alat medis yang menopang kehidupannya. "Mimpi apa kau semalam? Apa kau masih memimpikanku?"

Ya, hari-harinya di habiskan hanya untuk merawat seseorang yang kini terlelap dalam komanya yang panjang. Tidak ada lagi waktu untuk bersenang-senang, berpesta, atau sekedar berlama-lama makan malam di acara penghargaan. Pikirannya selalu jatuh pada seorang pria yang kini jiwanya telah tersesat.

Gulf tidak pernah mengeluh. Seberapa lelahnya dia, seberapa sulit hidupnya, seberapa sedih dan kesepian hatinya, dia dengan senang hati merawat pria itu. Meski harapan untuk pria itu hidup hanya tinggal beberapa persen dan akan terus menyusut seiring berjalannya waktu.

"Dia masih ada disana, Boss?" Tanya seorang wanita tua pada pria tinggi besar bernama Boss yang berdiri didepan ruang rawat yang sedang Gulf kunjungi.

Boss mengangguk sembari memberi salam pada wanita itu.

"Dia sangat keras kepala. Mau sampai kapan dia terus menunggu?" Alis wanita itu menajam, tangannya yang mengenggam tali tas persegi mengetat. Dia marah.

Boss menghela napas lalu dengan nada rendah dia berkata, "saya tidak tahu, nyonya. Kondisi Phi juga semakin hari semakin memburuk sehingga berkali-kali mengalami kejang. Aku tidak tahu harus berkata apa pada bocah itu. Dia tidak akan pernah mendengarkanku."

"Biarkan aku yang bicara." Wanita itu mengeraskan suaranya. Rahangnya mengeras menahan amarah.

"Tapi Nyonya...,"

Wanita tua itu menyerbu kenop pintu dan memasuki kamar yang di kunjungi Gulf tanpa memedulikan panggilan Boss. Dia hanya ingin cepat bertemu dengan bocah keras kepala itu dan bicara serius.

Apalagi yang akan di bicarakan selain membicarakan hidup putranya yang diambang kematian. Mew Suppasit. "Tidak bisakah kau menyerah saja, Gulf?" katanya sesaat setelah menutup pintu.

Gulf yang sedang membersihkan tubuh pias Mew dengan lap basah itu tak menghentikan geraknya meski wanita tua itu menginterupsinya dengan roman yang tak mengenakkan.

Dengan telaten Gulf menyelesaikan tugasnya memandikan Mew dan juga memakaikan pakaian pada pria kurus yang dahulu kekar itu.

"Apa kau mendengarkanku, Gulf?" Wanita itu menekan nada suaranya. Kali ini di sertai mulut bergetar dan sorot yang nanar.

Gulf tak memedulikan ucapan Wanita itu. Manik matanya terlihat hampa seraya memijat tangan pucat Mew seperti boneka hidup.

Merasa jengkel karena diacuhkan, wanita itu serta merta menarik satu tangan Gulf hingga terangkat keatas. Tubuh lelaki jangkung itu sedikit berguncang kala wanita itu menariknya. "Bagaimana kau bisa tahan dengan situasi seperti ini?!" Murka wanita itu akhirnya, dengan bola mata yang tampak memerah dan berair. "Aku juga ibunya, aku juga tidak bisa melihatnya menderita seperti ini... kau seharusnya mengerti perasaanku, Gulf!" rintihnya pilu yang menjadi satu-satunya suara selain suara monitor patient yang masih menyala dan menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

"Phi akan baik-baik saja," Gulf berucap datar. Kedua sudut bibirnya naik membentuk senyum simpul yang tampak palsu, seakan sedang menyembunyikan segala beban berat dalam hatinya.

"Apa?" ibu Mew menatap netra cokelat lelaki jangkung itu tak percaya.

Benar-benar keras kepala, pikirnya.

"Batang otaknya masih berfungsi. Aku tidak bisa menurutimu untuk melepas semua alat bantu," timpal Gulf lagi. Membuat wanita tua yang menjadi ibu dari Mew Suppasit itu tak habis pikir, jengkel, bagaimana bisa putranya bertemu dengan orang seperti ini?

Perlahan air mata wanita itu bercucuran membasahi pipinya. Hatinya mencelus, kala ia mendengar dan melihat betapa kerasnya bocah itu menentang perintahnya meski berkali-kali di perlakukan buruk olehnya. Hal itu membuat kekerasan hatinya runtuh dalam sepersekian detik, setelah berhari-hari mengokohkannya demi sang putra. Agar tak jatuh dalam kubangan kesedihan yang tidak pernah diinginkan Mew semasa hidupnya untuk sang ibu.

Tanpa sadar, tangannya yang meremat pergelangan tangan Gulf terlepas dan beralih mengusap kepala bocah tinggi itu dengan lembut, lalu merambat ke pipi pemuda itu yang kian menirus. Menyusuri bagian bawah mata Gulf dengan ibu jarinya, menatap sisa-sisa kelelahan dari hitamnya kantung mata dan keringnya kulit yang tak terawat di balik riasan tebal. Wanita itu tak bisa menyembunyikan perasaan harunya.

"Makan ini. Kau harus makan banyak," kata wanita itu sembari menyerahkan tas bekal ke tangan Gulf dengan kasar.

Gulf bergeming. Tak mengangguk juga tak menggeleng. Dia menerima tas bekal itu begitu saja sambil menunduk, tanpa sedikitpun merasakan sakit hati akan perlakuan kasar wanita itu.

"Kau juga tidak boleh sakit. Kalau kau sakit aku juga akan repot mengurusi tuntutan ibumu," imbuh wanita itu sarkastik dengan suara sedikit sengau dan bergetar.

Tanpa banyak kata wanita itu kemudian pergi keluar menyambar pintu. Tak kuasa menahan kesedihan.

Lima detik usai wanita itu keluar. Gulf menarik napas dalam-dalam dan menghembusnya. Bibirnya bergetar. Wajahnya memerah. Air mata yang sedari tadi di tahan akhirnya mendesak untuk keluar.

Gulf terisak.

Bersambung

I'm afraid i won't able to see you that you will suddenly disappear. Have i come too far? Howling you. I promise forever. — |Howling - Victon|


Sejujurnya ini bukan project bulan Mei. Ini cuma project Apology. Yang mana bab-nya cuma sedikit. Alias cerita selingan kayak Apology Daydream.
Apology adalah cerita yang di buat Moko kala depresi. Jadi plotnya sudah lama Moko buat. Cuma agak males eksekusi.

Still in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang