Still in Love (8)

2.2K 152 4
                                    

Maaf ya... Ternyata ini bukan ending. Plot ku kelebihan 7 point😌😌😌

"Tahu tidak bagaimana rasanya ciuman sesama cowok?" Seorang teman mengajukan pertanyaan dalam sebuah kelompok pertemanan di ruang kelas saat jam kosong. Mereka yang ada disana serentak tertuju pada pembicara pertama.

"Ciuman pertama sesama cowok?" tanya Gulf dengan penasaran, menimbrung obrolan dengan santainya. "Bagaimana?"

"Iya, bagaimana?" tanya teman lainnya tepat di samping pembicara pertama.

"Kau cium temanmu sendiri kalau bisa!" jawab si pembicara pertama dengan seenaknya seraya menjitak kepala temannya sendiri. "Mana aku tahu rasanya. Aku saja belum pernah."

Ya, itu dulu saat-saat Gulf belum menemukan pengalaman cinta pertamanya. Meski sebenarnya pengalaman cinta Gulf tidak begitu baik untuk di ceritakan.

Kuberi tahu, pengalaman cinta pertama Gulf adalah dengan seorang anak lelaki. Teman sebayanya. Sahabat sepermainannya di sekolah. Mereka dekat satu sama lain. Saling berbagi, saling mengasihi, saling memperhatikan, saling menyayangi.

Gulf juga mengagumi orang ini dan merasa nyaman satu sama lain.

Sesekali Gulf bahkan tampak berdiri diam sambil memperhatikan saja dia, mengagumi keindahannya di bawah bias binar cahaya mentari pagi yang cerah sembari menumpu wajah diatas meja dengan punggung tangannya —mengamati gerak gerik orang tersebut, membuat otot pipinya berkedut dan reflek mengulas senyum tipis.

Gulf bahkan pernah mencium bibir orang ini.

Ya bukan ciuman yang di sengaja seperti ciuman sepasang kekasih. Itu semua dilakukan hanya karena sebuah permainan nakal anak remaja, membuat keduanya terjebak dalam hukuman konyol —mereka harus menyelesaikannya meski menahan malu di soraki.

Karenanya sesuatu yang ada dalam diri Gulf mulai terbuka. Dimana sebuah gembok telah menemukan kuncinya. Yang mana gembok tersebut kentara usang, berkarat, dan terlarang. Tidak seharusnya gembok tersebut di sentuh.

Gulf terpana. Dia tak menyangka ciuman sesama lelaki —apalagi dengan orang yang di sukai akan terasa begitu indah.

Sejak saat itu Gulf semakin terbawa lebih dalam perasaan cinta terlarang antara sesama jenis. Cinta yang sebenarnya terlalu tabu untuk di ketahui masyarakat luas kala itu.

Gulf yang masih terlalu muda untuk menyikapi ketabuan ini tersesat dalam kenaifan cintanya, jatuh lebih dalam, menciptakan asa terlarang. Namun asa berubah menjadi lara ketika suatu hari Gulf tak sengaja mencuri dengar dalam ruang kelas sehabis menemui panggilan guru. Kaki Gulf terhenti sejenak di sisi pintu, di balik ruang kelasnya dalam diam, enggan untuk masuk.

"Eh, tahu tidak, Forth dan Jame ketahuan kakak kelas, pacaran loh? Gila banget. Mereka kan sama-sama cowok. Kalau sampai tersebar keluar sekolah bisa gawat."

"Hei, kamu juga harus hati-hati. Kulihat kamu deket banget sama Gulf kayak amplop dan perangko. Jangan-jangan kamu juga diam-diam pacaran sama dia, ya?"

"Berengsek," umpat bocah itu sembari melayangkan jitakkan ke kepala temannya dengan gemas. "Mana mungkinlah. Dia sahabatku. Lagian aku lebih suka perempuan di banding laki-laki. Kalau sampai itu terjadi, aku dan Gulf akan jadi musuh selamanya. Aku tidak mau berteman dengan Gay."

Dada Gulf terasa mencelus, kakinya mendadak lemas, dia sangat syok ketika mengetahui pengakuan sahabatnya itu. Meski begitu dia berusha menyembunyikan pedar hati dari raut wajahnya agar tak tampak kala ia memasuki ruang kelas.

Gulf menarik napasnya dalam-dalam, menguatkan diri. Sedetik kemudian dia memasuki ruang kelas dengan langkah mengagetkan. Serta merta yang ada di ruangan itu menoleh ke pintu. Menatap Gulf tegang seperti orang yang tertangkap basah karena telah melakukan perbuatan buruk.

Still in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang