Rayhan melemparkan tatapannya pada tembok kamarnya yang gelap. Pikirannya berkelana, meskipun jam sudah menunjukkan pukul dua pagi.
Rayhan mengerjapkan mata saat ada cahaya senter menelusup. Ia takut berkhayal.
Tapi tidak.
. __ . / . __ / __ . __ __ / . . . . / . __ / __ .
Saat Rayhan hendak berdiri, kerlip senter kembali berkedip-kedip.
__ . __ __ / __ __ __ / . . __ / __ __ __ / __ . __ / . __ / __ . __ __ / . . __ __ . .
Rayhan akhirnya keluar ke balkonnya. "Nada," panggilnya dengan suara rendah, berharap cewek itu dengar.
"Hei," sapanya ketika sudah keluar di balkon, merapatkan kardigannya.
"Orang rumah lo udah tidur?"
Nada mengangkat bahu. "Harusnya. Ngapain orangtua aku masih bangun jam segini?"
"Jalan-jalan, yuk?"
"Jalan-jalan?"
"Mau jalan atau naik mobil terserah. Di deket-deket sini aja. Sama, jaketnya ganti yang lebih tebel. Kalo nggak punya pake punya gua aja."
Empat tahun bertetangga dengan Nada, dan empat tahun pula, Rayhan selalu mencurahkan isi hatinya tentang Saka pada Nada. Hal yang sampai sekarang pun, Rayhan tidak tahu jawabannya kenapa. Ia hanya percaya pada Nada, dan ia sadar, baginya, Nada merupakan rumah yang cukup untuk menumpahkan semua gundah gelisahnya.
Rayhan melihat Nada yang berdiri di depan pagar rumah cewek itu, memakai hoodie army yang Rayhan kenal. Itu miliknya, yang ia hibahkan pada Nada karena gemas, cewek itu tidak memiliki jaket selain kardigan-kardigan tipisnya.
Nada hanya tersenyum menatapnya.
"Lain kali, kalo gua belum keluar, mending lo jangan keluar. Nanti kalo diculik, gimana?"
"Engg-" Belum selesai Nada mengucapkan kata-katanya, Rayhan sudah mendekap cewek itu begitu erat. "Nad, kalo gua nangis, track record gua ternodai nggak?"
"Enggak, Han. Justru itu yang bikin kamu jadi manusia seutuhnya, 'kan?"
Rayhan tidak membutuhkan nasihat, atau kata-kata mutiara lainnya, dan Nada benar-benar mengerti hal itu.
"Hubungan gua sama Saka emang nggak pernah baik, Nad, cuma... ngeliat dia sekarang, dengan kondisinya yang kayak gitu, bikin gua ancur."
Rayhan tidak masuk ke dalam ruang rawat inap Saka. Cowok itu tidak berani. Ia tidak siap melihat keadaan kakaknya. Ia hanya melihat dari jendela selama dua jam, lalu mengajak Nada pulang. Tidak ada orang lain lagi yang menjenguk Saka. Semua teman-teman sepertawurannya sudah pulang setelah Rayhan sampai di rumah sakit, keadannya sedikit beruntung daripada Saka, meski sama-sama di drop out.
"Gua bingung ngomong ke nyokap gimana. Nyokap juga nggak nanyain Saka sejak gua pulang. Sadar gua udah pulang aja kayaknya enggak."
Nada menatap Rayhan tepat di pupilnya, yang mana memberi cowok itu sedikit harapan.
"Nad, gimana kalo gua nggak punya kesempatan buat memperbaiki semuanya? Gua sama Saka. Gua takut terlambat buat nanyain apa yang sebenernya terjadi di antara gua sama dia. Takut, Nad. Banget."
.
ₓ˚. ୭ ˚○◦˚.˚◦○˚ ୧ .˚ₓ
notes:
np: and my baby. you're my heart. you're my guide. all through the night. stay by my sideeeee
alias nangis bgt gila (╥﹏╥)
laper
pengin peluk rayhan
lupa kalo harus update
belum bacain komen kalian
dahlah
anyway, makasih yang udah ngikutin sejauh ini xoxo pasti komennya dibales kok jgn cape komen yyy fliss!!!
oyaaah, ak bru bikin akun twit, di bio! ayo follow followan hahahaahhaha
hampir lupa.
sandi morsenya:
nada: rayhan
nada: you okay?
love u all to the 🌜 and back.
KAMU SEDANG MEMBACA
fix you
Short Story"And I can't imagine go through the dark with no one to hold." ©2020