Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Han, kalo disuruh milih, mending Saka opname kayak Tara, atau Saka menang?"
Nada memang sering mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah terpikirkan oleh Rayhan, tapi pertanyaan cewek itu kali ini benar-benar tidak bisa Rayhan jawab.
Saka menang itu memiliki definisi yang banyak bagi Rayhan. Bisa saja Saka menang dengan membawa semua antek-antek Tara mempunyai nasib yang sama dengan Tara, atau Saka benar-benar akan mengambil nyawa salah satu dari mereka. Dan, Rayhan tidak tahu harus memilih yang mana.
"Nggak tau, Nad."
Nada menatap Rayhan yang berdiri di sebelahnya, melindungi Nada dari sinar matahari sore yang menembus kaca bis yang sesak penumpang.
"Saka will be okay," ujar Nada, berusaha menenangkan gundah yang tampak jelas di raut wajah Rayhan.
"Gua aminin, ya, Nada."
.
.
Rayhan mengusap keringatnya dengan handuk biru yang selalu ia bawa ketika pertandingan. Cowok itu berusaha mengatur napasnya. Dia mengedarkan pandangan. Hanya ada Nada, Leo, dan Gema. Galang pasti sibuk bekerja, dan ibunya? Lagi-lagi ibunya absen, meski sudah mengangguk.
Rayhan memaksakan bibirnya naik sedikit ketika matanya bertemu dengan mata Nada, yang sedang melempar senyuman.
"Selamat! Gua nggak ngerti kalo entar lo lulus, sekolah kita masih bisa menang atau enggak!" canda Leo yang turun dari tribun, memberikan tos ala-ala pada Rayhan.
"Emang gua keren," jawab Rayhan ala kadarnya, mengundang umpatan dari kedua temannya. "Eh, gua balik dulu tapi ya, ada urusan!"
Rayhan menarik tangan Nada yang melambaikan tangan pada Leo dan Gema. Kedua cowok itu bingung kenapa Rayhan tidak berselebrasi seperti biasanya.
"Kenapa, Han?"
"Perasaan gua nggak enak aja."
Nada tiba-tiba menghentikan langkahnya, membuat Rayhan menoleh. "Kenapa, Nad?"
"Udah telepon Saka?"
.
.
Rayhan menginjak gas mobilnya secepat yang ia bisa. Cowok itu rasanya ingin menenggelamkan kepalanya di bantal, lalu berteriak, melampiaskan semua yang selama ini ia pendam.
Rayhan menoleh ketika Nada mengusap lengannya. Cewek itu tidak mengatakan apapun, seperti biasa. Tetapi, senyumnya membuat Rayhan sedikit bisa berpikir dengan jernih.
"Sori, Nad."
"It's okay, Rayhan. Saka will be fine."
Saat tiba di parkiran rumah sakit, Rayhan tidak keluar secepat mungkin dari mobilnya. Cowok itu memandangi ponsel dengan tatapan kosong. Ia membuang napas, lalu mendial nomor telepon ibunya.
Beberapa detik nada sambung membuat perasaan Rayhan tidak karuan.
"Kenapa?" tanya ibunya langsung setelah teleponnya diangkat.
Rayhan menelan ludah. "Saka masuk rumah sakit."
Hening mengudara beberapa saat. Rayhan terlalu takut untuk mendengar jawaban ibunya, sampai ia berpikir sepertinya degup jantungnya menjadi backsound pembicaraan ini.
"Kamu kesana aja."
Hanya sesingkat itu, membuat Rayhan sadar. Entah menuruti atau membangkang kata-kata ibunya sama sekali tidak akan mendapat perhatian yang selama ini mereka inginkan.