chapter five

398 99 29
                                    

"Lo nyari siapa? Mama? Nggak ada," ujar Rayhan ketika melihat Saka yang baru saja sadarkan diri dan matanya mengelilingi ruangan rawatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo nyari siapa? Mama? Nggak ada," ujar Rayhan ketika melihat Saka yang baru saja sadarkan diri dan matanya mengelilingi ruangan rawatnya.

"Sekarang hari apa?"

"Jumat. Lo udah nggak sadar dua hari."

Saka mengangguk-angguk.

"Dan lo di drop out."

"For God's sake, gua tau, Han."

Keheningan menyeruak beberapa saat karena dua hari belakangan hidupnya lebih buruk daripada yang sudah berlalu. Ibunya sama sekali tidak pernah muncul di meja makan, begitu juga di rumah sakit. Entah apa yang dilakukan ibunya di ruang kerja yang suram itu.

"Udahlah, Ka, lo kayak gini juga nggak bikin Mama jadi perhatian sama lo."

Saka tetap diam. Rayhan mengamati wajahnya yang biru-biru, kepalanya yang diperban karena mengalami pendarahan, tangan dan kakinya yang dibebat karena mengalami patah tulang.

"Gua selalu penasaran, apa harus nunggu semuanya terlambat dulu?"

"Ngaco, ya, lo."

"Coba gua tanya. Gua punya siapa sih, di dunia ini, Han? Kalo gua mati pun, nggak bakal ada yang kehilangan."

Rayhan pernah memiliki pemikiran yang sama seperti Saka, waktu cowok itu diopname karena cedera sewaktu pertandingan basket, tetapi sama sekali tidak ada yang menyambanginya selain Galang, Gema, Leo, dan Nada. Bahkan, Saka pun tidak.

Satu hal yang membuat Rayhan berhasil bertahan sampai sejauh ini adalah karena ia memiliki Galang, Gema, Leo, Nada, bahkan Saka dan ibunya yang tidak pernah ada untuknya.

"Ka, gua nggak tau ada tembok apa yang bikin gua sama lo nggak bisa akur, cuma satu yang perlu lo inget kalo gua bakal kehilangan lo."

.

.

"Nggak main, Han?"

Rayhan yang sedang menatap ring basket menoleh pada Nada yang sekarang duduk di sebelahnya, menyodorkan jus jeruk favorit Rayhan. "Makasih."

"Nad, lo kok betah sih, temenan sama gua? Gua pasti ngerecokin lo banget, 'kan, sama curhatan-curhatan nggak penting gua tentang Saka."

Nada terpaku sejenak. Empat tahun berteman dengan Rayhan memangnya Nada tidak menyimpan rasa apapun? Tidak mungkin. Justru, karena Nada memiliki perasaan itu pada Rayhan. Tapi, sungguh, berteman dengan Rayhan pun, Nada sudah bersyukur. Tidak perlu berharap Rayhan akan memiliki perasaan yang sama dengannya. Ditambah, di sekeliling Rayhan sudah banyak cewek-cewek yang cocok bersanding dengan cowok itu.

"Mau jawaban jujur atau jawaban bohong?" tanya Nada.

Rayhan hanya tersenyum tipis. "Apapun jawabannya, jangan pernah pergi, ya, Nad."

.

ₓ˚. ୭ ˚○◦˚.˚◦○˚ ୧ .˚ₓ

notes:

mari bermain tebak-tebakan, apakah crita ini berakhir dark sprti galang atau tidak? hahaheuwjsiwi

fix youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang