Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rayhan sedang serius mengerjakan tugas matematika, meskipun tetangga sebelah rumahnya sepertinya sangat riweuh karena baru saja pindahan. Rayhan hanya berharap, dia tidak bersebelahan balkon dengan pasutri. Cowok itu semakin menekuni bukunya, apalagi ketika akhirnya suara bising itu berhenti.
Rayhan benar-benar mendumal saat ada sorotan senter yang berkedip-kedip di temboknya, membuat fokusnya hampir buyar. Cowok itu menatap tembok yang disorot dengan saksama, dan memang bukan hanya sekadar sorotan acak. Tetapi itu sandi. Sandi morse.
Terima kasih pada ekstrakulikuler pramuka yang akhirnya Rayhan temukan manfaatnya sekarang. Cowok itu menyebarkan pandangannya mengelilingi kamarnya, mencari senter.
Ketemu!
Rayhan tersenyum. Meskipun, dia tidak tahu siapa yang memberinya pesan itu. Cowok itu keluar menuju balkon kamarnya, lalu menyorotkan senter.
. . . . / . __ / . .
Tidak butuh waktu yang lama, Rayhan akhirnya mengetahui tetangga barunya. Anza Nada Saputra. Pindahan dari Surabaya, seumuran dengan Rayhan, dan... mungkin, memang sangat bertolak belakang dengan Rayhan yang berisik, tetapi ada satu hal dalam dirinya yang yakin, kalau Nada itu priceless.
"Jadi, lo ... kenapa nggak langsung manggil aja? Harus pake sandi dulu biar mikir?" tanya Rayhan setelah mereka basa-basi perkenalan.
Nada tertawa pelan, dan Rayhan mengamatinya, membuatnya sadar, selama ini dia tidak benar-benar pernah mengamati seseorang kecuali teman-temannya dan orang rumah. "Nggak apa-apa. Seru aja saat kamu ketemu orang baru yang paham."
.
.
Rayhan mengusap wajahnya kasar. Mimpi tentang pertemuan pertamanya dengan Nada membuat cowok itu kembali galau. Beberapa kali dalam dua minggu belakangan Rayhan selalu diam-diam memencet bel rumahnya, menelepon telepon rumahnya, menghubungi Nada via direct message Instagram, dan bahkan, mengirimi cewek itu banyak pesan di aplikasi perpesanan, tetapi semua usahanya sia-sia. Bagaimana... bagaimana kalau Nada pindah? Bagaimana kalau, Rayhan benar-benar kehilangan cewek itu? Bagaimana kalau, Nada sudah lelah menjadi tempatnya pulang?
Selama ini, Rayhan memang selalu menceritakan segalanya kepada Nada. Nada selalu bisa dipercaya, dan yang terutama, Nada selalu memberinya keyakinan untuk selalu percaya, bahwa hari esok tentu akan lebih baik lagi. Dan, Rayhan sudah terbiasa dengan hal itu. Rayhan... tidak siap kalau semuanya harus berubah.
"Susah banget ya, Nad, nebak jalan pikiran lo," gumam Rayhan, melirik pigura foto yang berisi jepretan yang saturasinya begitu kentara, membuat Rayhan mau tidak mau terhipnotis untuk mengangkat bibir. Tawa Nada merupakan sesuatu yang lain bagi Rayhan.